Jumat, 20 Juli 2012

Mengenal Tokoh Alkitab " Orang Hasmonean "

ORANG HASMONEAN


Hasmonean, adalah sebuah dinasti Yahudi yang merupakan keturunan Matatias (166 sM) yang biasa dikenal sebagai orang Makabe. Anak-anak Matatias yaitu : Yudas, Yonatan dan Simon, memimpin pertempuran melawan panglima-panglima Siria, dan sejak masa Simon pada 142 sM, orang-orang Hasmonean memerintah Yehuda sampai 63 sM.

Ketika Samaria maupun Yehuda dikuasai oleh Makedonia (Aleksander Agung), pengaruh Yunani tidak dapat dielakkan, mulai mempengaruhi keberadaan daerah ini. Sepeninggal Aleksander Agung ada 2 dinasti yang paling banyak mempengaruhi sejarah Israel, yakni raja-raja dari dinasti Ptolomeus di Mesir dan raja-raja dari dinasti Seleukus yang menguasai Aram dan negeri-negeri sepanjang Efrat. Dari tahun 320 s/d 198 sM pemerintahan dari raja-raja Ptolomeus meluas dari mesir ke Asia meliputi Lebanon dan pantai Fenisia, termasuk Yehuda dan Samaria.

Kekalahan raja Seleukus Antiokhus III kepada orang Roma di Magnesia tahun 190 sM, dengan keharusan mengganti kerugian kepada Roma yang jumlahnya sangat besar, mengakibatkan penambahan pajak yang sangat besar pula atas warga negaranya, termasuk orang Yahudi. Sewaktu anaknya, Antiokhus IV, mencoba memperbaiki keadaan itu dengan memaksakan kekuasaannya atas Mesir (melalui 2 kampanye pada tahun 169 dan 168 sM), orang Roma memaksa dia untuk melepaskan ambisi-ambisi ini.

Yehuda, di perbatasan barat-daya kerajaannya, sekarang menjadi daerah penting dan strategis. Antiokhus merasa, ada alasan untuk mencurigai kesetiaan masyarakat Yahudi. Mengikut nasehat dari para penasehat yang tidak bijaksana, dia memutuskan untuk menghapuskan nasionalitas dan agama yahudi yang khas dan khusus itu. Puncak dari kebijaksanaan politik ini ialah penempatan ibadah kafir – menyembah illah Zeus Olympios (nama yang diganti oleh orang Yahudi menjadi ‘pembinasa yang keji’) – di Bait Suci Yerusalem apda bulan Desember 167 sM. Bait Samaria juga dialihkan peranannya menjadi penyembahan kepada Zeus Xenios.


Pada waktu itu banyak orang Yahudi yang saleh memilih lebih baik mati martir daripada mengingkari agama mereka. Orang-oranglain memberontak terhadap raja mereka. Diantaranya adalah keluarga Hasmonean, dipimpin oleh Matatias (166 sM) dari Modin dan kelima anaknya. Yang terkemuka dari kelima anak ini adalah Yudas Makabe, pemimpin berbakat yang unggul dalam perang gerilya. Kemenangannya yang pertama menentang pasukan raja, mendorong orangsebangsanya bergabung di bawah pimpinannya, termasuk banyak orang saleh Israel (orang-orang Khasidim (yang kemudian disebut Farisi), yang menyadari bahwa perlawanan pasif tidaklah cukup menghadapi ancaman atas eksistensi bangsa dan agama mereka. Raja mengerahkan tentara lebih banyak lagi menumpas mereka, tapi pasukan inipun dihancurkan oleh pasukan Yudas Makabe dengan taktik-taktik perang yang diluar dugaan.

Nyata bagi raja Antiokhus bahwa politiknya gagal total. Ia meminta Yudas Makabe supaya mengikir utusan ke Antiokhia untuk merundingkan perdamaian dan syarat-syaratnya. Antiokhus ingin merebut kembali daerah-daerah yang melepaskan diri di wilayah timur kerajaan, karena itulah sangat penting bagi dia mengamankan perbatasannya dengan Mesir. Syarat utama dan asasi dari pihak Yahudi, tentu, adalah pembatalan tuntas larangan terhadap agama mereka. Syarat ini disetujui; orang Yahudi bebas mempraktekkan agama nenek-moyang mereka. Kebebasan itu segera disusuli penyucian Bait Suci dari semua kegiatan penyembahan berhala yang telah ditempatkan didalamnya, dan penahbisan kembali Bait itu untuk kebaktian kepada Allah Israel yang telah berlangsung berabad-abad lamanya. Penahbisan Bait itu pada akhir tahun 164 sM (sesudah itu senantiasa diperingati pada Hari Raya Hanukkah; bandingkan dngan Yohanes 10:22) mungkin tidak termasuk pada syarat perdamaian, tapi nampaknya diterima sebagai faith accompli.

Tapi segera jelas bahwa Yudas Makabe, saudara-saudaranya dan pengikutnya tidak puas dengan memperoleh hanya kebebasan beragama saja. Setelah meraih kemenangan dengan kekuatan militer, mereka terus berjuang merebut kemerdekaan politik. Penahbisan Bait Suci dilanjutkan dengan pembentengan bukit Bait itu, berhadapan dengan benteng atau Akra, yang ditempati oleh pasukan kerajaan. Yudas mengirim pasukan bersenjata ke Galilea, Transyordan dan daerah-daerah lain dimana ada persekutuan Yahudi terpencil dan membawa mereka ke daerah-daerah aman di wilayah Yehuda yang berada dibawah kekuasaan pasukannya.

Rentetan tindakan permusuhan demikian tidak dapat dibiarkan oleh pemerintah keluarga Seleukus. Tentara segera dikerahkan menumpas Yudas. Yudas gugur dalam pertempuran pada musim semi tahun 160 sM, dan untuk sementara, gerakan yang dipimpinnya kelihatannya sudah musnah. Tapi beberapa peristiwa yang terkemudian sangat menguntungkan bagi penerusnya. Teristimewa kematian Antiokhus IV pada tahun 163 sM, diikuti perang saudara yang menelan waktu lama dan yang terjadi berulang-ulang di kerajaan Seleukus, antara kelompok-kelompok yang bersaing merebut tahta kerajaan dengan melibatkan para pendukungnya.

Yohathan, saudara Yudas, yang menggantinya memimpin partai pemberontak itu, bersembunyi, menunggu waktu yang tepat, dan setelah waktu itu tiba, melalui perundingan diplomatik ia menerima kemenangan luar-biasa dan maju pesat. Pada tahun 152 sM Alexander Balas, yang nenuntut baginya takhta Seleukus dengan alasan bahwa dia adalah anak dari Antiokhus IV (kebenaran tuntutan ini sulit dinilai), menunjuk Yonathan untuk mengurus kekuatan militernya sendiri di Yehuda, dan mengakui Yonathan ini sebagai Imam Besar yahudi, sebagai imbalan atas janji Yonathan membantu dia.

Antiokhus IV mulai mencampuri urusan agama Yahudi – campur tangannya inilah melahirkan kelompok Hasmonean – dengan memecat dan menunjuk imam-imam besar atas kemauannya sendiri, hal yangbertentangan dengan kebiasaan lama. Sekarang Keluarga Hasmonean menerima jabatan imam besar dari seorang yang berhak memberinya melulu berdasarkan tuntutan bahwa ia adalah anak dan penerus dari Antiokhus IV. Betapa cepatnya hilang cita-cita luhur itu!

Golongan-golongan saleh yang memberi bantuan kepada orang orang Hasmonean – mengingat bahwa hanya oleh Hasmonean kebebasan beragama diperoleh – merasa puas bila tujuan itu sudah dicapai, mereka makin kritis terhadap ambisi-ambisi Hasmonean. Tapi ambisi yang paling menjengkelkan mereka diantara adalah ambisi merebut jabatan imam besar. Diantara orang saleh itu ada yang menolak untuk mengakui imam besar kecuali keturunan Zadok, dan mereka menantikan hari dimana anak-anak zadok kembali memegang jabatan di Bait Suci yang disucikan itu. Suatu kelompok dari keluarga Zadok diizinkan membangun bait Yahudi di Leontopolis di Mesir, dan mereka diperbolehkan memegang jabatan imam disana. Tapi bait suci di luar Israel tidak dianggap sah oleh orang-orang Kasidim, yang sangat menghormati Hukum Taurat.

Pada tahun 143 sM Yonathan terjebak dan dibunuh oleh salah seorang saingan penuntut kekuasaan atas kerajaan Seleukus. Tapi Yonathan diganti oleh saudaranya, Simon, yang dalam kepemimpinannya orang Yahudi memperoleh kemerdekaan sempurna dari kuk kafir. Kemerdekaan itu dituangkan dalam keputusan raja Seleukus Demetrius II bulan Mei 142 sM; orang Yahudi dibebaskan dari kewajiban membayar upeti. Imon melanjutkan keberhasilan diplomasi ini dengan menghapuskan sisa-sisa terakhir dari pengaruh Seleukus di Yehuda – Benteng Gazara (Gezer) dan benteng di Yerusalem. Demetrius memulai suatu perlawanan terhadap orang Partia, dan dia tidak mampu melawan Simon, senandainya dia mau, Simon menerima penghormatan dari Yahudi sesamanya karena kemerdekaan dan perdamaian yang ia capai untuk mereka, Pada pertemuan perserikatan orang-orang Yahudi pada September 140 sM, diputuskan bahwa,d engan mempertimbangkan prestasi patriotik, baik prestasi Simon sendiri dan saudara-saudaranya, maka dia ditunjuk menjadi gubernur bangsa itu, panglima tertinggi militer dan imam besar turun-temurun. Ketiga kekuasaan ini diwariskan kepada keturunannya dan para penerusnya.

Simon terbunuh di Yerikho pada tahun 134 sM oleh menantunya, Ptolomeus, anak Abubus, yang sangat berambisi memegang kekuasaan di Yehuda. Tapi anak Simon, Yohanes Hykanus, menghancurkan ambisi iparnya itu, dan ia mencapai kedudukan sebagai pengganti ayahnya.

Raja Seleukus Antiokhus VII, yang mencoba mengokohkan kembali kekuasaannya atas Yehuda pada masa akhir pemerintahan Simon, berhasil membebankan upeti kepada Yohanes Hirkanus (134-104 sM) selama beberapa tahun pertama pemerintahannya. Tapi kematian Antiokhus VII dalam pertempuran dengan orang Partia pada tahun 128 sM, mengakhiri untuk selama-lamanya kedaulatan raja Seleukus atas Yehuda.

Yohanes Hirkanus (134-104 sM) adalah orang Hasmonean pertama yang menyebut dirinya raja. Pengganti-penggantinya ialah : Aristobulus (104-103 sM), Aleksander Janneus (103-76 sM) dan Aleksandra (76-67 sM), istri dua orang raja sebelumnya.

Kemudian, raja-raja Hasmonean adalah juga imam-imam Besar, karena itu anak lelakinya yang tertua, Yohanes Hirkanus juga menjadi Imam Besar. Aristobulus II (67-63 sM) adalah orang Hasmonean terakhir dari dari dinasti ini. Sebelum kedatangan orang-orang Romawi. Meskipun ia anak termuda Aleksandra, ia menolak Hirkanus sebagai imam besar.

Pada masa pemerintahan Yohanes Hyrcanus terjadi perpecahan antara mayoritas golongan Khasidim (Farisi) dan keluarga Hasmonean. Eliazar, anggota perutusan Farisi, menyatakan kepada Yohanes Hirkanus supaya ia mengundurkan diri dari jabatan imam agung yg dipegangnya. Yohanes Hirkanus tersinggung karena keberatan-keberatan Kashidim atas jabatannya sebagai imam besar, dan terjadilah perpecahan diantara mereka. Mulai dari saat itu dan seterusnya kelompok Khasidim muncul sebagai Golongan Farisi, mereka menarik diri dari perserikatan mereka dulu dengan golongan Hasmonean.

Kemudian Yohanes Hirkanus beralih pihak dari Khasidim (Farisi) kepada Saduki. Di kalangan kaum Hasmonean yang mula-mula, beberapa orang Saduki memegang jabatan di gerousia ('senat' atau Sanhedrin). Kaum Saduki menikmati dukungan para penguasa Hasmonean sampai masa pemerintahan Salome Aleksandra (76-67 sM), yang lebih menyukai kaum Farisi. Di bawah Herodes dan orang Romawi, kaum Saduki menguasai Sanhedrin. Kemudian Partai itu surut bersamaan dengan penghancuran Bait Allah pada tahun 70. Bahkan Yosefus mengatakan, bahwa ketika masih berkuasa, kaum Saduki karena takut terhadap rakyat, terpaksa bekerja sama dengan kaum Farisi.

Kelompok lain yang tidak setuju atas keimaman Hasmonean adalah Kelompok Eseni/ Esenes. kelompok ini melarikan diri dari masyarakat dan hidup di Qumran, suatu tempat sunyi di padang gurun laut mati. Eseni berarti kaum saleh. Sebagian besar mereka adalah kaum imam. Sekitar tahun 150 sM, kelompok para imam ini mengundurkan diri dari kehidupan masyarakat. Alasannya, mereka tidak setuju kalau dinasti Hasmonean yang bukan keturunan Zadok ingin menduduki jabatan Imam Besar. Kaum Eseni ini tinggal di daerah tepi Laut Mati dengan suhu yang panas. Pemimpin mereka disebut 'Guru Kebenaran'. Guru ini mengatur hidup mereka sebagai sekelompok rahib dengan matiraga berat. Mereka hidup mempersiapkan diri menantikan kadatangan Mesias dalam waktu dekat. Kelompok para rahib ini ikut berperan aktif dalam pemberontakan bangsa Yahudi melawan Roma pada tahun 66-70 M. Karena mereka takut biara mereka dihancurkan, maka naskah yang mereka miliki disembunyikan dalam gua-gua di sekitar laut mati. (Naskah laut mati, Qumran).

Tokoh yang bernama Flavius Yosefus adalah ahli sejarah Yahudi, lahir tahun 37/38 M, dan meninggal awal abad 2 M. Dia anak imam bernama Matias, dari golongan Yoyarib (1 Tawarikh 24:7), dan menyatakan punya hubungan keluarga dengan orang Hasmonean yang termasuk golongan itu. Sesudah bergabung dalam kurun waktu pendek dengan golongan Eseni dan dengan Banus, pertapa di padang gurun, dia bergabung dengan golongan Farisi pada umur 19 thn.



Dikutip dari berbagai sumber.