Jumat, 17 Juni 2011

Saya Mau pelayanan, tapi saya sibuk kerja, terus gimana dong?

Saya pernah begitu menggemari acara “America’s Next Top Model.” Acara itu sungguh menarik. Selain pesertanya cantik-cantik, jurinya keren, gambarnya bagus, fotonya bagus, pakaiannya luarbiasa indah ..semuanya menarik untuk dilihat. Tetapi satu hal yang paling menarik menurut saya adalah nilai positif dari acara itu. Yaitu peserta kontes model itu dari golongan kelas menengah ke bawah jadi acara itu membantu mereka untuk sukses dan maju. Serta masih banyak nilai positif lain yang dapat diambil.

Dalam suatu episode ada seorang peserta, dia adalah seorang “street preacher”, dari umurnya dia masih sangat muda. Waktu juri bertanya, kenapa dia mau ikut lomba modelling yang bertolak belakang dengan dunia pelayanan. Dia menjelaskan bahwa semua pekerjaan direstui Tuhan dan dia ingin menjadi seorang model, dengan sebuah misi, yaitu menjadi inspirasi bagi remaja lain.
Bukankah lebih baik seorang profesional dengan misi dalam pekerjaannya, daripada merasa seorang hamba Tuhan tetapi tidak mempunyai misi.

Saat kita merasakan kasih Tuhan untuk pertama kalinya pasti kita merasakan jiwa kita melayang. Sensasi yang luar biasa. Perasaan kita yang dahulu lemah menjadi kuat, sesuatu yang dahulu kita rasakan mustahil kita kerjakan menjadi mungkin. Kenapa? Karena kasih Tuhan menyentuh kita untuk pertama kalinya. Saya pernah merasakannya, dan percayalah..rasa itu sungguh indah.

Disaat itulah kita merasa harus mengambil keputusan ingin berbuat lebih untuk Tuhan. Tetapi kita bingung, mau berbuat apa ya? Karena secara fakta kita belum paham betul, tetapi hati ini rasanya meledak– ledak ingin berbuat sesuatu. Salah satu hal biasanya dilakukan adalah tindakan drastis. Meninggalkan pekerjaan dan terjun menjadi hamba Tuhan.

Melayani Tuhan. Kata-kata itu sangat luas maknanya. Saya percaya melayani Tuhan tidak harus meninggalkan profesi kita. Tetapi bisa menjadi manusia yang baru dalam profesi yang lama. Misal; dulu mungkin kita sering terlambat, tidak profesional dan kurang termotivasi dalam pekerjaan kita, tetapi semenjak hati kita dipenuhi kasih Tuhan kita menjadi bersemangat, lebih professional dalam pekerjaan sehingga menyenangkan semua orang.

Sebaliknya, disaat kita merasa harus melayani Tuhan dan meninggalkan pekerjaan kita. Tetapi tetap membawa karakter lama, tidak semangat dan tidak professional sehingga mengecewakan banyak orang, mana yang kita nilai lebih baik?

Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang – Matius 20:28
Kata melayani pun menjadi rancu. Seakan-akan kalau kita tidak melayani Tuhan, Tuhan akan kerepotan dan kita merasa bersalah. Tuhan adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, kalaupun Dia butuh bantuan pasti yang pertama kali di kerahkan adalah malaikat-malaikat-Nya. Kenapa? Karena malaikat tidak pernah berhenti untuk makan, sebagai manusia kita bisa lapar, haus, sakit, dan malaikat pasti tidak mengalami itu.

Apakah arti pelayanan bagi saya? Bagi saya yang pertama adalah melayani manusia, manusia yang sama-sama lemah memang butuh saling menguatkan.
Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.” - Lukas 15:7

Kita bisa melayani melalui apa saja, siapa saja, saat kaki dilangkahkan keluar rumah, terlihat begitu banyak sesama yang butuh pertolongan. Tidak hanya secara materi saja. Mungkin mereka butuh didengarkan, diberi semangat, dan banyak hal yang lain. Segala potensi yang ada dalam diri bisa kita berikan dengan tulus untuk sesama. Itulah arti pelayanan yang sesungguhnya.
Selamat menjalani arti pelayanan yang sesungguhnya.
Sumber: Majalah Bahana, Juni 2011