Minggu, 20 Mei 2012

Luka Dalam Pelayanan

Luka Dalam Pelayanan
 


Dalam kisah “Orang Samaria yang Murah Hati” dalam Lukas 10:25-37, terdapat pernyataan bahwa ada orang yang terluka secara fisik. Dalam kehidupan pelayanan, kita bisa menjumpai jenis luka yang lain, yaitu luka dalam hati.

Ketika ada orang menggosipkan kita tanpa tahu masalah kita, kita terluka. Ketika ada orang yang mulai tidak menghargai kita dalam pelayanan, kita terluka. Ketika ada orang kepercayaan kita kemudian "menikam" dari belakang dan bicara yang buruk, kita terluka. Ketika kita dapati pemimpin tidak sesuai hidup dan perkataannya, kita tertuka. Tanpa sadar, banyak hamba Tuhan yang tetap berdoa menumpangkan tangan kepada jemaat yang sakit dan si sakit mengalami kesembuhan, melayani doa pengurapan dan yang kita doakan mengalami lawatan, namun ada begitu banyak luka dalam hati kita.

Sekarang kita akan perhatikan, mengapa iblis menaruh luka dalam hati kita? Yang saya pelajari ada beberapa hal yang menjadi alasan:

I. Orang yang luka tidak dapat berbuat banyak.
Injil Lukas 10:30 mengatakan, orang yang dirampok itu dipukul sampai setengah mati. Tidak bisa buat apa-apa, hanya terkapar tanpa mampu bergerak. Banyak pendeta yang terluka oleh sikap isteri yang terluka. Akhirnya, jemaat juga terima rasa luka. Dan semua terluka sehingga semua tidak dapat berbuat banyak.

Dalam Alkitab terdapat contoh sederhana, yaitu seorang yang bernama Saul. Saul adalah orang pilihan Tuhan. Dia tidak pernah kampanye untuk menjadi raja. Itu artinya Saul adalah orang yang hebat, dia bukan orang biasa. Tapi waktu Saul mendengar sorak-sorai oleh karena Daud telah mengalahkan Goliat dengan mengatakan: "Saul mengalah beribu-ribu musuh tapi Daud mengalahkan berlaksa-laksa."


Saul marah, padahal Daud tidak berbuat apa-apa. Saul terluka karena sorak-sorai itu, oleh karena pikirannya menjadi sempit dan picik. Banyak hamba Tuhan hari-hari ini menjadi begitu terbatas oleh karena pikirannya yang sempit, sehingga luka-luka yang ada dalam hati menguasainya. Dan, ketika hatinya terluka ia menjadi orang yang sangat merugikan bagi perkerjaan Tuhan.

Saul bukan orang yang gampang takut dan bukan juga orang yang gampang khawatir. Tetapi ketika hatinya terluka, ia menjadi orang berpikiran negatif. Sehingga ia merencanakan pembunuhan bagi Daud yang pernah menyelamatkan reputasinya.

Alkitab juga mencatat sesuatu yang luar biasa tentang Yusuf karena dia tidak pernah terluka. Hampir semua orang melukai dia. Kakak-kakaknya membuang dia. Dan ketika sadar kalau dibuang tidak ada untungnya, maka mereka menjual Yusuf. la tidak berkata kepada kakak-kakaknya, "mengapa engkau lakukan itu kepadaku? Apakah salahku?"

Ketika dia diperlakukan tidak adil oleh karena menolak ajakan isteri Potifar, dia pun tidak membela diri. Karena dia tidak membiarkan hatinya terluka. Sehingga ia tidak berusaha untuk membalasnya. Bukankah banyak hamba Tuhan yang tidak tenang dalam pelayanannya dan akhirnya tidak dapat berbuat apa-apa. Berusaha mencari kambing hitam sebagai kompensasi dari pelampiasan rasa luka hatinya. Ingat, orang yang hatinya tidak luka, tidak mungkin punya niat jahat.

Kita lihat di sini perbedaan antara Saul dan Yusuf. Saul tidak dapat berbuat banyak lagi, bahkan hancur. Tapi Yusuf lebih mampu berbuat banyak bahkan menjadi berhasil luar biasa.

II. Orang yang luka akan dikuasai oleh trauma.
Orang yang trauma selalu berpikiran negatif. Negatif terhadap orang lain, curiga terhadap orang lain. Makanya setan ingin menaruh luka dalam hati hamba-hamba Tuhan.

Perlu diperhatikan, ketika terluka jangan salahkan orang. Yusuf mengalami hal-hal yang melukai tetapi ia tidak terluka. Saul tidak dilukai oleh siapapun tetapi ia terluka. Jadi, kita terluka atau tidak terluka bukan disebabkan oleh karena orang berbuat sesuatu bagi kita. Sebagai hamba Tuhan kita harus percaya bahwa di hadapan Tuhan kita semua tidak bergantung dari siapa yang paling hebat, yang paling banyak karunianya, besar atau kecilnya gereja yang kita layani.

Melayani Tuhan tidak tergantung dari siapa yang paling besar, siapa yang paling hebat. Di dalam Matius 25 disebutkan cuma ada dua macam hamba Tuhan yaitu, hamba Tuhan yang jahat dan hamba Tuhan yang baik. Kita yang melayani di gereja yang kecil tidak usah minder dan kita yang melayani di gereja yang besar, tidak perlu berbangga karena gereja kita besar.

III. Orang yang terluka tidak akan stabil.
Ada masanya dia hebat sekali, tapi ada masanya dia jahat sekali. Ada masanya dia lembut dan penuh Ron Kudus, tapi ada masanya dia menjadi orang yang garang, Orang yang ada luka mudah emosi. Mulutnya susah di 'rem'. Jadi sederhana saja, jika ada orang yang suka 'sikat' orang lain, suka menjatuhkan orang lain, tidak mudah terima kelemahan dan keberhasilan orang lain, orang itu sedang terluka.

Ada orang yang mudah putus asa, mudah mengeluh dan berkata: "yah... inilah pelayanan saya begini-begini aja.. mungkin Tuhan nggak pake saya..." Kita perlu tahu bahwa Allah kita bukalah 'Allah yang begini-begini saja.' Tetap berlaku bahwa barang siapa setia dalam perkara yang kecil, Tuhan akan berikan perkara yang besar (Mat. 25:21; Luk. 16:10). Dan jika kita setia dalam perkara yang besar, maka Tuhan akan memberikan kepada kita perkara yang lebih besar lagi, sampai perkara yang tidak terbatas.

Satu hal lain yang ingin saya sampaikan kali ini, untuk itu mari kita lihat tentang Yohanes Pembaptis dalam Yohanes 3:26, lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: "Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya."

Salah satu penyebab luka kadangkala bukan orang yang anti terhadap kita, tetapi orang-orang yang terlalu sayang sama kita. Banyak hamba Tuhan jatuh bukan karena disakiti oleh orang lain, tapi karena ‘dijilat' oleh pengikutnya sendiri. Jangan berpikir bahwa orang yang membuat kita terluka cuma orang yang selalu mengkritik kita.

Untung Yohanes Pembaptis tidak menjadi ragu ketika murid-muridnya memberikan laporan apa yang terjadi di lapangan. Banyak pemimpin menjadi terluka karena laporan-laporan dari orang-orang kepercayaannya. Sehinga terpancing dan menjadi marah, jengkel dengan apa yang telah dia dengar.

Perhatikan jawaban Yohanes dalam Yoh. 3:27-28: Jawab Yohanes: "Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. Kamu sendiri dapat member! kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya."

Yohanes sadar bahwa semua yang di ada padanya adalah dikaruniakan dari sorga. Jemaat kecil adalah karunia dari sorga harus dihargai dan tetap semangat. Jemaat besar adalah juga karunia dari sorga.

Pada dasarnya kita selalu berhadapan dengan tiga orang. Yang pertama, orang-orang yang di atas kita. Kedua, orang-orang yang di samping kita. Yang ketiga, orang-orang yang di bawah kita. Orang yang luka, ketika dia melihat orang yang ada di atas, diomongin supaya dia jatuh. Ada orang di samping dia, dia sikut supaya jauh. Ada orang yang di bawah dia, dia injak. Untuk orang yang tidak luka, melihat orang yang di atas dia belajar, ada orang di samping, dia bergandengan tangan, ada orang di bawah dia angkat agar dapat bersama-sama. Haleluya!

Pengkhotbah: Pdt Gilbert Lumoindong

disadur dari : www.terangdunia.com
Sumber: Penyuluh