“Janganlah kamu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa sekelilingmu, sebab TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu di tengah-tengahmu.” (Ulangan 6:14-15)
Kita lebih senang membicarakan tentang Allah yang Kasih daripada Allah yang Cemburu. Mungkin, salah satu alasannya adalah, kata “cemburu” ini sering diidentikkan dengan sifat jelek. Tetapi, Alkitab menyatakan bahwa Allah kita adalah Allah yang Cemburu; apa artinya?
Kata ‘cemburu’ sebenarnya memiliki pengertian positif. Cemburu tidak sama dengan iri hati yang berarti menginginkan sesuatu yang ada dalam diri orang lain. Cemburu adalah keinginan untuk mempertahankan sesuatu yang memang adalah miliknya. Jadi, Allah yang Cemburu adalah Allah yang berkeinginan untuk mempertahankan apa yang menjadi milik-Nya.
Ketika ada sesuatu hal yang mengusik milik kepunyaan-Nya dan mau meninggalkan-Nya, maka Ia akan bersikeras untuk mempertahankannya. Contohnya, dalam kehidupan rumah tangga: istri akan cemburu bila suami tergoda wanita lain, dan ia akan bersikeras melakukan apapun juga untuk mempertahankan ikatan pernikahannya tersebut. Demikian juga dalam kehidupan kita sebagai umat kepunyaan Allah. Allah yang Cemburu adalah Allah yang tidak ingin kita, umat-Nya merusak relasi antara kita dengan diri-Nya, dengan cara berpaling kepada allah lainnya. Mungkin allah lain kita bukan berupa patung, tapi, bisa saja berupa uang, kehebatan diri, atau orang lain. Mengapa Allah tidak ingin kita berpaling pada allah lain? Bukan karena Allah merasa diabaikan, tetapi karena Allah tahu, ketika kita memiliki allah lainnya, kita tidak lagi menaruh hidup kita pada-Nya, sehingga, kita sedang berjalan dalam jalan yang salah, yang akan membahayakan diri kita sendiri. Karena itu, Dia adalah pencemburu, agar kita tidak berpindah ke allah lain.
Pertanyaannya, apakah kita mempunyai allah lain dalam kehidupan kita saat ini? Mungkin itu berupa karir atau uang, yang tanpa kita sadari, kita telah menduakan Allah. Allah yang Cemburu akan bersikeras untuk mempertahankan kita, umat kepunyaan-Nya, ketika kita mulai berpaling kepada allah lain. Allah akan melakukan sesuatu agar kita kembali kepada diri-Nya, sebab, hanya dalam Dialah ada kehidupan dan pengharapan sejati.
Tetapi, apa yang dilakukan-Nya tidak memiliki maksud jahat, selain agar kita sadar akan kesalahan kita, sehingga kita bertobat, dan kembali pada-Nya. Jadi, sebenarnya, di dalam Allah yang Cemburu, kita melihat Allah yang Kasih. Allah begitu mengasihi kita, sehingga Dia tidak ingin kita meninggalkan Dia. Kalau begitu, bagaimana kita harus hidup di hadapan Allah yang Cemburu?
Pertama, mari kita menghargai ikatan relasi kita dalam Allah. Di dalam Tuhan Yesus, kita memiliki persekutuan dengan Allah. Maka, seharusnya segenap aspek kehidupan kita, keluarga, pekerjaan, hobby, penggunaan uang dsb., didasarkan atas Firman Tuhan. Ulangan 6:5 berkata, ”Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.”
Kedua, mari kita hidup di hadapan Allah yang Cemburu dengan penuh hormat dan gentar. Maksudnya, janganlah kita sia-siakan kasih dan pengorbanan Tuhan yang telah menyelamatkan dan menebus kita dari dosa. Tuhan Yesus telah lebih dulu mengasihi kita dan menjaga kita berada di dalam Dia, yang adalah Pencipta dan segala-galanya. Jangan kita bermain-main dengan dosa, atau ingin menyimpan allah lain dalam hidup sehingga merusak relasi kita dengan-Nya. Musa selalu mengingatkan orang Israel akan hal ini.
Bagaimana dengan kehidupan kita saat ini? Adakah kita mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan kita? Adakah kita mau hidup kudus dan merajakan Dia dalam kehidupan kita? Mari kita memohon Tuhan untuk menguatkan kita agar seumur hidup kita boleh tetap mengasihi dan memuliakan Dia. (Perspektif)