By. Hana
Karuna
Perjamuan terakhir ini diadakan di malam sebelum
Paskah. Di perjamuan ini Yesus mengingatkan muridnya tentang signifikansi dari
pengorbanan Anak Domba Allah. Tubuhnya akan dipersembahkan untuk dosa manusia
dan hidupnya dicurahkan untuk pengampunan dosa. Setiap kali kita mengambil
bagian di dalam perjamuan kudus kita diingatkan akan peristiwa ini.
Namun lukisan yang terkenal oleh pelukis Mona
Lisa ini tidak menggambarkan dengan tepat apa yang terjadi.
Pertama, lukisan ini menggambarkan makan siang.
Kita dapat melihat langit biru dan awan putih lewat jendela. Perjamuan Paskah
terjadi di malam hari, sama seperti saat umat Israel bersiap-siap untuk
meninggalkan Mesir di zaman Nabi Musa;
Kedua, di perjamuan Paskah, yang dimakan bukan
ikan dan roti sebagaimana yang digambarkan di dalam lukisan Da Vinci tapi roti
tidak beragi (matza) dan juga domba panggang yang sudah dipersembahkan di Bait
Allah. Kenapa roti tidak beragi? Karena umat Israel terburu-buru saat harus
meninggalkan Mesir, dan adonan roti yang dibuat belum sempat mengembang. Sejak
waktu itu, umat Israel akan memakan roti tidak beragi di setiap perjamuan
Paskah.
Ketiga, lukisan itu menggambarkan Yesus duduk di
atas kursi di meja yang panjang. Di dalam sejarah orang Yahudi di masa itu,
mereka makan dengan berbaring di lantai di atas bantal sambil mengeliling meja
yang bersegitiga. Yesus sebagai tamu terhormat akan ditempatkan di posisi kedua
dari kanan.
Banyak sekali lukisan yang sering kita lihat di
gereja maupuan toko-toko buku Kristen yang menggambarkan peristiwa Alkitab, para
rasul, maupun Tuhan Yesus sebenarnya menggambarkan budaya dan tradisi di zaman
Renaisans (abad ke-15 and 16) maupun era Byzantine (abad ke-3 hingga 14). Yesus
saat dia kembali nanti pasti tidak akan mengenal dirinya di dalam
lukisan-lukisan tersebut.
Bagaimanapun, karya Da Vinci tentang the Last
Supper tetap merupakan suatu karya seni yang agung, sekalipun gagal mencerminkan
fakta historis yang sebenarnya!