Senin, 25 Maret 2013

Tuhan Memulihkan


Tuhan Memulihkan
Oleh : Pdt. Nico P. Gading, M.Th

TEMA ini adalah topik yang disampaikan dalam acara BORNEO BERMAZMUR ke-23 yang dilaksanakan di Kompleks Sekolah Tinggi Theologia “Abdi Tuhan Injili” Anjungan, Kalimantan Barat yang dilaksanakan pada tanggal 24-27 Februari 2013. Grand opening dilaksanakan Gubernur Kalbar yang diwakili Asisten III Kartius, SH, M.SI acara tersebut diikuti seribu peserta dari Sembilan Kabupaten/ Kota di Kalbar dan juga peserta dari Khucing, Malaysia. Dengan pembicara dari lingkungan STT “ATI” , Jakarta, Bandung dan Tanjung Enim Sumatera Selatan serta dimeriahkan artis ibu kota yaitu Gabby (Indonesia Idol ).

Teks Firman Tuhan dari 2 Tawarikh 7:14; “dan umatku, yang atas namaku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajahku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka”. Kitab 1 dan 2 Tawarikh, yang walaupun kitab ini terdiri dari sejarah seluruhnya, namun jelas dan nampaklah di dalam kitab ini bersifat theologies rohani. Kitab ini merupakan pedoman atau landasan rohani. Penulisnya adalah Ezra dengan dua alasan yaitu: pertama: Ezra menyelidiki sejarah Israel dan dialah yang paling mengerti. Kedua: Dalam 2 Tawarikh 36:22-23 jelaslah sama maksudnya dengan Kitab Ezra 1:1-3. Adapun tema dari 2 Tawarikh secara keseluruhan adalah Raja Salomo dan pengganti-penggantinya. Dan ada dua ayat kunci dalam 2 Tawarikh yaitu Fasal 1:1 “Carilah Tuhan” dan Pasal 20:20b; “Tuhan Menyertai”.

Senin, 18 Maret 2013

Perlombaan Iman Kristen




Perlombaan Iman Kristen
Oleh: Pdt. Burtono Bulin, S.Th., MM.

“Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita , dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukasita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.

Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.” (Ibrani 12:1-4). Seorang pelatih akan menggunakan berbagai tehnik untuk membuat agar anak asuhnya berusaha sebaik-baiknya. Misalnya dia akan mengatakan: “Murid-murid yang lain dapat melakukannya, kamu juga pasti dapat”; “coba pikirkan manfaat yang akan diperoleh tubuhmu” ; “nah, perhatikanlah anak-anak yang lain- lihat bagaimana ia melakukannya!”

Sebagai orang Kristen kita hidup dalam perlombaan. Semuanya ikut. Untuk ikut dalam perlombaan itu, kita harus bersemangat. Untuk itu dalam nast kita kali ini, ada tiga macam pendekatan untuk memberi semangat kepada kita dalam perlombaan kristen tersebut. Semangat ini penting kita miliki agar kita mampu meraih kemenangan dalam perlombaan iman yang sedang kita ikuti.

Senin, 11 Maret 2013

Saat Terakhir tujuan kita

 

  Tidak Jauh Lagi
Oleh: DedeGodjali, STh

“Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasih sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama daripada semua korban bakaran dan korban sembelihan.” Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: ”Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah.” (Mrk.12:33,34)

WAKTU berlalu dan usia kita bertambah setahun; garis akhir kini menjadi lebih dekat (umur bertambah satu tahun, sisa hidup kita berkurang satu tahun). Entah berapa usia ahli Taurat yang berbicara dengan Yesus pada saat itu; fakta menyatakan bahwa ia tidak jauh (lagi) dari Kerajaan Allah. Kedekatan dengan sorga (tempat di mana Allah dengannya tak bertakhta sebagai Raja – maka disebut Kerajaan Allah) tidak semata-mata dikaitkan dengan manusia yang bertambah, namun juga dihubungkan dengan“pemahaman rohani” seseorang.

Hukum kasih telah dikenal setidak-tidaknya dari zaman nabi Musa, seperti dikatakan: ”Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsa mu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, Akulah TUHAN”(Im.19:18; lihatjuga Ul.6:5). Kasih kepada Allah pada umumnya berjalan dengan “normal”; sebaliknya kasih kepada sesama manusia masih menemui jalan terjal. Nabi Yesaya salah seorang yang melihat realita itu.

Yesaya menyatakan: ”Memang setiap hari mereka mencari Aku dan suka untuk mengenal segala jalan-Ku. Seperti bangsa yang melakukan yang benar dan yang tidak meninggalkan hukum Allahnya mereka menanyakan Aku tentang hukum-hukum yang benar, mereka suka mendekat menghadap Allah, tanyanya: ”Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?”(Yes.58:2,3A). Umat pada masa itu setiap hari mencari Allah, mereka suka mendekat menghadap Penguasa Alam Semesta (hal-hal demikian dapat merupakan wujud kecintaan kepada Allah).

Jumat, 08 Maret 2013

Dimana Kain mendapatkan isterinya?



Pesan E-mail yang khas kami terima berbunyi: "Halo, saya adalah penganut sejati teori Evolusi. Saya selalu mengatakan pada teman saya yang religius, bahwa mungkin Alkitab hanyalah cerita belaka seperti halnya King Arthur and the Knights of the Round Table… Walaupun saya mengemukakan pendapat dengan bagus, menurut saya, mengenai aliran penciptaan, mereka tetap tak menyetujui saya. Tak mengapa, namun selalu ada satu pertanyaan yang sepertinya kerap membungkam mereka… 'Jika Adam dan Hawa merupakan orang-orang pertama di planet ini, lalu bagaimana populasi kemudian berkembang tanpa adanya hubungan antara saudara sekandung (incest)? Bukankah Alkitab menyatakan bahwa incest adalah buruk…?" Salam hormat. Yoendry.
Kita bahkan tidak pernah tahu namanya, namun ia diperbincangkan dalam persidangan Scopes, disebut dalam pertunjukan dan film Inherit the Wind[1] juga dalam buku dan film Contact,[2] dan telah dibahas di negara-negara di seluruh penjuru dunia. Adakah ia isteri yang paling banyak diperbincangkan sepanjang sejarah?
Orang-orang yang tidak percaya telah memakai isteri Kain berulang kali untuk mendiskreditkan keberadaan Kitab Kejadian sebagai rekaman sejarah yang sejati. Yang menyedihkan, kebanyakan orang Kristen belum dapat memberikan jawaban yang memadai terhadap pertanyaan ini. Akibatnya, dunia berpikir bahwa orang Kristen tidak dapat membela wibawa Skriptur (Ayat Suci) dan, juga, iman Kristen.
Sebagai contoh, pada persidangan bersejarah Scopes di Tennessee tahun 1925, William Jennings Bryan, sang jaksa penuntut yang memihak kepada iman Kristen, gagal untuk menjawab pertanyaan tentang isteri Kain yang diajukan oleh pengacara anti-Kristen ACLU[3] yang lantang, Clarence Darrow.[4]
Dunia pers terarah pada persidangan ini, dan apa yang mereka dengar telah mempengaruhi Kekristenan hingga hari ini—Orang Kristen dipandang tidak dapat membela isi Alkitab. Kaum skeptik kemudian membuat kesimpulan yang secara logis keliru dalam menyimpulkan bahwa rekaman Alkitab tak dapat dipertahankan!

Carl Sagan yang atheist menggunakan pertanyaan yang sama ini dalam bukunya Contact[5] (yang masuk dalam daftar penjualan terlaris di The New York Times), dan film Contact, yang berdasarkan buku Sagan, juga menggunakan itu.

Dalam buku tersebut, karakter rekaan Ellie tidak dapat memperoleh jawaban tentang isteri Kain, dan juga pertanyaan-pertanyaan lainnya, dari seorang isteri pendeta, yang merupakan pemimpin kelompok diskusi gereja.[6]

Sagan secara cerdik menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang biasa—seperti "Siapakah isteri Kain?"—pertanyaan-pertanyaan yang acap kali ditujukan pada orang Kristen sebagai usaha untuk membuktikan bahwa Alkitab tak dapat dipertahankan.

Sedihnya, kebanyakan Orang Kristen mungkin tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini! Sekalipun, jawaban-jawaban itu tersedia. Namun, karena kebanyakan gereja tidak memiliki cukup pengajaran tentang apologetik,[7] khususnya mengenai Kitab Kejadian, kebanyakan orang-orang percaya di dalam gereja itu tidak "selalu siap untuk memberikan jawaban kepada setiap orang yang bertanya pada kamu mengenai harapan yang kamu miliki" (1 Petrus 3:15).

Senin, 04 Maret 2013

Puncak Sukacita


 

Puncak Sukacita
Oleh Dede Godjali, STh
“Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak jadikan Yerusalem puncak sukacitaku.” (Mzr.137:6)

PENAWANAN ke negeri Babel selama tujuh puluh tahun menjauhkan umat Israel dari Yerusalem, kota yang kudus itu. Pemazmur, mewakili sebagian umat yang ditawan, berbagi kesan dengan segala insan di berbagai tempat dan zaman. Dikatakan: ”Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion.” (Mzr.137:1). Mungkin saja ada umat Israel yang bermukim di tepian sungai Efrat, secara materi dan jasmani hidup berkecukupan (bahkan mungkin berkelimpahan). Di Kalimantan banyak pemukiman didirikan dipinggir sungai; dari sisi transportasi memudahkan dan dari segi bisnis juga menguntungkan.
Sekian puluh tahun tinggal di Babel umat Tuhan masih mengingat Sion, yaitu Yerusalem (II Sam.5:7). Air sungai di Babel tidak dapat mengatasi dahaga akan kota Daud, dimana dulu Salomo membangun Bait Allah. Jasmani dipuaskan namun kehidupan rohani tetap haus, kering kerontang. Dunia saat ini, bak Babel pada zaman dulu, tidak mampu memberikan kepuasan bagi rohani umat-Nya. Hanya Allah saja dan kota kudusnya, yaitu Yerusalem baru (sorga) yang dapat memberikan kelegaan sejati. Seperti gembiranya umat Israel yang pulang kembali ke tanah perjanjian, maka akan ada sukacita yang luar biasa waktu umat ciptaan diizinkan bertemu dan bersatu dengan Sang Pencipta.
Pemazmur menambahkan: ”Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita menggantung kecapi kita.” (Mzr.137:2). Kecapi, alat musik yang dulu pernah digunakan oleh Daud sambil menggembalakan ternak ayahnya, tidak lagi dimainkan oleh umat Israel. Penderitaan dan kesedihan melingkupi hati mereka, tak ada hati untuk bernyanyi. Yakobus dalam suratnya menyatakan:”Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira, baiklah ia menyanyi!”(Yak.5:13).

Jumat, 01 Maret 2013

Tidak ada kata "Menyerah" di dalam Kristus


2 KORINTUS 1:8-11
 Di Amerika ada seorang gadis bernama Jesika yang dilahir-kan tanpa dua tangan. Namun yang luar biasa, gadis ini “tidak menyerah”, dia berjuang bersama Kristus meraih masa depannya. Jesika, sekalipun tidak memiliki dua tangan, ia mampu mandiri; bisa menulis, memainkan piano dan yang mengejutkan ia dapat menerbangkan pesawat! Semua dilakukan dengan kedua kakinya! Nah, di dalam nats yang kita baca, kita juga menemukan orang yang tidak menyerah sekalipun menghadapi pergumulan yang sangat berat. Dia adalah Rasul Paulus! Dia menuliskan bagaimana berat pergumulan yang dihadapinya. Paulus menggambarkan pergumulan yang dihadapinya dengan 3 kata (ayat 8). Pertama, “sangat besar” (huperbolen). Kata ini menunjukkan betapa besar pergumulan yang dihadapi Paulus. Kata kedua,“begitu berat” (LAI). Dalam bahasa asli menggunakan kata “melampaui kekuatan” (huper dunamin). Jadi apa yang dihadapi Paulus sangat berat sehingga melampaui kekuatannya (band. KJV). Dan yang terakhir, Paulus menyatakan bahwa karena pergumulan itu, dia menjadi putus asa dengan hidupnya! Bayangkan, ini bukan pergumulan ‘ringan’! Namun apa yang dilakukan Rasul Paulus? Menyerah? TIDAK! Paulus memilih untuk tidak akan pernah menyerah. bagaimana dengan Saudara? Tepat sekali Lembaga Alkitab Indonesia memberi judul perikop ini ( 2 Korintus 1:3-11): Ucapan Syukur, karena isinya adalah ucapan syukur Paulus yang tidak menyerah dalam pergumulannya. Di sisi lain, perikop ini juga memberikan RAHASIA BAGAIMANA MEMILIKI HIDUP YANG TIDAK AKAN PERNAH MENYERAH kepada kita! mari kita mempelajari rahasianya dan jangan pernah menyerah!

1. Mempercayai Bahwa Allah Memilki Rencana dan Tujuan Yang Baik dan Indah Bagi Kita (ayat 8-9).
Rasul Paulus mempercayai bahwa Allah memiliki rencana yang indah bahkan di balik pergumulan yang dihadapinya. Perhatikan kata “supaya” dalam ayat 9 menunjukkan bahwa Paulus ‘menangkap’ tujuan Allah dibalik pergumulan yang dihadapinya yaitu supaya dia mengandalkan Allah saja. Paulus memahami tujuan Allah yang indah dibalik pergumulan yang dihadapinya. Tuhan memiliki rencana yang indah dalam hidup kita (Roma 8:28), meski terkadang kita tidak diijinkan untuk mengetahuinya sekarang. Yang terpenting kenyataan bahwa Tuhan Yesus adalah baik menjamin seluruh karya dan campur tanganNya dalam hidup kita bertujuan baik adanya. Kita tidak perlu tahu apa yang ‘ada di depan’ kita, hanya satu yang harus kita tahu dan percaya bahwa Allah kita dalam Kristus adalah baik dan rencanaNya bagi kita juga rencana yang indah! Jangan pernah menyerah!

2. Mempercayai Bahwa Allah Adalah Allah Yang dapat Diandalkan (ayat 9-10).
Paulus mempercayai bahwa Allah di dalam Tuhan Yesus, adalah Allah yang dapat diandalkan. Mari kita renungkan apa yang dikatakan Paulus tentang siapa Allah-nya, Tuhan Yesus, yang juga Allah kita! Pengenalannya inilah yang menggarisbawahi bahwa Allah dalam Kristus adalah Allah yang dapat diandalkan. Pertama, Allah adalah Allah yang penuh segala belas kasihan (ayat 3-4). Kata “penuh” dalam bahasa aslinya bukan berarti seperti sebuah gelas yang penuh dengan air, namun lebih tepat menunjukkan sebuah sumber yang tidak pernah berhenti. Belas kasihan Allah terus-menerus dinyatakan bagi kita, itu sebabnya Dia dapat diandalkan! Kedua, Allah dalam Kristus adalah Allah sumber segala penghiburan (ayat 3-4). Penghiburan Tuhan tidak pernah habis bagi kita (band. Ratapan 3:22-24) dan penghiburanNya untuk segala penderitaan yang kita alami. Ketiga, Allah dalam Kristus dapat diandalkan karena Dia adalah Allah yang Mahakuasa! (ayat 9-10). Dikatakan Paulus Dia adalah Allah “yang membangkitkan orang mati”. Apakah Paulus teringat pelayanannya dimana Euthikus yang mati pernah dibangkitkan? Atau Paulus diingatkan tentang Tuhan Yesus yang membangkitkan pemuda dari Nain, anak Yairus atau mungkin Lazarus yang sudah 4 hari dikuburkan? Yang jelas Paulus percaya bahwa Allah di dalam Kristus adalah Allah yang penuh kuasa dan sanggup menolong dirinya! Bukankah Allah kita, Tuhan Yesus Kristus dapat diandalkan? Jika demikian, mengapa harus menyerah? Mari kita terus maju bersama Tuhan Yesus. Dia adalah Allah yang dapat diandalkan!

3. Menyadari Pentingnya Persekutuan Orang Percaya (ayat 11).
Lihatlah bahwa Paulus menyadari pentingnya doa jemaat di Korintus. Oleh doa mereka dan banyak jemaat lain maka Paulus menjadi kuat dan menerima pertolongan Tuhan. Bagaimana dengan kita? Jangan mudah menyerah. Coba perhatikan sekeliling kita, Tuhan Yesus telah menempatkan banyak sahabat dalam Kristus yang menguatkan dan mendukung kita. Bagi kita, penting untuk diingat bahwa Tuhan menempatkan kita di gereja ini, dalam persekutuan orang percaya ini, untuk saling mendoakan, mendukung dan menguatkan! Di sisi lain mari kita semakin tekun dan setia beribadah dan bersekutu (Ibrani 10:25). Jangan pernah menyerah karena Tuhan menempatkan keluarga, jemaat dan para hamba Tuhan untuk saling mendoakan dan menopang. Dan nantikan betapa banyak ucapan syukur yang dinaikkan karena mujizat yang kita terima dari Tuhan Yesus.
Akhirnya, jangan pernah menyerah. Tetaplah maju bersama Kristus, Tuhan kita.

Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.