Senin, 16 September 2013

Saling Mengasihi


Roma 12:9-10
Rasul Paulus menegaskan agar jemaat Roma saling mengasihi! Bukan saja jemaat Roma, tetapi kita yang mengaku orang-orang yang sudah dikasihi oleh Allah di dalam Tuhan Yesus. Sesudah menyampaikan doktrin atau ajaran bahwa kita sudah dibenarkan oleh Allah melalui Tuhan Yesus dalam pasal 1-11, Paulus mendesak kita untuk hidup dalam kasih Tuhan yang heran itu dalam pasal 12. Jadi, karena kita sudah dikasihi oleh Allah di dalam Tuhan Yesus, maka sudah seharusnya kita mengasihi sesama. Ini yang juga diajarkan rasul Yohanes. Karena kita sudah dikasihi Allah melalui kematian Tuhan Yesus, maka sudah seharusnya kita saling mengasihi (1 Yohanes 4:10-12). Kita dapat saling mengasihi karena kita adalah orang-orang yang sudah menerima dan merasakan kasih Allah dalam Tuhan Yesus. Mari kita mulai dari keluarga kita masing-masing. Suami isteri dan anak-anak saling mengasihi. Saling mengasihi antar jemaat dan sesama. Paulus bukan saja mengajarkan kita untuk saling mengasihi, tetapi bagaimana mengasihi sesama itu.

1. Mengasihi dengan TULUS.

“Hendaklah kasih itu jangan pura-pura” Mengasihi dengan tulus bukan dengan pura-pura. Pertama, ini berarti jangan mengasihi ‘di depan’ saudara, tetapi ‘di belakang’ membenci. Kasih janganlah munafik seperti ini. Bukan berarti jika kita tidak mengasihi, terus kita tunjukkan bahwa kita tidak mengasihi. Ini lebih salah dan buruk di hadapan Tuhan! Mengasihi bukan pilihan, tetapi keharusan dari Tuhan Yesus bagi kita, para penerima kasih Tuhan Yesus! Kita harus mengasihi tidak boleh tidak dan mengasihi dengan tulus, tidak berpura-pura. Kedua, mengasihi dengan tulus artinya tidak dengan motivasi yang salah. Banyak orang mengasihi karena ingin ‘diuntungkan’. Sehingga yang dikasihi hanya orang yang berkedudukan, kaya dan ‘yang menguntungkan’ saja. Ini bukan kasih yang tulus! Mari kita mengasihi dengan kasih yang tulus. Lihat Tuhan Yesus, Dia mengasihi dengan tulus. Zakheus yang kaya dikasihiNya bukan untuk cari keuntungan. Orang yang miskin, papa dan hina juga amat dikasihiNya, seperti Lazarus, perempuan yang terkenal sebagai pendosa dan orang miskin (lihat Injil Lukas 7, 19).

2. Mengasihi dengan PERBUATAN BAIK.

Mengasihi adalah selalu berhubungan dengan tindakan yang baik. Tidak dapat tidak. Itu sebabnya Paulus menempatkan kalimat “Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik” di antara dua ayat yang berbicara mengenai kasih (ayat 9a dengan ayat 10). Saya pastikan bahwa ayat ini menekankan dua hal. Pertama, kasih bertentangan dengan segala bentuk perbuatan jahat! Itu sebabnya jauhilah segala perbuatan jahat yang jelas-jelas bertentangan dengan karakteristik kasih! Paulus dalam suratnya kepada jemaat Korintus menunjukkan sifat kasih yang bertentangan dengan segala perbuatan yang jahat (1 Korintus 13:4-7). Jadi apabila kita mengasihi saudara-saudara kita, tidak mungkin kita melakukan perkara-perkara yang jahat. Kedua, ayat ini menegaskan bahwa mengasihi harusnya dengan perbuatan nyata, yaitu perbuatan yang baik! Jangan hanya mengasihi dengan perkataan, tetapi perbuatan baik yang nyata! (Band. 1 Yohanes 3:18). Paulus memberikan contoh-contoh praktis. Saling mendahului dalam memberi hormat (ayat 10). Saling membantu dalam kemurahan hati (ayat 13). Saling memberkati, bahkan yang memusuhi pun kita berkati (ayat 14). Merasakan apa yang dirasakan jemaat (senasib dan sepenanggungan ayat 15). Mari kita saling mengasihi dengan perbuatan baik yang nyata.

3. Mengasihi sebagai SAUDARA.

Kita harus saling mengasihi sebagai “Saudara”. Kata sebagai ‘saudara’ dari bahasa Yunani philotorgos yang menunjuk pada kasih diantara saudara yang memiliki hubungan keluarga. Bisa juga menunjuk pada kasih antara suami dengan isteri. Artinya, jemaat dipandang sebagai saudara di dalam keluarga Allah! Lihat saja, kakak adik (anak-anak) mereka saling mengasihi. Mereka bisa saja bertengkar, tetapi menariknya mereka akan segera berbaikan bukan? Bahkan jika salah satu terpisah, misalnya meninggal, sudah pasti saudaranya akan menangis dan merasa sangat kehilangan! Bahkan tidak mau ditinggalkan bukan? Nah, inilah kasih sebagai saudara. Sebagai jemaat Tuhan yang sudah menerima kasih Kristus, kita harus saling mengasihi sebagai saudara! Tidak mungkin kita tega atau bisa menyakiti saudara atau keluarga sendiri. Inilah kasih yang terus menerus. Kasih sebagai saudara tidak memberi tempat untuk saling menyakiti. Kasih persaudaraan tidak memberi tempat untuk perselisihan yang berlarut-larut atau kebencian. Kasih sebagai saudara justru menempatkan saudara-saudara seiman sebagai keluarga kita dalam Tuhan Yesus. Mari kita mengasihi sebagai saudara dalam Tuhan.



Akhirnya, mari para penerima kasih Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus, mari kita saling mengasihi. Mengasihi dengan tulus, mengasihi dengan perbuatan baik dan sebagai saudara dalam Kristus Yesus! Mau mulai mengasihi dari sekarang? Mengapa tidak?



Pdt. Lukas Widiyanto, S.Th.