Tidak Jauh Lagi
Oleh: DedeGodjali, STh
“Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasih sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama daripada semua korban bakaran dan korban sembelihan.” Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: ”Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah.” (Mrk.12:33,34)
WAKTU berlalu dan usia kita bertambah setahun; garis akhir kini menjadi lebih dekat (umur bertambah satu tahun, sisa hidup kita berkurang satu tahun). Entah berapa usia ahli Taurat yang berbicara dengan Yesus pada saat itu; fakta menyatakan bahwa ia tidak jauh (lagi) dari Kerajaan Allah. Kedekatan dengan sorga (tempat di mana Allah dengannya tak bertakhta sebagai Raja – maka disebut Kerajaan Allah) tidak semata-mata dikaitkan dengan manusia yang bertambah, namun juga dihubungkan dengan“pemahaman rohani” seseorang.
Hukum kasih telah dikenal setidak-tidaknya dari zaman nabi Musa, seperti dikatakan: ”Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsa mu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, Akulah TUHAN”(Im.19:18; lihatjuga Ul.6:5). Kasih kepada Allah pada umumnya berjalan dengan “normal”; sebaliknya kasih kepada sesama manusia masih menemui jalan terjal. Nabi Yesaya salah seorang yang melihat realita itu.
Yesaya menyatakan: ”Memang setiap hari mereka mencari Aku dan suka untuk mengenal segala jalan-Ku. Seperti bangsa yang melakukan yang benar dan yang tidak meninggalkan hukum Allahnya mereka menanyakan Aku tentang hukum-hukum yang benar, mereka suka mendekat menghadap Allah, tanyanya: ”Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?”(Yes.58:2,3A). Umat pada masa itu setiap hari mencari Allah, mereka suka mendekat menghadap Penguasa Alam Semesta (hal-hal demikian dapat merupakan wujud kecintaan kepada Allah).
Perhatikan catatanYesaya berikutnya: ”Sesungguhnya pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruh mu. Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena” (Yes.58:3B,4). Kasih kepada Allah tidak dibarengi kecintaan kepada sesama; cinta kepada Tuhan tidak diiringi kasih kepada manusia.
Perkataan ahli Taurat di atas kepada Yesus menempatkan dirinya tidak jauh lagi dengan Kerajaan Allah (karena selagi di dunia pun ia telah dengan sungguh-sungguh memosisikan Allah sebagai Raja, yang segala firman-Nya mesti dituruti; tidak sekedar dipelototi, dibaca tiap hari). Memberi persembahan kepada Penguasa Semesta dan memberi pertolongan kepada sesama manusia menjadi bagian integral dalam diri umat Tuhan yang sungguh-sungguh (lihat Yoh.13:34-35).
Sepuluh gadis pergi untuk menyongsong mempelai laki-laki. Kemunculan mempelai pria ternyata jauh dari prediksi, hal mana membuat semua gadis itu mengantuk dan tertidur. Saat tengah malam terdengar seruan: ”Mempelai datang! Songsonglah dia! Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelitanya. Mempelai itu memang (telah) datang dan memasuki ruang perjamuan kawin bersama lima gadis yang bijaksana. Lima gadis yang lain (datang terlambat karena mereka pergi untuk membeli minyak) berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! Tetapi ia (mempelai laki-laki itu) menjawab: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.”(Mat.25:1,5,6,10-12).
Lima gadis yang (tertahan) di luar tidak masuk ke ruang perjamuan kawin, padahal mereka sudah sangat dekat. Mereka telah melihat pintu ruangan itu, namun tidak dapat masuk kedalamnya.Segala persiapan yang telah dilakukan, penantian sepanjang malam (bahkan sampai terkantuk-kantuk dan tertidur) tidak membuahkan hasil yang manis (malah memunculkan kepahitan yang tak terhingga). Mereka, lima gadis yang tidak bijak itu, sejatinya sudah sangat dekat, tidak jauh lagi dengan tujuan. Hal “kecil” ternyata berakibat “besar”: gara-gara tidak membawa minyak cadangan!
Kita ingin menjadi umat yang bijak, untuk itu perhatikan segala hal (baik besar maunpun kecil), yang akan memuluskan kita untuk satu saat masuk ke ruang perjamuan. Jangan bangga bila sudah dekat dengan tempat itu; jangan puasa tempat itu tidak jauh lagi dengan kita. Bersuka citalah, bila pada waktunya kita ada di dalam ruang itu.