Usia saya 25 tahun dan saya dilahirkan dengan
kelainan genetik yang disebut Neurofibromatosis. Kelainan ini menyebabkan
tumor bertumbuh di otak, dan juga di saraf tulang belakang dan sistem saraf
perifer. Sejak diagnosa saya di usia 16 tahun, saya telah menjalani delapan
operasi otak dan satu operasi saraf tulang belakang. Setelah menjalani dua
operasi di Malaysia, saya memulai menggalang dana secara publik untuk membiayai
operasi saya di Amerika Serikat yang dapat meningkat kadar keberhasilan. Saya
berusia 19 tahun saat saya memulai Heart4Hope.
Setiap operasi saya di Amerika membutuhkan biaya
di antara Rp 300 juta sampai Rp 600 juta. Saya menggalang dana untuk setiap
operasi dengan menjual kaos yang dirancang khusus Heart4Hope dan juga buku
biografi saya. Buku biografi saya berjudul, "Saya tidak sakit, hanya saja
sedikit kurang sehat - Hidup dengan Neurofibromatosis". Dalam rangka membantu
saya menggalang dana, saya akan diundang untuk membagikan kisah saya di sekolah,
universitas, acara-acara khusus dan juga tempat-tempat ibadah.
Selama sembilan tahun terakhir ini, pada
keseluruhannya saya telah melewati 8 operasi otak dan satu operasi di saraf
tulang belakang. Selama penggalangan dana saya, ada yang mempersoalkan keputusan
saya untuk menjalani operasi di Amerika padahal operasi dapat dijalankan dengan
lebih murah di Malaysia. Tetapi saya bertahan dan berpegang pada keyakinan saya.
Untungnya saya tetap bertahan pada keyakinan saya karena hasilnya dapat dilihat
sekarang. Tidak ada orang yang dapat menyangkal bahwa tidaklah mungkin untuk
berhasil melewati sembilan operasi otak dan saraf tulang belakang tanpa ke
Amerika.
Orang sering menanyakan pada saya apa yang
membuat saya begitu kuat. Apa yang memberi saya kekuatan untuk bertekun dan
bahkan menggalang dana untuk menyelamatkan hidup saya? Mereka berkata bahwa
kebanyakan orang akan pasrah pada nasib jika mereka berada di dalam posisi saya.
Untuk waktu yang lama, saya tidak tahu jawaban pada pertanyaan ini melainkan
bahwa saya tidak punya pilihan. Namun menurut mereka, saya punya pilihan, dan
saya membuat pilihan untuk berjuang.
Di Desember 2009, saya melewati satu lagi
operasi di bagian otak di Los Angeles' House Clinic. Tumor di bagian tengah otak
saya dikeluarkan. Saya tidak langsung sadar setelah operasi ini tapi selama tiga
hari saya berada di antara keadaan sadar dan tidak. Selama tiga hari itu, saya
akhirnya dapat mengalami apa rasanya berada di dalam keadaan seperti yang pernah
dialami ayah saya dan akhirnya, saat saya terbaring di situ, saya mengerti apa
yang membentuk saya menjadi seorang pribadi yang kuat hari ini.
Saya dilahirkan dalam keadaan yang sehat dan
seperti keluarga lain, orang tua saya utamanya ayah saya sangat bersukacita atas
kelahiran saya. Namun, semuanya berubah saat saya berusia tiga tahun. Suatu
hari, ayah saya tidak bangun dari tidurnya. Dokter dipanggil and ambulans segera
datang menjemputnya. Yang saya ingat adalah saya digendong saudara saya dan kami
memerhatikan ayah saya terlantar tak berdaya di rumah sakit. Ayah saya mengalami
pendarahan otak saat tidur. Salah satu pembuluh otaknya pecah dan operasi
dibutuhkan untuk mengeluarkan pendarahan. Ayah saya berada dalam keadaan koma
selama satu bulan. Oleh kasih karunia Tuhan, dia berhasil melewatinya dan sadar
setelah satu bulan, tapi dia berubah menjadi seorang yang sama sekali berbeda.
Saya kehilangan ayah yang saya kenal selama tiga tahun pertama hidup saya - ayah
yang akan membawa saya ke kebun binatang di atas bahunya - saya kehilangan
dia.
Karena saya masih kecil, tidak ada orang yang
menjelaskan pada saya bahwa ayah saya telah menderita stroke dan apa artinya
semua itu. Tapi sejak hari itu, rumah kami menjadi tempat yang gelap dan
menakutkan. Setelah menderita stroke, ayah saya masih dapat berbicara dan
merawat dirinya seperti orang normal yang lain. Tapi dia sekarang menjadi lupa
ingatan dan tidak dapat mengatur emosinya. Dia juga mengalami kesulitan
mengingat berapa uang yang dimilikinya, berapa yang telah dipakainya dan
bagaimana dia memakainya. Frustrasi dengan kebingungannya sendiri, ayah saya
mulai menjadi seorang yang pemarah. Sebagai satu-satunya anak mereka, saya
menerima imbasnya.
Ada waktunya saya menangis hingga tertidur saat
mendengar orang tua saya saling memaki. Di lain waktu, saya melihat ayah saya
menghantamkan kepalanya ke dinding sambil menyumpahi dirinya bahwa sebaiknya dia
mati saja. Sejak kecil saya berusaha untuk tidak merepotkan ibu saya, sekalipun
saya ketakutan dan sangat membutuhkan penghiburan. Saat saya ketakutan dan
kesakitan, saya harus berusaha menghibur diri, merawat luka saya sendiri dan
menyelesaikan masalah saya sendiri.
Dalam keadaan itulah saya bertumbuh, tahun demi
tahun. Saat saya di usia 16 tahun dan didiagnosa dengan Neurofibromatosis yang
membutuhkan operasi di luar negeri, secara alamiah saya mulai berpikir apa yang
dapat saya lakukan untuk mengumpulkan dana. Tak terlintas di benak saya untuk
meminta uang dari orang tua saya. Pertama, mereka akan menanggapi dengan
kepahitan dan kemarahan. Saya tidak mau menimbulkan suasana tidak menyenangkan
dalam keluarga dan saling menuduh. Jadi saya mengurus masalah saya sendiri dan
mulai mendapatkan dukungan dari publik.
Anehnya, saya mempunyai keyakian yang naif bahwa
manusia pada dasarnya baik meskipun saya bertumbuh dalam lingkungan yang sangat
tidak mendukung. Saat saya mulai penggalangan dana, ada yang mendorong saya
untuk menjual kaos. Jadi saya menerima saran mereka dan menjual setiap kaos
seharga Rp 90,000. Sama sekali tak terlintas di benak saya bahwa saya akan
mengumpulkan Rp 500juta hanya dengan menjual kaos seharga Rp 90,000. Tapi saya
senang dapat mencari uang sendiri. Di dalam hati saya ada suatu keyakinan. Saya
mau menemukan kasih yang saya yakin masih eksis, jadi saya menamakan proyek
penggalangan dana saya sebagai Heart4Hope (Hati Pengharapan). Saya mau orang
mendukung saya karena mereka membagi keyakinan saya dan bukan karena
simpati.
Keyakinan yang sederhana ini telah memenangkan
saya tiga penghargaan sosial termasuk Asian Youth Ambassadors' Most Outstanding
Youth of the Year 2005 (Duta Muda Asia - Anak Muda Paling Menonjol 2005 dan Anak
muda Berprestasi versi majalah Her World, 2008)
Sekarang saya sedang menyelesaikan S1 jurusan
Psikologi dan juga menjadi pembicara motivasi. Di awal tahun 2010, Tuhan memberi
saya satu lagi kejutan. Seorang sesama pasien di Amerika yang telah mengikuti
perjuangan saya untuk menggalang dana buat membiayai operasi saya, memberitahu
para peneliti di National Institutes of Health di Amerika tentang saya.
Mereka meninjau catatan medis saya dan menerima saya ke dalam program riset
klinis yang mempelajari perkembangan jangka panjang Neurofibromatosis Tipe 2.
Dengan berpartisipasi di dalam riset ini, operasi saya akan dijalankan di sana
oleh salah satu dokter yang terbaik di dalam dunia medis dan semuanya gratis.
Sesungguhnya ini suatu hal yang sangat luar biasa yang tak pernah terbayangkan
oleh saya.
Saya sangat bersyukur untuk orang tua saya
meskipun waktu lampau kami sangatlah susah. Saya menyakini bahwa segala sesuatu
terjadi untuk suatu alasan. Orang tua saya adalah orang tua saya untuk memberi
saya kekuatan untuk berjuang melawan Neurofibromatosis. Ayah saya meninggal
karena penyakit jantung di Oktober 2010, sementara ibu saya terus merawat saya
setiap kali saya harus menjalani operasi. Sangatlah luar biasa bagaimana kami
dapat bertahan sebagai satu keluarga dan bagaimana saya menjadi siapa saya
sekarang.
Melihat kembali pada kehidupan saya sampai hari
ini, sama sekali tidak diragukan bahwa mata Tuhan tidak pernah jauh dari saya
dan telah mengawasi saya dan keluarga saya selama ini.
(Yvonnne dapat dihubungi di yvonnefmn@gmail.com dan catatan
kehidupannya dapat dibaca di websitenya, http://www.yvonnefoong.com/)