Satu Halaman dan Satu Dinding
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan dan Masjid Al-Hikmah merupakan dua tempat ibadah yang letaknya berdampingan. Meski tidak ada tembok kokoh atau pagar yang tinggi untuk memisahkan kedua bangunan yang terletak di jalan Gatot Subroto no 222, Solo, Jawa Tengah tersebut, namun kedua jamaah yang berbeda agama ini tak pernah berselisih.
Seperti dirilis merdeka.com, sejak GKJ dibangun tahun 1939 dan musala Al Hikmah yang saat ini sudah berubah menjadi masjid dibangun tahun 1947, kedua Jemaahnya senantiasa hidup rukun. "Kita merasa bangga bisa hidup bersama, meski dengan keyakinan berbeda," ujar Sajadi, salah satu jamaah masjid.
Pendeta GKJ Joyodiningratan, Nunung Istiningdya mengatakan, komunikasi yang baik di antara pengurus kedua rumah ibadah menjadikan terciptanya suasana yang konduksif antara jemaat GKJ dan Jemaah Al Hikmah. "Selama puluhan tahun kami tak pernah ada konflik. Sebagai tanda kerukunan, kami mendirikan sebuah tugu lilin di antara bangunan gereja dan masjid," ujar Nunung.
Ketua Takmir Masjid Al Hikmah, Natsir Abu Bakar membenarkan pernyataan Nunung. Menurut Natsir, sebagai pengurus masjid pihaknya selalu berkomunikasi dengan gereja. "Kami selalu berkomunikasi, apa pun yang dilakukan harus selalu rukun," terang Natsir.
Kerukunan antardua jemaah beda agama ini tidak hanya terlihat pada kegiatan ibadah sehari-hari, saat perayaan hari besar pun mereka saling membantu dan mengamankan kegiatan peringatan hari besar.
Berdasarkan buku tamu gereja maupun buku tamu masjid, beberapa pemuka agama dari berbagai Negara seperti; Singapura, Malaysia, Belanda, Jerman, Inggris, Italia, Spanyol, Filipina, Jepang dan Vietnam datang ke Solo untuk melihat secara langsung harmonisasi/kerukunan jemaat GKJ dan Jemaah masjid Al Hikmah untuk dijadikan rujukan pemuka agama seluruh dunia.