“Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing” (Mat 15, 27)
Akh, ini sudah berlebihan. Apa tidak ada kata lain yg lebih simpatik? Raja Damai koq ngomong gitu? Racist banget! "Masa sih Yesus bilang begitu", tanya isteriku ketika kudiskusikan hal ini dengannya. "Itu perikopnya, cek aja sendiri", jawabku santai.
Alur cerita dalam perikop ini lumayan jelas. Yesus didatangi seorang perempuan Kanaan yang merengek-rengek supaya Yesus menyembuhkan anaknya yang kerasukan setan. Bagi pembaca zaman sekarang, ucapan Yesus itu jelas mengagetkan dan sulit diterima jika dibandingkan dengan image dan karakter Yesus umumnya. Syukurlah, pesan yang mau disampaikan lumayan jelas terungkap dalam judul perikop: “Perintah Allah dan Adat Istiadat Yahudi”.
Rupanya ada protes dari orang Farisi tentang tindak-tanduk Yesus dan para murid yang dianggap melanggar adat-istiadat nenek moyang mereka. Terjadilah dialog tentang hal itu antara orang Farisi dengan Yesus, dan antara Yesus dengan para murid. (kalo lagi rajin, baca aja sendiri ayat 2-20). Tidak tahu apakah Yesus kesal dengan para murid yang o-on gak ngerti-ngerti, Ia menyingkir ke Sidon. Di situlah perempuan Kanaan (yang dianggap kafir oleh bangsa Yahudi) itu datang menemui-Nya. Para murid merasa bising dengan itu. Ntar kalau dilihat orang Farisi bahwa ada perempuan kafir di antara mereka, masalah bisa muncul lagi. Cape deh.
Tapi pikiran Yesus tidak seperti pikiran para murid-Nya. Setelah diam sejenak (pasti lagi mikir Dia), muncul ide: “Ini kesempatan emas untuk mendidik murid O-on, dan menyampaikan nilai baru buat merevisi adat nenek moyang yang suka mengkafirkan bangsa lain.” Caranya??
Sungguh tak terduga, keluarlah kata-kata kasar itu dari mulut Sang Guru. Kalau saya jadi Yesus, saya harus membungkus kata-kata kasar itu sedemikian rupa agar perempuan itu tidak kapok dan pergi sambil memaki-maki. Bisa dengan sorotan mata yang adem-teduh atau dengan intonasi kalimat yang menimbulkan harapan. Kalau tidak, rencana tentu bisa buyar. Tapi untuk Yesus, mungkin hal-hal itu tak perlu. Dia udah tahu akan keteguhan perempuan tangguh ini. Dan benar, perempuan Kanaan ini maju tak gentar. Dia malah mendekat dan sembah sujud sambil berkata, “….tapi anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.”
Kesabaran dan keteguhan iman perempuan kafir ini mengemuka. Rencana studi kasus nyata untuk para murid tercapai. Yesus mengabulkan permohonannya. “Ini lho, iman perempuan bangsa Kanaan yang dicap kafir oleh nenek moyang kita”, kira-kira begitulah pesan moral yang mau disampaikan Yesus kepada murid-murid-Nya.
Masihkah ucapan Yesus ini tetap dianggap keras dan racist? Menurutku, semakin keras ucapan Yesus, semakin besar pula keteguhan dan kekuatan iman si perempuan kafir yang bisa ditonjolkan. Kalo ucapan-Nya lemah lembut dan penuh tata krama, semangat maju tak gentar perempuan suci itu akan berkurang nilainya.