Pendiri Apple Inc. yang fenomenal Steve Jobs, meninggal di usia 56 tahun pada 5 Oktober 2011 lalu setelah bertahun-tahun berjuang melawan kanker pankreas. Berkat produk-produk teknologi inovatif seperti MacBook, iPod, iPhone, dan iPad, Jobs berhasil membawa Apple sebagai salah satu perusahaan terkaya di dunia.
Tak banyak yang tahu, ternyata, mendiang Steve Jobs masih keturunan Arab, anak dari Abdul Fattah Jandali, seorang lelaki muslim Suriah, dan pacarnya, Joanne Schieble (perempuan Kristen Amerika keturunan Jerman). Saat Steve Jobs lahir, kedua kekasih yang tinggal di Wisconsin ini sama-sama berusia 23 tahun.
Namun, hubungan Jandali dan Schieble tidak direstui orang tua masing-masing. Akhirnya, menurut Jandali dalam wawancara dengan the New York Post, Agustus 2011, secara diam-diam, Schieble membawa lari Steve Jobs dari Wisconsin ke San Fransisco.
Di kota itulah, Steve Jobs diadopsi oleh pasangan Paul Jobs dan Clara Hagopian. Mereka sudah tujuh tahun menikah dan divonis dokter tidak dapat memiliki anak. Steve Jobs adalah nama pemberian dari orang tua angkatnya. Sampai akhir hayatnya, Steve Jobs tidak pernah bertemu Jandali, ayah kandungnya.
Walau begitu, Steve Jobs tahu ia mempunyai saudara kandung perempuan bernama Mona Jandali, sekarang menjadi Mona Simpson. Keduanya mulai berkenalan dan menjadi sangat dekat ketika dewasa. Steve Jobs bahkan menyebut novelis itu sebagai sahabatnya paling dekat.
Jandali, kini 80 tahun, tinggal di Reno, sebuah kota dekat Nevada. Ia bekerja dari Senin sampai Jumat sebagai wakil presiden di sebuah kasino. Meski lahir dari ayah muslim, Steve Jobs tidak pernah kenal agama Islam. Ia berpindah menjadi Buddha dari agama ayah angkatnya yang Kristen.
Kepergian Jobs begitu mengejutkan banyak orang. Karya-karyanya telah mengubah peradaban manusia dan praktis dunia telah berada dalam pengaruh idenya. Ia berhasil meraih sukses dan ketenaran, tapi sayang sekali ia justru kehilangan sesuatu yang kekal. Inilah yang seringkali dilupakan oleh banyak orang dan yang diperingatkan oleh Yesus, "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?" (Mat. 16:26).
Entah apa yang dialami Jobs pada detik-detik terakhir hidupnya. Jika kabar tentang penyangkalan imannya itu benar, sungguh kita semua patut bersedih dan sangat kehilangan. Sebaliknya, bagi orang percaya, kematian adalah suatu kebahagiaan sebab ada kehidupan kekal menanti bersama Bapa si Sorga. (Tempo/Hart)