Selasa, 12 Juli 2011

MENJADI KEKRISTENAN YANG BERKUALITAS

KEKRISTENAN-YANG-BERKUALITAS

Dalam Lukas 14:16-23, ada perumpamaan tentang Kerajaan Allah, di mana Allah sedang mengadakan perjamuan besar dan banyak orang diundang untuk menghadirinya. Tetapi orang-orang yang diundang dalam perjamuan itu menolak untuk datang.
Padahal Tuan yang mengadakan perjamuan itu yaitu Yesus berkata, “Rumahku harus penuh” (ayat 23).
Orang-orang yang menolak undangan itu kehilangan kesempatan untuk menikmati perjamuan tersebut. Itulah gambaran orang-orang yang menolak keselamatan dan anugerah dari Tuhan. Ada tiga alasan orang menolak undangan, yaitu :
I. HARTA KEKAYAAN (ayat 18).

Orang pertama yang diundang ke perjamuan tersebut tidak mau datang karena baru saja membeli ladang / property. Pada hal yang mengundangnya adalah tuan di atas segala tuan yaitu Yesus. Orang ini lebih mementingkan property atau ladangnya daripada ketaatan kepada Tuhan.
Apakah membeli tanah itu dosa? Apakah mempunyai kekayaan itu salah? Pasti tidak! Tetapi mengapa orang ini tidak bisa masuk dalam perjamuan Tuhan dalam kerajaan-Nya? Karena perhatian mereka kepada harta/kekayaan lebih daripada ketaatan kepada Tuhan. Hal inilah yang menjadikan seseorang  gagal masuk dalam keselamatan. Pandangannya lebih tertuju kepada kekayaan daripada ketaatan kepada Tuhan. Contoh: seorang muda yang kaya dalam Alkitab gagal mendapat keselamatan karena perhatiannya lebih pada kekayaan daripada ketaatan kepada Tuhan.
Jangan sampai kesalahan ini terulang dengan kita yang sudah diselamatkan. Marilah kita berkomitment mau memberikan perhatian kepada Tuhan lebih dari pada kekayaan. Kita bersyukur punya harta, tetapi kita mau perhatian kepada Tuhan lebih dari harta kita.


II.  BISNIS / PEKERJAAN (ayat 19)

Orang kedua yang diundang dalam perjamuan ini adalah orang yang baru saja membeli lembu untuk dipekerjakan, jadi tidak bisa datang ke perjamuan tersebut. Alasan yang kedua orang tidak dapat masuk dalam keselamatan adalah bisnis atau perkerjaan.  Apakah ber-bisnis atau memiliki pekerjaan itu dosa? Pasti tidak! Tetapi kalau  business atau pekerjaan itu dianggap lebih penting daripada ketaatan kepada Tuhan maka hal itu menjadikan  seseorang gagal masuk dalam keselamatan.
Kita bersyukur sudah masuk dalam keselamatan; tetapi ada orang di luar sana yang sibuk dengan hartanya, selalu memikirkan hartanya, ada yang sibuk dengan pekerjaannya, sehingga tidak taat kepada undangan Tuhan.
Kita yang sudah masuk dalam keselamatan, mempunyai dasar yaitu Kristus.  Di atas dasar itu harus kita bangun, bukan perhatian lebih kepada harta dari pada taat kepada Yesus dan bukan juga perhatian lebih kepada pekerjaan dari pada taat kepada Yesus, tetapi kita harus memberi prioritas kepada Tuhan yang utama.
Ketaatan kepada Tuhan harus menjadi prioritas yang utama. Tuhan ingin setiap orang yang sudah di dalam DIA, mengenal Tuhan (ginoskomengenal dengan intim seperti suami istri) dengan benar (Matius 7:22). Orang yang tidak intim akan menjadi pembuat kejahatan (lawlessness – pelanggar hukum, tidak ada aturannya).

III.  KELUARGA / RUMAH TANGGA (ayat 20)
Orang ketiga yang diundang dalam perjamuan tersebut baru kawin, sehingga tidak bisa memenuhi undangan perjamuan Tuhan. Alasan yang ketiga yang membuat orang tidak masuk dalam keselamatan adalah keluarga/rumah tangga. Apakah memiliki suami/istri atau keluarga itu dosa? Pasti tidak! Tetapi keinginan untuk menyenangkan pasangan/keluarga lebih daripada ketaatan kepada Tuhan menjadikan seseorang gagal masuk dalam keselamatan.  Contoh Adam lebih menyenangkan Hawa, istrinya dan makan dari buah yang dilarang Tuhan untuk dimakan itu, sehingga keduanya terbuang dari Eden (Kejadian 3:6).

Bagaimana dengan kita? Kita sudah ada dalam keselamatan; sudah percaya Yesus. Ketiga hal di atas menjadi peringatan bagi kita dan tidak menjadi penghambat dalam membangun kekristenan kita di atas dasar Kristus, sehingga memiliki kualitas kekristenan emas, perak dan batu permata.
Untuk diselamatkan fondasi seseorang harus Yesus (I Korintus 3:11). Dalam kehidupan orang yang sudah selamat itu akan didirikan dua jenis bangunan di atas fondasi Yesus itu (I Korintus 3:12-15), yaitu bangunan yang pertama dengan emas, perak dan batu permata atau bangunan yang kedua dengan kayu, rumput kering dan jerami. Suatu kali kelak, pekerjaan orang akan nampak pada hari Tuhan, sebab ia akan nampak dengan api. Perikop ini memberikan gambaran kehidupan manusia A dan manusia B yang fondasi hidupnya adalah Yesus. Kristus sebagai dasar. Kristus sudah mati, bangkit, naik ke surga dan Ia akan datang kembali.
Keduanya sama-sama selamat. Manusia A membangun di atas fondasi Kristus itu dengan emas, perak dan batu permata; membangun kekristenan yang berkualitas. Sebaliknya manusia B, membangun di atas fondasi Kristus itu dengan kayu, rumput kering dan jerami; membangun kekristenan yang sembarangan (tidak berkualitas). Dalam perjalanan hidup kekristenannya sampai pada hari Tuhan yang Nampak dengan api, membakar dan menguji pekerjaan itu. Manusia A yang tidak terbakar dan mendapatkan upah, warisan dan mahkota-mahkota, tetapi manusia B terbakar dan mengalami kerugian. Walaupun sama-sama hidup, bagi seorang yang tidak mempunyai apa-apa, maka hidupnya kurang nyaman. Yang satu menerima upah, yang lainnya menderita kerugian.
Sebab itu saya mendorong jemaat untuk membangun kekristenan yang bermutu (berkualitas). Setelah diselamatkan, membangun ibadah yang sungguh-sungguh berkualitas, memberi korban persembahan yang terbaik. Orientasinya karena mengasihi Tuhan yang sudah mati bagi kita dan segala sesuatu yang kita lakukan karena kasih kepada Tuhan, maka mujizat yang mengejar hidup kita, bahkan apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, di dengar telinga dan yang tidak pernah timbul di dalam hati akan disediakan bagi orang yang mengasihi Yesus.
Saat Yesus datang kembali, Ia menemukan kita semua memiliki kekristenan yang bermutu/berkualitas. Hidup kekristenan yang kita lakukan bukan dihadapan orang saja tetapi dihadapan Kristus (Efesus 2:12-15). Bukan membangun kekristenan yang bengkok dan beraib, tetapi kekristenan yang bercahaya seperti bintang-bintang di dunia. Amin.
Oleh Kasih-Nya,
Ps. Yusak Hadisiswantoro