Surat Ibrani 11 mengajarkan kepada seluruh orang percaya untuk hidup oleh iman dan dalam pasal 11 ini, penulis surat Ibrani mengajarkan dua topik penting yang berkenaan dengan iman. Pertama, Ibrani 11:1-3 memaparkan apa itu iman dan bagaimana iman bekerja sehingga bukan maksud penulis untuk memberi definisi tentang iman. Sedangkan topik kedua, Ibrani 11:4-40 merupakan demonstrasi iman. Dalam perikop ini, penulis surat Ibrani menceritakan tentang saksi-saksi iman seperti Habel, Nuh, Abraham, Sara, Yusuf, dan tokoh-tokoh Alkitab lainnya, yang mengajarkan kepada kita tentang iman dan sikap/perbuatan mereka yang keluar dari iman yang diberikan Allah kepada mereka. Ada keterkaitan antara kesaksian iman mereka dengan perbuatan tertentu untuk menunjukkan iman mereka kepada Allah. Nuh yang percaya kepada Allah lalu ia membangun bahtera, Rahab yang percaya lalu menggantungkan tali merahnya, Abraham yang percaya lalu mempersembahkan anaknya. Jadi sejauh mana relasi antara iman dan perbuatan ?
“Apakah gunanya saudara-saudara, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia ?” (Yak 2:14)
Relasi antara iman dan perbuatan merupakan suatu hal yang dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, sama persis antara pikiran dan perasaan dalam diri manusia. Ada semacam orang yang mengaku dirinya percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat namun dari sikap hidupnya tidak menunjukan perbuatan yang mencerminkan imannya kepada Kristus. Bukankah hal yang seperti ini menjadi satu tanda tanya ? Hal inilah yang dipaparkan oleh Yakobus dengan menggunakan pertanyaan sindiran seperti kalimat diatas. Meskipun perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan, tidak menambahkan apa-apa bagi iman kita di hadapan Allah dan meskipun kondisi satu-satunya dari pembenaran kita adalah iman kita di dalam Kristus, tetapi apabila perbuatan-perbuatan baik itu tidak mencerminkan pengakuan iman kita, maka apakah kita sungguh-sungguh memiliki iman yang benar. Iman yang benar menyatakan dengan sendirinya kasih kepada sesama dan didorong oleh ucapan syukur, iman tidak pernah gagal untuk menghasilkan tindakan kasih (Gal 5:6, NIV)
Dari kalimat diatas tadi berarti jelas bahwa iman yang benar menghasilkan tindakan kasih/perbuatan baik. Maka Yakobus dengan tajam mengatakan kepada pembaca suratnya bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak 2:26). Perbuatan seseorang menyatakan iman yang ada di dalam orang tersebut. Hal ini mengingatkan penulis kepada teladan iman dan perbuatan dari George Müller pada abad 19 dalam mengasuh ribuan anak yatim piatu di Inggris maupun Pdt. Stephen Tong, khususnya, pada waktu memulai Gerakan Reformed Injili di Indonesia.
Apakah kita dengan sungguh-sungguh memperhatikan bahwa seluruh perbuatan baik yang dilakukan di dalam kehidupan ini sesuai dengan iman yang diberikan oleh Tuhan atau tidak ? Lalu perbuatan baik seperti apa yang harus kita lakukan ?
Referensi :
R.C. Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen, SAAT – Malang, 1997.