PENTAKOSTA :
Saat Lahirnya Gereja
oleh: P. Gregorius Kaha, SVD
Lukas dalam Kis 2:1-13 melukiskan sedemikian
rupa peristiwa Pentakosta sehingga dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca
segala zaman. Kalau kita amati, ternyata tradisi pentakosta sudah ada sejak
awal. Pesta ini diadakan sebagai salah satu dari tiga pesta utama agama Yahudi,
yakni Paska, Pondok Daun dan Pentakosta. Pentakosta adalah hari kelimapuluh
sesudah orang Yahudi meninggalkan Mesir menuju Tanah Terjanji dan di Gunung
Sinai mereka menerima Sepuluh Firman Tuhan. Lukas sebenarnya memberi “Warna
Baru” pada kisahnya dengan mengungkapkan Yesus yang bangkit dan turunnya Roh
Kudus sebagai pemenuhan janji Bapa.
Sasaran
Pencurahan Roh Kudus:
“Pada hari Pentakosta semua orang percaya
berkumpul di suatu tempat.”
Orang bertanya, sebenarnya Roh Kudus pada saat itu turun hanya ke atas 12 murid
itu atau juga kepada orang-orang percaya lain yang hadir bersama dengan kelompok
12 tersebut? Pendekatan pertama, para ekseget (= penafsir resmi
Kitab Suci) sepakat bahwa dengan mengganti atau melengkapi jumlah keduabelas
rasul dalam pengangkatan Matias menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan
“orang-orang percaya dan mereka” dalam kisah itu adalah jumlah keduabelas rasul
yang merupakan juga wakil dari keduabelas suku Israel.
Dalam pendekatan kedua, mereka melihat
bagaimana Lukas dengan sangat bebas mengungkapkan kisah ini; gaya macam itu bisa
menimbulkan kesimpulan bahwa orang-orang yang berkumpul di tempat itu pun
dipenuhi dengan Roh Kudus.
Maka, kalau kita dengan sedikit hati-hati
memakai pendekatan kedua, kita melihat ternyata Roh Kudus itu juga hadir dalam
diri orang-orang percaya. Dengan rahmat itu mereka sanggup memahami apa yang
dikatakan para Rasul kepada mereka.
Versi Lukas:
Roh Kudus Hadir dalam Bentuk Apa?
Kalau kita cermati teks yang berbicara
tentang peristiwa pentakosta tersebut, kita mendapati bahwa ternyata Lukas
mempunyai kekhasan dalam mengungkapkan bagaimana kehadiran Roh Kudus itu:
1. Kehadiran dan
pencurahan Roh Kudus itu disertai dengan “bunyi seperti tiupan angin
keras” yang memenuhi seluruh rumah. Jadi jelas bahwa kehadiran Roh Kudus selalu menggerakkan. Artinya
Dia merubah atau mempengaruhi.
2. Lalu
“tampaklah lidah-lidah seperti nyala api” yang bertebaran
dan hinggap di atas mereka. Dalam Perjanjian Lama, api memainkan peran sangat
penting. Api menjadi simbol pembaharuan dan
pemurnian. Maka api sering dipakai sebagai ungkapan
pengudusan.
3. Dan membuat para
Rasul mampu “berbicara dalam bahasa-bahasa lain”. Orang
yang berkumpul pun mengetahui bahwa telah terjadi
sesuatu yang membawa perubahan dalam diri para rasul.
Saat ini orang
mencampur-adukan antara “bahasa-bahasa lain” pada hari pentakosta dengan “bahasa
Roh” dalam I Kor:14. Akibatnya tidak sedikit orang yang merasa
mempunyai karunia seperti para rasul. Padahal itu sebenarnya dua hal yang
mempunyai makna dan latar belakang berbeda. Contoh: Pada hari Pentakosta: ada karunia berbicara dalam bahasa lain, sedangkan
Jemaat di Korintus: karunia untuk berkata-kata dalam bahasa Roh. Pada
Pentakosta semua mulai berbicara dalam bahasa-bahasa
lain; sedangkan di Korintus tidak semua
orang percaya berkata-kata dalam bahasa Roh. Pada Pentakosta
bahasa yang diucapkan dapat dimengerti oleh semua
orang - mereka heran dan tercengang; sedangkan di Korintus, bahasa
yang diucapkan tidak dimengerti oleh seorang pun.
Jadi ada perbedaan besar. Maka orang lebih
berkesimpulan seperti ini: karunia berbahasa Roh
bukan bukti utama kehadiran Roh Kudus dalam diri seseorang; bukti paling utama
adalah buah-buah Roh. Sebab dalam diri orang-orang yang mengaku
memiliki karunia ini, kadang tak tampak buah-buah Roh itu sendiri.
Gereja Roh Kudus: Karunia Sekaligus Panggilan
Sebagai gereja yang berpelindungkan Roh
Kudus, kita juga ingin mempersembahkan keluarga-keluarga kita; kebersamaan iman
kita dan juga usaha serta karya-karya kita kepada Allah Roh Kudus. Kita berdoa:
Tuhan, utuslah Roh-Mu, agar membaharui muka bumi.
Amin.