Dalam Perjanjian Lama,
Kata ‘iman’ dalam Perjanjian Lama disebutkan hanya dua kali saja, yaitu dalam Ul 32:20 “kesetiaan” (Ibrani: ēmūn) dan Hab 2:4 “percayanya” (Ibrani: ěmūnāh). Hal ini tidak berarti bahwa iman tidak penting. Karena masih ada banyak istilah lain misalnya kata Ibrani ‘batakh’ yang biasanya diterjemahkan ‘percaya’.
Kata ‘iman’ dalam Perjanjian Lama disebutkan hanya dua kali saja, yaitu dalam Ul 32:20 “kesetiaan” (Ibrani: ēmūn) dan Hab 2:4 “percayanya” (Ibrani: ěmūnāh). Hal ini tidak berarti bahwa iman tidak penting. Karena masih ada banyak istilah lain misalnya kata Ibrani ‘batakh’ yang biasanya diterjemahkan ‘percaya’.
Sebagian besar orang beranggapan bahwa di dalam PL, orang diselamatkan berdasarkan perbuatannya. Kita bisa memperhatikan salah satu contoh dari Maz 26:1. Memang pemazmur menyebut ‘ketulusan hatinya, tetapi hal ini tidak berarti bahwa ia percaya kepada diri/perbuatannya sendiri melainkan Allah yang dia percayai, maka kalimat ini harus dibaca secara utuh. Jika kita lihat lebih teliti, bahwa dalam PL yang dituntut adalah sikap yang benar terhadap Allah, yang artinya iman atau kepercayaan. Maz 37:3-5 mencatat “Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik…dan bergembiralah karena Tuhan, maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya dan Ia akan bertindak”. Kita diajar untuk berharap kepada Allah saja serta hidup dari iman, bukan hidup dan percaya kepada kekuatan sendiri.“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri” (Ams 3:5). “Siapa percaya kepada hatinya sendiri adalah orang bebal” (Ams 28:26). “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari Tuhan” (Yer 17:5)
DALAM PERJANJIAN BARU
Pemakaian Umum
Dalam Perjanjian Baru, ‘iman’ didefinisikan sebagai suatu sikap yang di dalamnya seseorang melepaskan andalan pada segala usahanya sendiri untuk mendapat keselamatan (kebajikan/kebaikan susila/apa saja….) kemudian sepenuhnya mengandalkan Yesus Kristus serta berharap keselamatan hanya kepadaNya. Sewaktu kepala penjara Filipi bertanya “Apakah yang harus aku perbuat supaya aku selamat?” Paulus dan Silas tanpa ragu-ragu menjawab, “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat” (Kis 16:30). “…dan setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16). Iman ialah satu-satunya jalan dimana manusia beroleh keselamatan.
Orang yang benar-benar percaya kepada Allah akan memiliki tindakan yang selaras dengan iman tersebut. Atau dengan kata lain, kepercayaan yang sungguh bahwa apa yang dinyatakan Allah memang benar akan nampak dalam iman yang benar pula. “Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal” (Yoh 5:24). Susunan tata bahasa khas untuk iman yang menyelamatkan dalam bahasa aslinya adalah kata kerja ‘pisteuo’ disusul kata ‘eis’ yang artinya “percaya ke dalam”. Maksudnya adalah iman yang mengeluarkan seseorang dari dirinya sendiri dan menaruh dirinya di dalam Kristus (Yoh 15:4), iman yang melaluinya orang percaya berpaut pada Juruselamatnya dengan segenap hatinya, serta menyerahkan dirinya kepada Kristus.
Kata kerja pisteuo mengandung acuan waktu aoristus, presens dan perfektum. Waktu aoristus mengacu pada tindakan yang terjadi pada waktu lalu. Penggunaan waktu tersebut menandakan sifat yang menentukan dari iman. Jika seseorang menjadi percaya ia akan menyerahkan dirinya secara menentukan kepada Kristus. Waktu presens berarti ‘berjalan terus’ atau ‘berulang-ulang’. Ini menandakan bahwa iman bukanlah sesuatu yang berlalu, melainkan berlangsung secara terus-menerus. Dan waktu perfektum menunjukan kedua waktu diatas serta membicarakan tentang tindakan masa kini yang merupakan kesinambungan tindakan di waktu yang lalu. Acuan waktu diatas menunjukkan bahwa orang yang menjadi percaya akan memasuki suatu keadaan yang menetap. Yohanes 3:18 berkata, “Barangsiapa percaya kepadaNya, ia tidak akan dihukum. Barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman”. Kekekalan ditentukan kini dan di sini. Iman tidak hanya menjamin hidup yang kekal pada suatu masa depan, tetapi juga memberi hidup yang kekal sekarang ini. “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh (ekhei ‘waktu presens : jadi sekarang sudah’) hidup yang kekal”(Yoh 3:36).
Pemakaian Khusus
Ibrani 11
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari
segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr 11:1)….Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah” (Ibr 11:6).
segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr 11:1)….Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah” (Ibr 11:6).
Setiap ayat dalam surat Ibrani 11 menunjukkan bahwa hanya oleh iman sajalah seseorang dapat berkenan kepada Allah. Bahkan ketika tidak mempunyai apapun secara lahiriah yang bisa menopang kehidupan perjalanannya, mereka tetap berpegang teguh kepada janji-janji Allah. Mereka hidup dan berjalan dalam iman, bukan berdasarkan apa yang mereka lihat.
PAULUS
Bagi Paulus, iman adalah sikap khas Kristen. Kata pistis seringkali dikaitkan dengan beberapa gagasannya yang utama. Dalam kitab Roma 1:16, Paulus berkata, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.”. Paulus menyatakan bahwa agama Kristen lebih dari sekedar pola nasehat yang baik dan Injil bukan hanya sekedar mengatakan kepada manusia apa yang wajib mereka lakukan, tetapi Injil itu sendiri memberikan kekuatan kepada mereka untuk melakukannya. Beberapa kali Paulus menekankan bahwa kekuatan Roh Kudus harus diperlihatkan dalam hidup orang Kristen dan kekuatan ini dapat berperan dalam hidup seseorang hanya jika ia percaya. Tidak ada yang bisa mengganti iman.
Doktrin pembenaran oleh iman adalah pusat pemberitaan Paulus. Manusia tidak dapat berbuat apapun juga untuk mendatangkan keselamatan dirinya. Segala sesuatu telah genap seutuhnya dilakukan oleh Kristus. “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: “tidak ada seorangpun yang dibenarkan” oleh karena melakukan hukum Taurat.” (Gal 2:16). Iman berarti melepaskan segala kepercayaan yang mengandalkan kemampuan diri dan menjadi percaya serta mengandalkan Kristus sepenuhnya berdasarkan kasih karuniaNya.
Ciri khas lain dalam theologi Paulus adalah peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya. Roh Kudus yang diam dalam diri orang percaya menandakan bahwa dia adalah hak milik Allah. “Di dalam Dia kamu juga–karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu–di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu.” (Ef 1:13). Materai melambangkan hak pemilikan. Jadi, jika seseorang menjadi percaya, ia akan menerima Roh Kudus sebagai bagian dari kehidupan di dunia yang akan datang, juga jaminan bahwa sisanya (yang belum kita terima) akan diberikan kepada kita.
Yakobus 2
“Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati (Yak 2:17)… manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.” (Yak 2:24).
Pasal ini seolah-olah menunjukkan bahwa manusia diselamatkan karena perbuatannya, bukan karena iman saja. Akan tetapi dengan melihat latar belakang penulisan kitab ini, kita akan memiliki pemahaman yang utuh. Kata “perbuatan” disini berarti buah-buah Roh. Sejak awal suratnya Yakobus sudah berbicara tentang ‘ujian terhadap iman’ (Yak 1:3). Ia menasihati pembacanya sebagai ‘orang yang beriman kepada Tuhan Yesus Kristus’ (Yak 2:1). Perbuatan-perbuatan kasih timbul sebagai dampak dari sikap yang benar terhadap Allah. Perbuatan adalah buah iman. Yakobus menekankan bahwa jika iman tidak menghasilkan perbuatan berarti sia-sia. setan-setanpun percaya akan hal itu (Allah) dan gemetar. “Kalian percaya bahwa Allah hanya satu, bukan? Nah, roh-roh jahat pun percaya dan mereka gemetar ketakutan!” (Yak 2:19).
Iman berarti : membuang segala kepercayaan kepada sumber-sumber kekuatan sendiri – pasrah menyerahkan diri sendiri tanpa syarat kepada rahmat Allah – memegang teguh janji Allah didalam Kristus dengan memautkan seluruh kepercayaan kepada karya Kristus yang telah genap dan kepada kekuasaan Roh Kudus sebagai kekuatan sehari-hari.
PEMAHAMAN THEOLOGI REFORMED MENGENAI IMAN
<Objek dari Iman adalah hanya diri Allah yang oleh karena anugerahNya telah dinyatakan kepada kita dalam pribadi Yesus Kristus melalui kesaksian Alkitab yang telah diinspirasikan oleh karya Roh Kudus.
<Subjek dari Iman adalah seluruh kepribadian kita baik pikiran, perasaan, maupun kehendak yang meresponi kebaikan dan kesetiaan Allah serta pengampunan dosa di dalam Kristus.
<Bagi Theologi Reformed, Iman merupakan pemberian Allah dan bukan hasil usaha/daya upaya manusia (Ef 2:8-9).
<Iman timbul dari pendengaran terhadap Injil Kristus (Rom 10:17).
<Kita diselamatkan oleh anugerah melalui Iman, di samping itu Iman selalu berkaitan dengan tindakan kasih dan pelayanan bagi kemuliaan Allah (Gal 5:6).
Referensi :
J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I (A-L), Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2005.
Donald K. McKim, Encyclopedia of The Reformed Faith, Westminster/John Knox Press, 1992.
James Orr, The International Standard Bible Encyclopaedia Vol.2, WM B.Eerdmans Publishing Co., 1955.