Minggu, 08 Juni 2014

Perjuangan saya untuk hidup ( Yvonne Foong )

Usia saya 25 tahun dan saya dilahirkan dengan kelainan genetik yang disebut Neurofibromatosis. Kelainan ini menyebabkan tumor bertumbuh di otak, dan juga di saraf tulang belakang dan sistem saraf perifer. Sejak diagnosa saya di usia 16 tahun, saya telah menjalani delapan operasi otak dan satu operasi saraf tulang belakang. Setelah menjalani dua operasi di Malaysia, saya memulai menggalang dana secara publik untuk membiayai operasi saya di Amerika Serikat yang dapat meningkat kadar keberhasilan. Saya berusia 19 tahun saat saya memulai Heart4Hope.
Setiap operasi saya di Amerika membutuhkan biaya di antara Rp 300 juta sampai Rp 600 juta. Saya menggalang dana untuk setiap operasi dengan menjual kaos yang dirancang khusus Heart4Hope dan juga buku biografi saya. Buku biografi saya berjudul, "Saya tidak sakit, hanya saja sedikit kurang sehat - Hidup dengan Neurofibromatosis". Dalam rangka membantu saya menggalang dana, saya akan diundang untuk membagikan kisah saya di sekolah, universitas, acara-acara khusus dan juga tempat-tempat ibadah.
Selama sembilan tahun terakhir ini, pada keseluruhannya saya telah melewati 8 operasi otak dan satu operasi di saraf tulang belakang. Selama penggalangan dana saya, ada yang mempersoalkan keputusan saya untuk menjalani operasi di Amerika padahal operasi dapat dijalankan dengan lebih murah di Malaysia. Tetapi saya bertahan dan berpegang pada keyakinan saya. Untungnya saya tetap bertahan pada keyakinan saya karena hasilnya dapat dilihat sekarang. Tidak ada orang yang dapat menyangkal bahwa tidaklah mungkin untuk berhasil melewati sembilan operasi otak dan saraf tulang belakang tanpa ke Amerika.
Orang sering menanyakan pada saya apa yang membuat saya begitu kuat. Apa yang memberi saya kekuatan untuk bertekun dan bahkan menggalang dana untuk menyelamatkan hidup saya? Mereka berkata bahwa kebanyakan orang akan pasrah pada nasib jika mereka berada di dalam posisi saya. Untuk waktu yang lama, saya tidak tahu jawaban pada pertanyaan ini melainkan bahwa saya tidak punya pilihan. Namun menurut mereka, saya punya pilihan, dan saya membuat pilihan untuk berjuang.

Di Desember 2009, saya melewati satu lagi operasi di bagian otak di Los Angeles' House Clinic. Tumor di bagian tengah otak saya dikeluarkan. Saya tidak langsung sadar setelah operasi ini tapi selama tiga hari saya berada di antara keadaan sadar dan tidak. Selama tiga hari itu, saya akhirnya dapat mengalami apa rasanya berada di dalam keadaan seperti yang pernah dialami ayah saya dan akhirnya, saat saya terbaring di situ, saya mengerti apa yang membentuk saya menjadi seorang pribadi yang kuat hari ini.
Saya dilahirkan dalam keadaan yang sehat dan seperti keluarga lain, orang tua saya utamanya ayah saya sangat bersukacita atas kelahiran saya. Namun, semuanya berubah saat saya berusia tiga tahun. Suatu hari, ayah saya tidak bangun dari tidurnya. Dokter dipanggil and ambulans segera datang menjemputnya. Yang saya ingat adalah saya digendong saudara saya dan kami memerhatikan ayah saya terlantar tak berdaya di rumah sakit. Ayah saya mengalami pendarahan otak saat tidur. Salah satu pembuluh otaknya pecah dan operasi dibutuhkan untuk mengeluarkan pendarahan. Ayah saya berada dalam keadaan koma selama satu bulan. Oleh kasih karunia Tuhan, dia berhasil melewatinya dan sadar setelah satu bulan, tapi dia berubah menjadi seorang yang sama sekali berbeda. Saya kehilangan ayah yang saya kenal selama tiga tahun pertama hidup saya - ayah yang akan membawa saya ke kebun binatang di atas bahunya - saya kehilangan dia.
Karena saya masih kecil, tidak ada orang yang menjelaskan pada saya bahwa ayah saya telah menderita stroke dan apa artinya semua itu. Tapi sejak hari itu, rumah kami menjadi tempat yang gelap dan menakutkan. Setelah menderita stroke, ayah saya masih dapat berbicara dan merawat dirinya seperti orang normal yang lain. Tapi dia sekarang menjadi lupa ingatan dan tidak dapat mengatur emosinya. Dia juga mengalami kesulitan mengingat berapa uang yang dimilikinya, berapa yang telah dipakainya dan bagaimana dia memakainya. Frustrasi dengan kebingungannya sendiri, ayah saya mulai menjadi seorang yang pemarah. Sebagai satu-satunya anak mereka, saya menerima imbasnya.
Ada waktunya saya menangis hingga tertidur saat mendengar orang tua saya saling memaki. Di lain waktu, saya melihat ayah saya menghantamkan kepalanya ke dinding sambil menyumpahi dirinya bahwa sebaiknya dia mati saja. Sejak kecil saya berusaha untuk tidak merepotkan ibu saya, sekalipun saya ketakutan dan sangat membutuhkan penghiburan. Saat saya ketakutan dan kesakitan, saya harus berusaha menghibur diri, merawat luka saya sendiri dan menyelesaikan masalah saya sendiri.
Dalam keadaan itulah saya bertumbuh, tahun demi tahun. Saat saya di usia 16 tahun dan didiagnosa dengan Neurofibromatosis yang membutuhkan operasi di luar negeri, secara alamiah saya mulai berpikir apa yang dapat saya lakukan untuk mengumpulkan dana. Tak terlintas di benak saya untuk meminta uang dari orang tua saya. Pertama, mereka akan menanggapi dengan kepahitan dan kemarahan. Saya tidak mau menimbulkan suasana tidak menyenangkan dalam keluarga dan saling menuduh. Jadi saya mengurus masalah saya sendiri dan mulai mendapatkan dukungan dari publik.
Anehnya, saya mempunyai keyakian yang naif bahwa manusia pada dasarnya baik meskipun saya bertumbuh dalam lingkungan yang sangat tidak mendukung. Saat saya mulai penggalangan dana, ada yang mendorong saya untuk menjual kaos. Jadi saya menerima saran mereka dan menjual setiap kaos seharga Rp 90,000. Sama sekali tak terlintas di benak saya bahwa saya akan mengumpulkan Rp 500juta hanya dengan menjual kaos seharga Rp 90,000. Tapi saya senang dapat mencari uang sendiri. Di dalam hati saya ada suatu keyakinan. Saya mau menemukan kasih yang saya yakin masih eksis, jadi saya menamakan proyek penggalangan dana saya sebagai Heart4Hope (Hati Pengharapan). Saya mau orang mendukung saya karena mereka membagi keyakinan saya dan bukan karena simpati.
Keyakinan yang sederhana ini telah memenangkan saya tiga penghargaan sosial termasuk Asian Youth Ambassadors' Most Outstanding Youth of the Year 2005 (Duta Muda Asia - Anak Muda Paling Menonjol 2005 dan Anak muda Berprestasi versi majalah Her World, 2008)
Sekarang saya sedang menyelesaikan S1 jurusan Psikologi dan juga menjadi pembicara motivasi. Di awal tahun 2010, Tuhan memberi saya satu lagi kejutan. Seorang sesama pasien di Amerika yang telah mengikuti perjuangan saya untuk menggalang dana buat membiayai operasi saya, memberitahu para peneliti di National Institutes of Health di Amerika tentang saya. Mereka meninjau catatan medis saya dan menerima saya ke dalam program riset klinis yang mempelajari perkembangan jangka panjang Neurofibromatosis Tipe 2. Dengan berpartisipasi di dalam riset ini, operasi saya akan dijalankan di sana oleh salah satu dokter yang terbaik di dalam dunia medis dan semuanya gratis. Sesungguhnya ini suatu hal yang sangat luar biasa yang tak pernah terbayangkan oleh saya.
Saya sangat bersyukur untuk orang tua saya meskipun waktu lampau kami sangatlah susah. Saya menyakini bahwa segala sesuatu terjadi untuk suatu alasan. Orang tua saya adalah orang tua saya untuk memberi saya kekuatan untuk berjuang melawan Neurofibromatosis. Ayah saya meninggal karena penyakit jantung di Oktober 2010, sementara ibu saya terus merawat saya setiap kali saya harus menjalani operasi. Sangatlah luar biasa bagaimana kami dapat bertahan sebagai satu keluarga dan bagaimana saya menjadi siapa saya sekarang.
Melihat kembali pada kehidupan saya sampai hari ini, sama sekali tidak diragukan bahwa mata Tuhan tidak pernah jauh dari saya dan telah mengawasi saya dan keluarga saya selama ini.
(Yvonnne dapat dihubungi di yvonnefmn@gmail.com dan catatan kehidupannya dapat dibaca di websitenya, http://www.yvonnefoong.com/)