Ijinkan saya menyampaikan tentang kemuliaan dari
karya Tuhan yang saya alami melalui tahun-tahun penuh penderitaan.
Saat saya berusia sekitar 18 tahun, saya
mengalami gangguan kesehatan mental (mental breakdown). Saat itu saya tidak
menyadarinya, namun ibu saya mengatakan bahwa para dokter memakai terapi kejutan
listrik untuk menyembuhkan saya. Mereka menaruh dua batang logam di dada saya
dan memakai aliran listrik untuk mengejutkan otak saya. Akhirnya saya sembuh dan
saya bersyukur kepada Allah karena telah memberi hikmat kepada para dokter untuk
memakai terapi tersebut dalam membantu pasien seperti saya.
Gangguan kesehatan mental tersebut menjadi titik
balik dalam kehidupan saya. Tidak seperti yang Anda kira, saya bisa memahami
bahwa hal yang terjadi pada diri saya adalah demi kebaikan saya. Dan saya
bersyukur kepada Allah yang mengijinkan saya untuk mengalami penyakit ini.
Menjalani hidup dengan penyakit ini telah terbukti sangat bernilai bagi
pertumbuhan rohani saya. Allah mengasihi saya dan Dia tahu apa yang bisa
membantu kerohanian saya.
Saat saya sembuh dari sakit jiwa, ibu saya
membawa saya ke spesialis terbaik di Hong Kong. Dia mencurahkan kasih dan
perhatian tanpa batas untuk menolong saya mengatasi tantangan terbesar dalam
hidup saya - penyakit yang disebut skizofrenia atau kepribadian ganda, di mana
Anda mendengar suara yang berbicara kepada Anda setiap saat. Saya selalu
mendengar suara yang terus saja mencela segala sesuatu yang saya perbuat, dan
saya juga mengalami halusinasi. Hal ini berlangsung sampai
bertahun-tahun.
Perawatan lanjutan bagi saya adalah dalam bentuk
minum obat setiap hari. Menurut laporan kesehatan, otak saya tidak mampu
memproduksi unsur kimia tertentu, jadi obat tersebut dipakai untuk menjaga
keseimbangan kimiawi di dalam otak saya. Sekali lagi, saya bersyukur kepada
Allah karena para ahli farmasi sudah bisa memproduksi unsur kimia yang bisa
menjaga keseimbangan di otak saya ini.
Tanpa perawatan medis tersebut, maka saya tidak
akan mampu mengerjakan hal-hal yang telah saya jalankan selama sekitar 30 tahun
ini. Setelah penyakit saya teratasi, saya masuk kuliah di bidang akuntansi. Saya
harus mengulangi beberapa mata kuliah dan mengikuti ujian perbaikan untuk
sebagian mata kuliah yang lainnya karena lemahnya kondisi mental saya. Namun
akhirnya, melalui dorongan yang diberikan oleh ibu saya yang terkasih, saya
berhasil lulus kuliah akuntansi yang berjangka 4 tahun ini, berikut kuliah
tambahan di bidang musik. Selesai kuliah, saya menikah. Isteri saya dan saya
telah menikah selama 25 tahun. Kami memiliki seorang anak laki-laki yang sedang
menempuh kuliah tahun ke4 di sebuah universitas sekarang ini. Dia juga mengambil
jurusan akuntansi.
Saya dilahirkan di China daratan. Dengan
pertolongan dari paman saya, keluarga kami berhasil pindah ke Hong Kong. Kami
meninggalkan China saat saya berusia 4 tahun. Saya bersama ayah, ibu dan saudara
perempuan saya berangkat meninggalkan Hong Kong dengan segera. Kakak laki-laki
dan juga kakak perempuan saya masih harus menunggu sampai dua tahun sebelum bisa
bergabung dengan kami di Hong Kong.
Abang saya pandai bermain gitar. Saat saya duduk
di kelas 8, dia mengajari saya cara membaca notasi untuk bermain gitar, dan
selanjutnya saya melanjutkan pelajaran dari buku-buku. Setelah belajar sekitar
setahun, saya sudah bisa memainkan lagu-lagu yang sulit dimainkan. Di tahun
berikutnya, saat saya duduk di kelas 9, saya mulai belajar alat musik
tradisional China yaitu Pi Pa. Dalam waktu tiga tahun saya sudah bisa memainkan
banyak lagu tradisional China. Di masa kuliah, di jurusan akuntansi, saya sempat
berangan-angan untuk menjadikan bidang musik sebagai kuliah utama saya. Ketika
saya tahu bahwa saya boleh mengambil bidang musik sebagai kuliah tambahan, saya
mendaftar di kelas harmony, counterpoint dan composition. Akan tetapi, jam
kuliah kelas-kelas musik tersebut berbenturan dengan kelas-kelas akuntansi. Lalu
bagaimana caranya supaya saya bisa terus mengikuti kelas-kelas musik?
Saya mengajukan permintaan khusus kepada dosen
musik untuk memberi saya jam privat. Tentu saja, saya harus membayar tambahan
ekstra jam tersebut, namun jumlah kredit dari kuliah musik saya bisa ditambahkan
ke total jumlah kredit kuliah. Saya berhasil mendapatkan nilai yang tinggi untuk
bidang musik. Pada dasarnya, saya mendapat lebih banyak pelajaran di bidang
musik ini dibandingkan dengan mereka yang mengambilnya sebagai bidang kuliah
utama karena saya belajar di jam-jam privat.
Saya bekerja di bidang akuntansi di sebagian
besar masa kerja saya. Akan tetapi, saya juga pernah bekerja sebagai penunggu
gudang. Saya melakukannya selama setahun, bekerja tanpa upah. (Ini berlangsung
sekitar sepuluh tahun yang lalu, saat saya harus menjalani perawatan di rumah
sakit untuk beradaptasi dengan obat jenis baru). Saya pernah bekerja di pabrik
perakitan komputer, juga di bidang jasa pengiriman dan penagihan, dan saya juga
pernah menjadi tenaga penjualan - demikianlah, saya jalankan semua pekerjaan
yang ditawarkan untuk bisa dipekerjakan.
Semua saudara kandung saya - abang dan kakak
perempuan saya - tidak memiliki masalah kesehatan. Mereka semua sehat, kecuali
saya. Saya merasa bahwa Allah lebih mengasihi saya daripada saudara kandung saya
karena Dia mengijinkan saya untuk mengalami kebaikanNya melalui ujian ini. Saya
tidak menyesal harus menjalani pengobatan seumur hidup, saya juga tidak bersedih
karena harus menghadapi gejala-gejala dari penyakit ini. Suara-suara itu muncul
menyalahkan, menghakimi dan bahkan mencela. Anda mengira ada seseorang yang
sedang brbicara kepada Anda, namun itu hanya halusinasi. Saya hanya bisa
berusaha untuk mengabaikan semua itu.
Saya tahu bahwa itu semua adalah gejala penyakit
saya, jadi saya lanjutkan saja hal-hal yang sedang saya kerjakan - belajar,
bekerja dan beribadah ke gereja - menjalani hidup saya. Saya harus menjalani
kehidupan yang berdisiplin dan memastikan bahwa saya tidak kekurangan istirahat.
Dan yang terpenting, saya harus menjauhi alkohol. Saya harus belajar memahami
semua ini dari sisi yang positif dan meyakinkan diri, "Ini hidup saya. Saya
harus menjalaninya tak peduli saya suka atau tidak."
Saya dilahirkan di tengah keluarga Kristen; saya
adalah generasi Kristen ketiga dalam keluarga - kedua kakek dan nenek saya
adalah orang Kristen. Di tahun-tahun awal sakit jiwa saya, saya menelusuri isi
Alkitab untuk mencari tahu mengapa saya harus mengalami penyakit semacam ini.
Ketika saya sampai di kitab Ayub - di mana Allah mengambil semua milik Ayub,
bahkan sampai pada kesehatannya - saya menyadari adanya rencana kebaikan Allah
bagi kita. Peristiwa ini terjadi bukannya karena Allah bertaruh dengan Iblis dan
mengorbankan kehidupan Ayub dalam prosesnya. Sebaliknya, Allah ingin memberi
Ayub berkat-berkat rohani, dan memampukan dia untuk mengenal Tuhan (Ayub
42:5,12). Allah memakai peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Ayub untuk
memberikan berkat dan perubahan di dalam kehidupannya. Mungkin Dia melihat bahwa
Ayub orang yang merasa benar sendiri, saya tidak tahu. Namun hal yang saya
ketahui adalah bahwa saya orang yang selalu merasa benar sendiri, dan Allah
mengijinkan saya mengalami semua ini demi kebaikan saya, saya harus selalu
bergantung kepadaNya dan selalu mencari pertolonganNya.
Saat mulai memahami kisah Ayub, saya benar-benar
mendapat penghiburan dari Firman Tuhan dan saya tidak merasa perlu lagi
menanyakan kepadaNya mengapa Dia membiarkan saya melalui semua kesukaran ini
dalam hidup saya. Segala sesuatu ada alasannya dan segala sesuatu terjalin demi
kebaikan orang-orang yang mengasihi Allah (Roma 8:28).
Nenek saya membawa saya ke gereja ketika saya
masih kecil. Saya dibaptis pada awal masa saya mengalami masalah kejiwaan. Pada
waktu itu, saya ingin belajar ke luar negeri, dan saya mengira bahwa dengan
dibaptis maka saya memiliki peluang yang lebih bagus untuk mendapat bantuan dari
misionaris asing. Dengan demikian, saya menjalani baptisan saat itu dengan
motivasi yang salah, untuk melanjutkan sekolah, dan bukan dari hati yang
sepenuhnya mengasihi Allah.
Baru belakangan, setelah pindah ke Kanada
sekitar 18 tahun yang lalu, saya dapati bahwa saya belum menerima Roh Kudus
sekalipun saya sudah dibaptis sejak remaja. Lalu saya minta dibaptis ulang dan
saya menerima Roh Kudus. Tuhan sangat bermurah hati kepada saya, dan melalui
khotbah-khotbah mingguan serta pertolongan pribadi, saya mulai berubah dari
manusia lama menjadi manusia baru di dalam Kristus. Jadi Anda bisa melihat bahwa
saya mempercayai Allah bukan karena latar belakang keluarga saya, kepercayaan
saya muncul sebagai tanggapan terhadap kasih Allah kepada saya.
Selama bertahun-tahun saya mengalami masalah
dengan kehidupan Kristen saya, namun saya tidak berusaha untuk memperbaikinya.
Akan tetapi, sekarang saya memilki kuasa untuk menjalani kehidupan yang kudus di
dalam Dia. Karena sekarang yang memiliki keutuhan hati untuk mengasihi Dia dan
berserah kepadaNya. Dia benar-benar mampu berkarya dalam hidup saya dan mengubah
saya menjadi manusia baru yang terus melangkah menuju standar kesempurnaan yang
ditetapkan oleh Juruselamat kita, Yesus Kristus yang terkasih.
Saat saya melayani Tuhan dengan sepenuh hati di
tengah jemaatNya - sebagai bendahara, penerjemah, pianis, pemimpin lagu dan guru
sekolah minggu - saya merasa hidup saya berharga bagi Dia. Saya mendapatkan
kedamaian karena kehendak Allah diwujudkan dalam hidup saya.
Saya benar-benar bersyukur kepada Allah atas
penyakit yang saya alami; penyakit ini membuat saya menjadi dekat dengan Allah
dan saya menglami tuntunanNYa. Dia bahkan berkarya melalui saya dengan
mengijinkan saya membantu mereka yang kekurangan. Satu keputusan penting yang
sedang saya jalankan sekarang ini adalah menggadaikan rumah saya senilai 75%
dari harga jualnya, dan memberikan sebagian besar uang tersebut untuk membantu
seorang kerabat yang sedang kesulitan dalam keuangannya. Saya telah belajar dari
Tuhan untuk membantu mereka yang sedang kekurangan, untuk membantu sesama (Lukas
10:36-37). Adalah lebih diberkati jika kita memberi daripada kita menerima dan
Allah tahu bahwa saya tidak mengejar harta. Jika Anda mendapat kesempatan untuk
menolong, pastikan bahwa Anda tidak kehilangan kesempatan tersebut. Karena
dengan melakukannya maka Anda sedang 'menabung di rekening surgawi Anda'.
Seperti yang diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada kita, Anda akan memiliki
'harta di sorga yang tidak akan habis' (Lukas 12:33)
Bahkan disaat ini, saat saya sedang menulis
kesaksian saya tentang karya Allah yang mulia di dalam hidup saya, saya bisa
merasakan betapa Tuhan menyejukkan hati saya. Dengan penyakit ini, saya tahu
bahwa saya ini bukan apa-apa dan kita (umat manusia) tidak lebih mulia dari
debu, akan tetapi Aallah peduli kepada kita dan telah mengutus AnakNya yang
tunggal untuk mati bagi dosa-dosa kita di kayu salib dan menggenapi rencana
keselamatanNya. Allah menangani setiap orang secara berbeda-beda, Dia
mengarahkan Anda menjadi miskin, kaya, cerdas atau apa pun itu - sesuai dengan
kehendakNya yang sempurna. Sedangkan saya, saya akan terus bersyukur kepadaNya
karena, selain persoalan pada otak saya, saya sepenuhnya normal. Saya bisa
melihat, mendengar, melangkah dan berlari. Saya bisa merasakan bahwa Dia
mengasihi saya dengan cara yang khusus supaya saya bisa mengalami Dia lebih dari
orang normal.
Dia memberi saya hal-hal yang mampu saya
tanggung. Bagi saya, cara penyembuhan saya adalah dengan menyibukan diri; saya
tidak akan mengizinkan diri saya bermalas-malasan di rumah tanpa berbuat
apa-apa. Sebagian orang yang mengalami penyakit seperti saya, sayangnya,
memilih untuk tidak mengerjakan apa-apa. Tidak berbuat apa-apa adalah hal
terburuk dalam hidup seseorang karena Allah ingin agar kita memanfaatkan waktu
kita dengan bijak, memanfaatkannya untuk tujuan yang kekal, untuk mencari Dia,
untuk mengenal Dia, dan untuk menjadi sahabat baikNya.
Jika hal yang saya tulis ini bisa menguatkan
Anda, puji syukur kepada Tuhan. Menderita suatu penyakit tidaklah seburuk
perkiraan orang; selalu ada sisi positifnya. Inti kesaksian saya adalah bahwa
Allah memberikan saya gangguan mental untuk menjadikan saya rendah hati dan
mengajari saya banyak pelajaran di dalam hidup, hal yang mungkin tidak bisa
dipelajari oleh orang lain. Saya memuji Dia atas kebesaran dan hikmatNya karena
telah memilih orang yang tidak berarti seperti saya untuk mengalami realitasNya
lewat cara yang ajaib.
Saya mendengarkan suara-suara yang menentang
saya selama bertahun-tahun. Sekarang ini, tahun-tahun belakangan ini, suara yang
saya dengar sungguh berbeda - itulah suara Allah yang selalu menenteramkan
setiap saat!
(Kesaksian dari seorang saudara di dalam Gereja
yang tetap hidup berkemenangan dan menjadi berkat bagi orang lain sekalipun
harus bergumul dengan penyakitnya seumur hidupnya)