Jumat, 09 Mei 2014

Keksasian Michael Oher ( Film The Blind Side - Sandra Bullock )

Film Blind Side yang diperankan oleh Sandra Bullock memaparkan kisah Michael Oher, seorang anak jalanan yang setiap malam harus mencari tempat hangat untuk berteduh. Sangat mudah untuknya terjerumus ke dalam dunia kejahatan dan menjadi anggota geng. Tapi di saat hidupnya berada di titik paling rendah, dia ditemukan oleh sebuah keluarga Kristen yang mengasihi dan menerima dia sebagai anggota keluarga mereka sendiri. Berkat kasih, kepedulian dan pengorbanan dari keluarga yang mengasihi Tuhan ini Michael berhasil menyelesaikan pendidikannya dan akhirnya menjadi atlet professional yang sukses di US. Barangsiapa yang menonton film yang memenangkan Oscar untuk Sandra Bullock ini pasti akan bertanya apakah film ini berdasarkan kisah yang benar? Apakah memang ada orang seperti keluarga Tuouy, yang mau membuka hati dan rumah mereka kepada seorang anak kulit hitam yang tidak jelas asal usulnya? Saya sendiri agak ragu dan mengira bahwa tidaklah mungkin ada orang yang seperti itu di dunia ini. Pasti penulis naskah film itu mengarang-garang cerita agar filmnya menjadi lebih sensasional dan menyentuh hati. Namun saat saya "meng-google" tentang hal ini, saya menemukan tulisan dari keluarga Tuohy dalam buku mereka berjudul, "In a Heartbeat: Sharing the Power of Cheerful Giving." Berikut adalah apa yang ditulis oleh Leigh Anne saat dia menulis tentang motivasi yang mendorongnya untuk membantu Michael.

"Keyakinan kami yang paling dalam tertulis dengan indah di surat Paulus di 2 Korintus 9 ayat 7: 'Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.' Setelah bertahun-tahun mengikut Tuhan, kami telah tiba pada keyakinan bahwa pemberian yang dari hati yang penuh kerelaan, spontan dan sukacita, tidak kira seberapa kecil, akan diperbesar dan perkuat oleh Allah. Iman kami telah membantu kami untuk memahami bahwa dengan bersikap murah hati, kami sebenarnya sedang mempersiapkan diri kami untuk dipakai oleh Tuhan agar dapat menjadi berkat bagi orang lain.
Namun, untuk sesungguhnya memberi, hati kita harus dibenahi terlebih dulu. Sangatlah penting untuk melepaskan kepentingan diri saat kita memberi. Apakah kita mengharapkan sesuatu lewat pemberian kita? Tuhan melihat ke dalam hati dan bukan hanya pada pemberian kita.
Alkitab berkata bahwa dalam memberilah kita menerima (Lukas 6.38). Dan ini memang sangat nyata dalam pengalaman kami. Anak kami, Michael memberi pada kami jauh lebih banyak dari apa yang kami berikan padanya. Hal ini sering membuat bingung banyak orang; bagaimana mungkin seorang anak jalanan yang tidak punya apa-apa dapat memberi sesuatu kepada orang tuanya yang tidak kekurangan apapun dan mempunyai dua anak yang sempurna? Hal ini mungkin karena dalam setiap interaksi dengan Michael, kami mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Kami memberinya sebuah keluarga - dan dia memberikan kembali pada kami sebuah keluarga yang lebih kuat dan terfokus. Kami memberinya nasehat dan dukungan - dan dia memberikan pada kami suatu kesadaran yang lebih mendalam tentang dunia. Kami memberi kasih pada seorang anak dan dia mengembalikan pada kami seorang pria yang dapat dibanggakan. Setiap hal yang kami berikan padanya, dia mengembalikan berkali lipat!
Kami yakin bahwa Tuhanlah yang sedang memegang kendali di atas semuanya. Saat kami memandang kembali, kami melihat bahwa Michael menjadi bagian dari keluarga kami karena kami terbuka pada kesempatan-kesempatan yang Allah berikan pada keluarga kami. Tuhan punya rencana untuk hidup Michael, dan kami hanyalah orang-orang yang Tuhan pakai untuk menjalankan rencananya. Kami melihat peran kami sebagai alat-alat yang Tuhan pakai untuk menggenapi rencana dan tujuanNya. Seperti yang dikatakan oleh Billy Graham, "Warisan yang kita tinggalkan bukanlah hanya harta milik kita, tetapi kualitas hidup kita. Limbah terbesar di seluruh bumi ini, yang tidak dapat didaur ulang adalah pemakaian secara sia-sia waktu yang Tuhan berikan kepada kita setiap hari." Karena itu, kami mau berbuat sesuatu bagi Tuhan di dalam hidup kami dan tidak hanya disibukkan dengan banyak urusan yang sebetulnya sia-sia.
Sean (suami Leigh Anne) dan saya setuju bahwa hidup ini adalah suatu ujian. Allah mau melihat bagaimana kita akan menangani setiap situasi. Itulah alasan mengapa Allah memberikan kita permasalahan, kenikmatan, kekayaan dan kekurangan. Itulah alasan mengapa Allah menjadikan orang kulit hitam, putih, Latino dan Asia; itulah alasan mengapa ada yang kaya dan miskin. Semuanya ini adalah suatu ujian besar, dan soal yang ditanya dalam ujian ini adalah, "Apa yang akan Anda lakukan dengan semua perbedaan itu?" Tuhan telah memberikan pada kami permasalahan untuk melihat bagaimana kami menanganinya. Dan Tuhan mendatangkan begitu banyak orang yang sangat berbeda dengan kita dalam hidup kita untuk melihat apakah kita dapat hidup dengan sesama dan menerima semua perbedaan yang ada.
Kami telah belajar bahwa kasih dapat masuk ke dalam hidup kita kapan-kapan saja. Orang yang dalam keluarga Anda tidak semestinya yang punya pertalian darah dengan Anda, dan mengasihi sesama tanpa syarat tidaklah sesusah yang kita bayangkan. Berikanlah kasih dan Anda akan selalu mendapatnya kembali. Kasih tidak membedakan budaya dan ras. Inilah kisah kami dan inilah pesan dari kami."

Sebelum Michael mengenal keluarga Tuohy, dia selalu sendiri dan harus merawat dirinya sejak kecil. Dalam waktu 9 tahun, dia telah pindah 11 sekolah. Michael tidak tahu apa bedanya kata benda dan kata kerja, apa itu lautan. Guru sekolahnya bahkan tidak tahu apakah dia bisa membaca atau tidak. Tanpa kesempatan yang diberikan keluarga angkatnya, tidak mungkin baginya untuk menyelesaikan pendidikannya apa lagi menerima tawaran beasiswa dari universitas sebagai pemain football.
Menurut Michael Tuhanlah yang menuntunnya untuk bertemu dengan keluarga Tuohy. "Semuanya ini terjadi karena yang maha kuasa di atas. Saya terberkati karena diterima ke dalam sebuah keluarga yang telah banyak menunjukkan kasih dan mengajar saya. Hal ini merupakan hal terbaik yang pernah saya miliki dalam hidup ini. Saya hanya memerlukan suatu kesempatan. Sebenarnya banyak orang yang tahu tentang keadaan saya, bukan saja Sean dan Leigh Anne. Tapi merekalah yang maju untuk merangkul saya."
Setelah membaca apa yang disampaikan sendiri oleh Leigh Anne dan Michael, sangatlah jelas bahwa keluarga Tuohy adalah tangan dan kaki Kristus di bumi ini, dan hidup mereka telah sangat berdampak, bukan hanya pada Michael tapi pada banyak orang yang mengetahui kisah mereka apakah lewat film Blind Side, buku yang mereka karang maupun lewat media massa yang lainnya.
Jika kita jujur dengan diri kita sendiri, kita kemungkinan akan mengingat saat-saat di mana kita tergerak untuk melangkah keluar dalam iman, dan memberikan sedikit kasih dan belas kasihan pada seseorang yang kita kenal - atau bahkan pada orang yang tidak kita kenal. Saat itu bisa menjadi momen-momen yang tak ternilai harganya ataupun kesempatan yang terhilang - semuanya itu tergantung sepenuhnya pada kita.