Senin, 30 Desember 2013

TELADAN AYUB MENGHADAPI SERANGAN IBLIS

AYUB 1-2

Situasi kehidupan saat ini sangat tidak menentu, dimana-mana serba sulit. Banyak anak-anak Tuhan meninggalkan iman mereka hanya karena pencobaan yang mereka alami. Padahal pencobaan yang dihadapi tidak terlalu parah, tidak sebanding dengan apa yang dihadapi oleh Ayub. Ingat pencobaan, ingat Ayub. Mari kita lihat siapakah Ayub itu:

(1) Ayub adalah seorang yang saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Untuk bagian ini Allah sendiri memuji Ayub. (2) Orang terkaya di sebelah timur: 7000 ekor kambing domba, 3000 ekor unta, 1000 ekor lembu, 500 ekor keledai betina, dan budak-budak yang banyak. (3) Memiliki keluarga yang baik. Sampai pada suatu waktu ada satu pertemuan antara anak-anak Allah dan Iblis dengan Allah. Di sinilah kisah drama penderitaan Ayub dimulai. Atas seijin Allah semua harta kekayaan Ayub dan keluarganya habis dalam sekejab. Akan tetapi ada perbedaan yang luar biasa dengan sikap Ayub dalam menghadapi pencobaan yang dialaminya.


SIKAP AYUB DALAM MENGHADAPI PENCOBAAN

1. Ayub memiliki hidup yang selalu berjaga-jaga (Ay. 5)

a) Ayub selalu membangun hubungan yang erat dengan Allah

b) Ayub selalu menjaga hidup kudus di hadapan Allah, ada suatu perhatian

khusus terhadap keluarganya untuk hidup benar.

c) Kehidupan yang senantiasa dekat dengan Tuhan

Bagaimana dengan hidup kita? Apakah kita memiliki hidup yang berjaga-jaga? Miliki kehidupan doa baik untuk diri sendiri maupun keluarga kita.


2. Dalam penderitaannya tetap setia kepada Tuhan

(Ingat!... Ayub tidak tahu menahu tentang pembicaraan iblis dan Allah). Akan tetapi ketika ia menghadapi pencobaan (Ayub 1:20-21)

a) Ayub datang kepada Tuhan. Ia menyembah, berdoa, dan memuji Tuhan

b) Ayub tidak berbuat dosa terhadap Tuhan. Ia tetap hidup kudus dan tidak

menuduh Allah berbuat yang tidak patut.

c) Ayub tetap beriman kepada Allah, ingat perkataan Ayub: “Tuhan yang memberi Tuhan yang mengambil”; “Masakan kita hanya menerima yang baik saja”. Dalam pencobaan, apakah kita tetap setia kepada Tuhan? Atau kita meninggalkan Tuhan? Biarlah dalam setiap pencobaan kita memiliki kesetiaan seperti Ayub.

Dalam bagian awal pembahasan, kita tahu bahwa Allah mengijinkan Iblis mencobai Ayub. Lalu bagaimana sikap Allah terhadap Ayub hamba-Nya?




SIKAP ALLAH TERHADAP AYUB

1. Allah mempercayai hamba-Nya Ayub.

Allah seakan-akan sedang bertaruh dengan iblis tentang iman dan kesetiaan Ayub. Nah, apakah kita saat ini juga dapat dipercayai Allah sama seperti Ayub? Apakah Allah mempercayai hidup kita sebagai kehidupan yang memiliki iman dan kesetiaan kepadaNya, sehingga Ia “memuji” kita?


2. Allah adalah perlindungan bagi orang benar.

Dari perkataan iblis, kita mengambil kesimpulan bahwa sebelumnya iblis telah mencoba untuk mengganggu Ayub, akan tetapi ada pagar perlindungan bagi Ayub. Oleh karena itu kita tidak perlu takut, karena setiap orang benar pasti akan dilindungi oleh Allah. Tidak ada kekuatan apapun dari si jahat yang dapat mengganggu kita.


3. Setiap pencobaan yang diijinkan oleh Allah, pasti ada batasan tertentu.

Iblis tidak dapat berabuat sekehendak hatinya terhadap orang benar, dan iblis tidak dapat bertindak diluar apa yang diijinkan Allah, Allah tahu seberapa besar kekuatan kita. Hal inilah yang menjadi penghiburan bagi kita apabila kita diijinkan Allah masuk dalam pencobaan, karena pencobaan yang kita alami tidak akan melebihi kekuatan kita.


4. Allah penolong bagi Ayub.

Dalam pencobaan yang dialami. Ayub mendapati adanya:

a. Kekuatan Allah; ada tangan tersembunyi yang selalu menopang Ayub dari mulai menderita sampai ia dipulihkan. Ayub tidak melangkah sendirian, ada Allah yang menyertai dan menguatkan (band. Lukas 22:3, dalam naskah Yunani perkataan Yesus mengacu pada masa lampau yaitu cerita tentang Ayub).

b. Pemulihan Allah (Pasal 42).

Percayalah, Allah adalah Allah yang bukan hanya sanggup membela umat-nya, tetapi juga sanggup memulihkan keadaan umat-Nya. Ia memulihkan keadaan Ayub begitu rupa, baik keluarga maupun harta kekayaannya.

Akhirnya, melalui keteladanan Ayub dalam menghadapi serangan Iblis melalui pencobaan. Marilah kita memiliki sikap yang benar dan mempercayai Allah yang tidak pernah meninggalkan anak-anakNya ketika melewati setiap pencobaan. Tuhan Yesus memberkati.



Ibu Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.