Selamat hari Natal dan tahun baru!!! Ucapan itu jadi sering terdengar ketika kita memasuki akhir tahun, dan sekali lagi ucapan itu terdengar di akhir tahun ini. Selamat Natal, ya memang Natal adalah sebuah keselamatan buat kita, karena Tuhan yang begitu mulia itu, bertanggung jawab menyelamatkan kita dari hukuman dosa, dengan lahir ke dalam dunia ini, turut merasakan penderitaan manusia, kesusahan manusia, bahkan mengalami dampak langsung atas kejahatan manusia yang kasihnya sudah hambar itu. Sang Putera Allah harus menderita di kayu salib bagi kita!
Tahun ini, bagiku pribadi, Natal itu jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Begitu banyak persoalan di akhir tahun ini yang harus aku, keluargaku, dan orang-orang terdekatku alami. Sesungguhnya akhir tahun ini cukup jadi lembah kekelaman yang sangat sulit untuk dihadapi. Beberapa kali, masalah yang timbul hampir merebut sukacita dan damai sejahtera. Aku tidak punya cukup cadangan dana untuk merayakan natal. Dengan adanya beberapa persoalan di kantor, aku dan beberapa rekan di kantor terpaksa nggak gajian mulai bulan kemarin, ada beberapa hubungan yang mulai retak dan perlu pemulihan di sana-sini. Belum lagi di hari natal kemarin, adikku mengalami sedikit kecelakaan yang membuat kami cukup kuatir akan masalah akibatnya, dan biayanya. Puji Tuhan adikku tidak apa-apa, hanya kami harus menyelesaikan persoalan dengan pihak lain yang terlibat, dan biaya juga menjadi masalah kami. Di akhir tahun ini juga, aku dan beberapa orang terdekatku harus mengalami sedikit kekecewaan terhadap seorang hamba Tuhan yang bersikap tidak bertanggung jawab tentang masalah uang yang jumlahnya tidak sedikit. Tetapi semuanya menguatkan kami dan pengampunan selalu mengalir deras dari hati kami. All out for love!
Brothers and sisters, satu hal yang seringkali tidak kita sadari adalah bahwa Natal bukanlah sekadar “moment have fun”, acara kongkow bareng atau sekadar bagus-bagusan bikin acara natal di gereja masing-masing. Natal juga bukan sekadar merasakan sukacita dan suasana yang damai, begitu juga natal bukan sekadar peringatan tahunan yang rutin. Di hati Allah, Dia ingin setiap kali kita memperingati tentang kelahiran-Nya, kita belajar sesuatu tentang kehendak-Nya, karena Allah menjadi manusia agar kita mengenal Pribadi-Nya secara lebih dekat.
Kisah Natal dalam Alkitab adalah kisah yang berisi orang-orang yang rela menjalani panggilan Allah walaupun sulit dan berbahaya. Natal “diperankan” oleh orang-orang yang berkata “sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku seperti perkataan-Mu itu”. Tidak banyak wanita yang mau menempuh bahaya seperti Maria, tidak banyak laki-laki bertanggung jawab seperti Yusuf, dan yang terpenting tiada Allah lain yang begitu mengasihi manusia seperti Dia yang kita kenal dalam Tuhan Yesus Kristus.
Beberapa sahabatku mengalami natal tanpa ada persediaan makanan di rumah, karena biaya yang kurang, dan gaji yang belum dibayar. Tetapi dia tetap bersukacita, dan setiap senyuman yang tulus walaupun dalam kondisi yang serba tidak memungkinkan, membuat kami semua merasa terberkati. Seperti para gembala miskin yang bersukacita atas kelahiran Raja Sorga yang memberi pengharapan. Beberapa sahabat yang lain harus merasakan ketidaknyamanan tidak libur di akhir tahun untuk merayakan natal bersama keluarga dan teman-temannya. Bahkan mereka tidak bisa ikut banyak acara perayaan Natal, hanya ke gereja di tanggal merah. Tetapi status facebook mereka menjadi berkat dengan menguatkan semua teman yang mengalami hal yang sama. Tidak nyaman? Ya, seperti para majus yang harus meninggalkan negerinya atau bahkan istananya, demi menjenguk seorang bayi yang lahir di sebuah kandang. Apakah kita kecewa kalau setelah jauh berjalan kita hanya menemukan sebuah kandang?
Dalam Natal justru seringkali orang-orang pilihan-Nya harus mengalami bahaya, ditarik keluar dari kenyamanan, kondisi yang serba sulit dan serba tidak mungkin, bahkan harus berada di tempat yang tidak seharusnya. Apa yang kita pikirkan ketika Alkitab menceritakan bahwa Maria, seorang gadis muda yang menjaga kesuciannya, tiba-tiba harus hamil? Roh Kudus? Ya, tentu Maria tahu hal itu, tapi Malaikat Gabriel tidak berteriak kepada seisi kota bahwa Maria hamil karena Roh Kudus. Bayangkan apa kata orang, dan kemungkinan Maria dirajam batu oleh orang-orang Yahudi. Apa kira-kira yang ada di pikirannya Yusuf saat tahu tunangannya hamil sebelum mereka menikah, dan bukan oleh dirinya? Laki-laki manapun bisa kecewa karena hal itu, tetapi toh Yusuf memilih untuk taat.
Apa yang membuat mereka mau mengalami semua kondisi itu? Yup, Allah yang meminta mereka melakukan semua itu bagi-Nya adalah Allah yang juga menyertai dan memampukan mereka untuk melakukannya! Dia bertanggung jawab atas panggilan dan pilihan-Nya.
Seperti Daud berkata: “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; “ (Mzm 23:4).
“Aku tidak takut bahaya! Sebab Engkau besertaku!” menjadi sebuah seruan yang menyatakan bahwa kita percaya bukan kepada Allah yang main-main, atau yang cuma bisa asal tunjuk dari atas sorga tanpa bertanggung jawab pada apa yang kita alami di dunia ini. Nama-Nya adalah “Immanuel” yang berarti “Allah beserta kita”. Karena itu, maka pesan Malaikat kepada para gembala, Maria, dan Yusuf berlaku juga bagi kita “Jangan takut!”
Natal adalah panggilan Tuhan bagi setiap kita, untuk mulai terlibat dalam rencana-Nya. Seringkali rencana-Nya itu terlihat berbahaya dan tidak menguntungkan di posisi kita, tetapi bagi setiap orang yang mau taat, sekalipun ia merasa tidak mampu atau merasa tidak layak, ialah yang akan mengalami langsung penggenapan rencana Allah itu. Bagi orang-orang yang mengalami penderitaan dalam menanggung rencana-Nya itu, ada pengenalan yang lebih dalam dan kedekatan yang semakin intim dengan Dia, seperti Mazmur 23 saat Daud mengganti kata2 “Dia” dengan “Engkau” setelah ayat yang menyatakan “sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman”. Ada intimacy yang lebih dekat, pengenalan yg lebih dalam, saat kita alami langsung lembah kekelaman itu.
Filipi 1:29 “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia.”
Roma 5:2-3 Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita , karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,
Bersyukurlah, jika di Natal ini kamu mengalami sesuatu yang tidak nyaman bagimu, karena kita dapat mengalami langsung pengalaman Natal yang juga dialami Maria, Yusuf, para gembala, dan para majus, lebih lagi, kita mengalami pengalaman Allah yang meninggalkan segala kenyamanan sorgawi dan bergabung dengan kita di sini, di bumi ini, lengkap dengan segala suka dukanya. Jangan takut, sebab Dia selalu beserta kita!
Merry Christmas and Happy New Year, Immanuel!