Ada pemimpin gerejayang mungkin karena kebingungan tentang topik keselamatan, mengajarkan kepada anggotajemaatnya konsep keselamatan yang kedengarannya agak aneh, yaitu penginjilan terhadapbayi, bukan hanya kepada yang telah lahir, bahkan kepada yang masih di dalam kandungan.Memang agak aneh, tetapi ini bukan cerita bohong, betul-betul ada gereja yangmengajarkan bahwa mereka perlu menginjil bayi yang masih di dalam kandungan.Mendengar itu, seorang teman berguyon, bahwa yang sanggup melakukan tugas ituhanya dokter kandungan.
AKIBAT DOKTRIN KESELAMATAN YANG SALAH
Calvinis, karenapercaya bahwa nasib orang telah dipredestinasikan dalam satu dekrit Allah sejakkekekalan, percaya bahwa tiap-tiap orang yang akan dijumpai mereka di Sorga kelakadalah yang dipilih Allah tanpa kondisi (UnconditionalElection).
Dengan konsepdemikian, maka dapat disimpulkan bahwa keselamatan bayi juga masuk dalamlingkup unconditional election sebagaimanaorang dewasa. Sebagaimana orang dewasa masuk Sorga karena dipilih secara tanpakondisi, maka tentu pemilihan itu termasuk bayi.
Jika Calvinisberterus terang, maka mereka tidak tahu, serta tidak ada cara untuk mengetahuiapakah seseorang termasuk dalam pilihan atau tidak. Dengan kata lain, sesungguhnyabagi Calvinis mereka tidak tahu siapa masuk Sorga atau tidak, bahkan mereka tidakmemiliki cara bagi seseorang untuk memastikan dirinya masuk Sorga, karena tidakada orang yang tahu apakah dirinya termasuk dalam pilihan atau tidak. Jikaterhadap orang dewasa saja Calvinis tidak akan tahu dan tidak ada kepastiansiapa masuk Sorga siapa masuk Neraka, apalagi bayi mereka.
TULIP. Dimana T = Total Depravity dalam bahasaIndonesia bisa diterjemahkan“hancur total” dan U= Unconditonal election dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan “pemilihan tanpa kondisi.L = Limited Atonement dalam bahasaIndonesia bisa disebut “penebusan terbatas.” Dan I = Irresistable Grace dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan“anugerah yang tidak bisa ditolak” serta yang terakhir P = Perseverance of the saints atau dalam bahasa Indonesianya adalah“ketekunan orang-orang kudus”. Calvinis sendiri sudah semakin meninggalkan limapoin mereka karena bukan hanya tidak alkitabiah, yaitu tidak didukung ayat-ayatAlkitab, bahkan tidak masuk akal. Akhirnya para Calvinis menyebut diri mereka three-point Calvinis, two-point Calvinis, bahkan one-point Calvinis. Hampir tidakditemukan Calvinis yang benar-benar percaya pada keseluruhan dari lima poinCalvinis. Mereka makin langka karena terlalu sulit untuk mempertahankan bahwaTuhan Yesus mati di kayu salib hanya menebus sebagian orang, yaitu yang dipilihAllah dalam kekekalan sementara Alkitab dengan begitu jelas menyatakan bahwaAllah mengasihi semua manusia, dan Kristus mati bagi semua manusia (Yoh.3:16, IYoh.2:2, Ibr.2:9). Atau sebagian mereka mengambil poin-poin Calvinis danmencampurkannya dengan konsep mereka sehingga lebih tidak harmonis lagi jikadinalarkan.
Konsep Calvinistersebut di atas secara langsung maupun tidak langsung menempatkan Allah sebagaipenjahat karena memilih orang masuk Sorga dan membiarkan orang masuk Neraka tanpa kondisi. Seandainya ada sebuah kapalyang berpenumpang seribu orang sedang dalam proses tenggelam, dan berdekatandengan kapal tersebut ada sebuah kapal kosong yang mampu menampung dua ribuorang, namun kapten kapal bertindak ugal-ugalan, ia hanya memilih secara tanpakondisi (Unconditional Election)seratus orang saja untuk diselamatkan, dan membiarkan sembilan ratus orang lainmati tenggelam, maka setelah peristiwa tersebut semua orang akan menuntutkapten kapal tersebut diadili dan dijebloskan ke dalam penjara. Dia bisa lolosdari penjara jika dibuktikan bahwa ia sakit jiwa. Menurut anda masuk akalkahAllah yang berfirman, “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik,tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa (Yak.4:17),” ternyata ia sendiri membiarkan sebagianorang masuk Neraka tanpa kondisi dan menyelamatkan sebagian orang TANPA KONDISI?
KEBINGUNGAN TENTANG NASIB BAYI
Sebagian pemimpingereja yang terpengaruh oleh konsep Calvinis menjadi bingung tentang nasib bayi yang mati,mengajarkan bahwa bayi orang Kristen akan masuk Sorga, sedangkan bayinon-Kristen akan masuk Neraka, tanpa menyertakan ayat Alkitab maupun akalsehat.
Bayangkan kalauseorang bayi yang ayahnya Kristen sedangkan ibunya nonKristen, atau sebaliknyaibunya Kristen dan ayahnya non-Kristen, apakah ia masuk Sorga? Lalu bagaimanakalau ada sepasang suamiistri yang ketika belum menjadi Kristen kematian bayi,dan dua tahun kemudian menjadi Kristen juga kematian bayinya yang kedua, apakahbayi yang pertama masuk Neraka dan bayi kedua masuk Sorga? Tidak masuk akal dantidak ada dasar ayat Alkitab.
Sebenarnya jikaseseorang konsisten dengan konsep Calvinis tentu ia harus percaya bahwa bayipun dipilihsecara unconditional untuk masukSorga sehingga ada bayi yang betul-betul “sial” karena tidak terpilih sehinggaia masuk Neraka. Ada bayi yang terpilih secara unconditional dan ada bayi yang masuk Neraka karena tidak terpilih secaraunconditional. Tidak heran kalau LaurenceM. Vancedalam bukunya The Other Side of Calvinism menyatakan bahwa Calvinisme adalahsebuah wabah bagi kekristenan.
KOMBINASI YANG SALAH
Ada lagi gerejayang terpengaruh sedikit konsep Calvinis, sehingga percaya bahwa sekalidiselamatkan maka apapun yang terjadi pasti akan selamat (once saved always saved), namun mereka tidak percaya padapemilihan, melainkan pada keselamatan oleh iman. Ini adalah konsep campuranantara Calvinisme dengan akal sehat yang sebenarnya tidak selaras.
Kalau seseorangdiselamatkan oleh iman, bukan oleh pemilihan, maka keselamatannya bukanunconditional melainkan conditional. Kalau iman merupakan kondisi keselamatan jiwanya,berarti tidak mungkin once saved alwayssaved, karena sepenuhnya tergantung pada imannya. Kalau imannya tetap tidakberubah maka ia akan selamat. Tetapi kalau imannya berubah, tentu ia tidakselamat (Ibr.3:14).
Mereka seringbertanya kepada orang, apakah keselamatan seseorang bisa hilang? Atau, apakahkeselamatan bisa hilang? Jelas ini adalah pertanyaan yang salah. Jawabannya tentukeselamatan tidak bisa hilang karena keselamatan itu bukan barang, melainkan sebuahkeadaan yang dijanjikan. Pertanyaan yang lebih cerdas dan logis ialah, apakahiman seseorang bisa berubah? Apakah seseorang yang imannya berubah masih tetapakan selamat? Ini adalah pertanyaan yang lebih masuk akal dan perlu dijawab.
Tentu jangan kitayang menjawab dengan akal budi kemanusiaan kita, melainkan membiarkan Alkitabsendiri yang memberi jawabannya. Cobalah tenangkan pikiran anda dan bacahati-hati ayat-ayat Alkitab yang terkutip di bawah ini. Apakah iman seseorang bisaberubah, atau apakah dibutuhkan kesetiaan sampai akhir untuk mendapatkan janjikeselamatan?
Oleh Injil itu kamudiselamatkan, asal kamu teguh berpegangpadanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya (I Kor.15:2).
Tetapi Kristussetia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguhberpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan (Ibr.3:6).
Karena kita telahberoleh bagian di dalam Kristus, asal sajakita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yangsemula (Ibr.3:14).
Jangan takutterhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkanbeberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akanberoleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklahengkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkotakehidupan (Wah.2:10).
Tentu masih adasangat banyak ayat seperti yang terkutip. Sebenarnya dengan ayat yang jelas,cukup satu saja sudah valid untuk menyimpulkan bahwa diperlukan kesetiaan, atauiman yang tidak berubah sampai mati untuk memperoleh janji keselamatan yang diperoleh dengan iman.
Biasanya merekalangsung menuduh sekalipun. secara kelabakan, bahwa kalau begitu anda diselamatkanoleh perbuatan! Kalau begitu, Rasul Paulus telah mengajarkan keselamatan olehperbuatan ketika ia berkata bahwa kita diselamatkan oleh iman. Padahal dalamEfesus 2:8-9 telah ia kontraskan antara iman dengan perbuatan, bahwa iman itubukan perbuatan, iman itu sikap hati, dan setia itu bukan perbuatan melainkansikap hati yang tidak berubah. Kalau kita simpulkan bahwa untuk memperolehkeselamatan yang dijanjikan kepada orang-orang yang beriman diperlukankesetiaan sampai mati, apakah itu berarti mengandalkan perbuatan?
Jika keselamatanitu diperoleh karena pemilihan yang unconditional itu memang tidak diperlukaniman, apalagi kesetiaan. Bahkan tanpa keinginan yang bersangkutan, melainkantak sengaja dipilih secara unconditional. Jadi bagaimana ia bisa berubah setia,dan bagaimana ia bisa kehilangan iman? Ia memang tidak punya iman, ia dipilih,bukan ia mau bertobat dan percaya. Calvinis berkata iman dan lain sebagainyadiberikan oleh Allah setelah orang tersebut dipilih. Jadi, kalau imannyaberubah, atau ia berubah setia itu bukan salahnya, melainkan salah Allah yangmemberi iman dan yang tidak menjaga imannya. Ia tidak bertanggung jawab untukmenjaga imannya, dan juga tidak bertanggung jawab untuk setia. Bagi Calvinissemuanya adalah tanggung jawab Allah. Jadi kalau ia kehilangan iman, ia berubahsetia, atau memakai istilah mereka, kalau ia kehilangan keselamatan jiwanya, kesalahanada pada Allah yang gagal menjaga imannya. Aneh! Akhirnya Allah akan menjaditertuduh atas segala kegagalannya.
LEBIH ANEH LAGI, MENGINJILI BAYI
Percaya bahwa kitadiselamatkan oleh iman, itu sudah benar. Tetapi jika percaya bahwa bayi dalam kandungan pun harus berimanuntuk masuk Sorga, maka sudah jelas bahwa yang bersangkutan tidak mengertihubungan penyaliban Kristus dengan keturunan Adam yang berdosa.
Yesus Kristusdisalibkan untuk menanggung dosa seisi dunia (Yoh.1:29), untuk dosa semuamanusia (Ibr.2:9, I Yoh.2:2). Artinya dosa dari Adam hingga dosa manusiaterakhir ditanggungkan kepada diri Tuhan Yesus untuk dihukumkan di atas kayusalib. Jadi semua dosa yang disebabkan oleh kejatuhan Adam telah terselesaikanpada penyaliban Yesus Kristus. Tidak ada orang yang masuk Neraka karena Adamdan Hawa lagi. Semua orang masuk Neraka karena perbuatan dosa dirinya sendiri.
Itulah sebabnyabayi yang belum bisa berbuat dosa atas kesadaran dirinya, dan mereka yang tidakpernah mendapatkan kesadaran diri misalnya lahir cacat mental, kalau matimereka pasti masuk Sorga, biar anak siapa pun, bahkan anak seorang teroris Sekalilagi, tidak ada orang yang masuk ke Neraka karena perbuatan orang lain,ayah-ibunya atau Adam dan Hawa.
Sesudah seorangbayi bertumbuh mencapai umur akil balik, atau bertanggung jawab, atau memiliki kesadarandiri, dan melakukan dosa, maka ia menjadi orang berdosa bukan karena Adam danHawa, bukan karena ayah-ibunya, melainkan ia menjadi orang berdosa oleh dirinyasendiri. Kapankah seseorang menjadi akil balik? Tidak ada umur atau waktu yangpersis karena tiap-tiap orang berbeda. Ada pengaruh kecerdasan tiap-tiap orang.Pada zaman ibadah simbolik PL secara simbolik Allah menetapkan umur 12 tahun,karena sesudah seorang anak laki-laki berusia di atas 12 tahun baru wajib pergike Bait Allah.
Orang yang telahakil balik, telah sadar diri, melakukan dosa, harus mendengarkan Injil. Iaharus bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus bahwa Yesus Kristus telah dihukumkanatas semua dosanya. Ia harus mendengarkan Injil yang murni, bukan Injil yangditambahi dan yang dikurangi.
Mungkinkah bayi dibawah lima tahun (balita), mendengarkan Injil dan mengerti Injil? Tidakmungkin! Apalagi bayi dalam kandungan. Pengajar sesat model ini memakaiperistiwa Elizabeth yang mengandung janin Yohanes Pembaptis yang melonjakketika menerima salam dari Maria sebagai pembenaran bahwa janin dalam kandunganbisa mendengarkan Injil. Padahal untuk memiliki iman yang menyelamatkan tentutidak cukup dengan melonjak, melainkan harus mengerti bahwa dirinya orangberdosa yang akan dihukumkan dan Kristus menggantikan dirinya dihukumkan dikayu salib. Sekali lagi tidak cukup dengan hanya melonjak.
Kekristenanseringkali menjadi bahan tertawaan para ilmuwan adalah karena terlalu banyak pemimpin gereja yangmengajarkan hal yang aneh-aneh. Jangankan janin dalam kandungan, bahkan balitamenurut ilmu psikologi, belum bisa mengerti kebenaran abstrak. Ia belum bisamembayangkan dosa yang akan dihukum dan memahami Yesus yang menggantikannyadihukumkan di kayu salib. Ia belum bisa membayangkan angka lebih dari sepuluh(jumlah jarinya).
Mustahil balitabisa mengerti Injil, apalagi janin dalam kandungan. Pemimpin gereja yangmengajarkan bahwa janin perlu diinjili telah berusaha menyesatkan pengikutnyayang tidak berpikir. Karena tidak jelas tentang Doktrin Keselamatan yangalkitabiah, namun tidak bisa menghindari topik ini, akhirnya mengajar dengankemampuan berpikirnya yang mungkin kebetulan saat itu nalarnya kurang bekerja.Dengan tegas saya ingin katakan bahwa tindakan menginjili janin dalam kandunganadalah tidak alkitabiah, atau sesat! ***(LHF).
Sumber:PEDANG ROH Edisi 52 Juli-Agustus-September 2007