“Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.” (Mat 10,34)
Jika saja ditelan bulat-bulat, ucapan ini bakalan bertabrakan dengan banyak petuah suci untuk menebarkan cinta dan perdamaian di bagian lain Kitab Suci. Ketika bayi Yesus lahir, orang-orang Majus datang dari jauh-jauh untuk menyembah Raja Damai. Ia juga mengajarkan jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Bahkan kalau ada orang tampar pipi kanan, sekalian kasih saja pipi kiri. Berbahagialah orang yang membawa damai, kata Yesus entah di mana. (yang suka hafal ayat, silakan cari sendiri). Dan rasanya, masih banyak lagi ayat-ayat senada lainnya.
Saya pikir, sama seperti ledekan “orang mati menguburkan orang mati”, ucapan ini pun terbingkai dalam konteks syarat pemuridan yang keras. Lukas memakai kata yang lebih halus: “pertentangan” daripada pedang. Anggota keluarga yang tidak setuju anak atau saudaranya pergi meninggalkan keluarga untuk mewartakan Kerajaan Allah tentu akan mengganggap bahwa misi Yesus jelas membawa pertentangan. Hal ini dijelaskan Matius dalam ayat selanjutnya. Kedatangan Yesus bisa saja menyebabkan orang terpisah dari ayahnya, anak perempuan terpisah dari ibunya, menantu dari mertuanya, dan seterusnya.
Singkat cerita, Jika Yesus bilang, Dia datang bukan untuk membawa damai melainkan pedang, yang dimaksudkan ialah bahwa pertentangan itu merupakan akibat kedatangan-Nya, dan bukan tujuan kedatangan-Nya. Jadi harus jelas dipisahkan tujuan kedatangannya membawa damai untuk manusia yang menerimaNya, namun akibat kedatangannya maka akan banyak kontroversi, banyak pertentangan dari orang-orang yang tidak mau mengerti dan menerima kedatangan Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Karena mereka berfikir dari anggapan manusia, sedangkan rencana Tuhan tidak akan terselami oleh pikiran manusia, ini yang membuat akan selalu ada perselisihan dan pertentangan walaupun tujuan kedatangannya nyata-nyata membawa berkat, perlindungan, kedamaian, kasih, pengampunanan , keselamatan, dan penyertaan sempurna.
Itulah risiko atau konsekuensi yang mungkin akan menimpa para murid-Nya. Namun kita tahu konsekuensi yang kita terima tidak sebanding dengan kasihNya kepada kita. Tuhan Yesus baik sampai selamanya.
Itulah risiko atau konsekuensi yang mungkin akan menimpa para murid-Nya. Namun kita tahu konsekuensi yang kita terima tidak sebanding dengan kasihNya kepada kita. Tuhan Yesus baik sampai selamanya.