Jumat, 17 Juni 2011

Cara yang baik Membaca Alkitab

Ketika kita sedang merenungkan firman Tuhan, sebaiknya kita jangan langsung membaca begitu saja. Namun, tiga cara di bawah ini dapat Anda gunakan.
Mengingat firman Tuhan. Belajar dari ketidaktepatan Hawa saat digoda Iblis supaya makan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat, tampaknya kita harus belajar tentang cara mengingat. Ketidaktepatan, yang mengatasnamakan firman TUHAN, terlihat ketika Hawa melakukan: 1) Penambahan; “makan ataupun raba”, Allah tidak pernah mengatakan kata “raba”; 2) Pengurangan; “Sebab pada hari engkau memakannya” tidak ia katakan, 3) Pengubahan; “nanti kamu mati“
, padahal ia seharusnya mengatakan “pasti” (Kej. 2:17; 3:3). Karena itu, seharusnya kita mengulang-ulang supaya ingat firman Tuhan meskipun hanya satu ayat. Hanya dengan sering mengulang-ulang, ayat itu akan tertanam kuat dalam memori kita (band. Ul. 6:7-9).
Membaca firman Tuhan. Kita dapat belajar dari Madame Jeanne Guyon. Caranya: Bukalah Alkitab; datangilah Tuhan dengan tenang; lalu bacalah beberapa ayat: a) Bacalah dengan hati-hati atau jangan membaca cepat; b) Resapilah secara lemah lembut; c) Tidak beralih ke ayat berikutnya sebelum merasakan inti ayat itu; d) Bawalah dalam doa bagian ayat yang menyentuh sampai merasakan ada sesuatu dari ayat tersebut; e) Beralihlah ke ayat berikutnya. Hasilnya, kita tidak hanya akan terkejut karena ayat-ayat yang dibaca sedikit, tetapi kita sudah menembus pada kedalaman hikmat karena tujuannya adalah mengambil hikmat sebanyak-banyaknya dari ayat tersebut.
Menggali firman Tuhan. Kita dapat belajar dari Jonathan Edwards. Caranya adalah menggunakan pena bukan untuk menyalin gagasan-gagasan orang lain melainkan menulis dan menyimpan gagasannya yang muncul supaya tidak menghilang. Hasilnya, ia mampu: 1) Berpikir terus-menerus dalam setiap tahap belajar; 2) Menekuni suatu gagasan sampai sejauh mungkin atau sampai batas kemampuan berpikirnya; 3) Mengaitkan setiap gagasan dalam rangkaian yang logis sehingga muncul minat dan pencerahan baru; 4) Setiap gagasan yang sudah dirangkai disimpan untuk digunakan pada kesempatan selanjutnya; 5) Setelah itu, ia kembali pada bahan bacaannya yang semula.