Selasa, 08 Mei 2012

DOA SYAFAAT SEBAGAI PENDOBRAK




Seperti Musa dan Yosua bekerja sama dalam pertempuran melawan Amalek,
demikianlah Tuhan bermaksud agar doa syafaat dan penginjilan bertugas
secara gabungan. Keduanya seperti tangan dalam sarung tangan, atau air
di sungai, atau cabang dalam pokok anggur. Doa syafaat yang tidak
dikaitkan dengan penyelamatan jiwa-jiwa, bagaikan anak panah yang
dilepaskan tanpa sasaran, atau seorang atlet yang berlari dalam
perlombaan yang tidak memunyai garis akhir, atau pertandingan sepak
bola tanpa jala gawang. Jika kita berdoa untuk kebangunan rohani, kita
harus berbuat sesuatu untuk hal itu. Doa syafaat adalah pekerjaan
persiapan, sebuah bajak yang menghancurkan tanah untuk ditabur dan
dipanen. Itu tidak berarti bahwa kita tidak perlu bersyafaat sampai
ada kebaktian penginjilan atau pekerjaan serupa itu diselenggarakan,
tetapi itu berarti bahwa kita harus memunyai suatu penglihatan dan
rencana untuk menjangkau jiwa-jiwa. Penginjilan tanpa doa syafaat
bagaikan mesin yang dijalankan tanpa tenaga listrik, atau menangkap
ikan tanpa jala dan berusaha menangkap ikan seekor demi seekor pada
ekornya.



Warisan Anda yang Sah



Serangan Amalek merupakan suatu usaha orang kafir untuk mencegah
Israel agar tidak mendapatkan warisan mereka. Itu menyoroti topik yang
wajar tentang usaha perantara yang tertera dalam Mazmur 2:8, "Mintalah
kepadaKu maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik
pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu."



PERHATIKAN... kita mula-mula MEMINTA (memohon) dan kemudian MEMILIKI.
Memohon (mengantara) diikuti dengan penginjilan -- sesungguhnya
memasuki negeri dan memilikinya. Asas itu juga ditunjukkan dalam 1
Timotius 2:1 yang memberitahukan kepada kita untuk bersyafaat bagi
semua orang. Doa syafaat memunyai sasaran tertentu, seperti yang
dinyatakan 1 Timotius 2:4 -- supaya semua orang diselamatkan dan
memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Inilah caranya dunia dapat
diselamatkan -- melalui doa syafaat dan penginjilan. Kita juga harus
memerhatikan bahwa Musa duduk. Ia tidak memaafkan diri dengan ucapan
"saya letih", karena manusia harus selalu berdoa dengan tidak
jemu-jemu (Lukas 18:1) dan jangan jemu-jemu berbuat baik (Galatia
6:9). Ia menetapkan dirinya untuk berdoa sampai kemenangan tiba. Ini
adalah masalah menguasai suatu kawasan pertempuran khusus, bukannya
berdoa dalam suatu cara yang umum atau berpuasa untuk alasan yang
tidak khusus. Menyisihkan waktu untuk berdoa adalah suatu kewajiban
yang benar, tetapi doa syafaat melibatkan suatu serangan yang
diarahkan melawan musuh yang sudah dikenal.





Lebih lanjut dan sangat penting, Musa bukan hanya mengucapkan sebuah
doa. Tangannya tetap teracung sampai Yosua telah menghancurlumatkan
Amalek. Itulah doa syafaat dan ketekunan yang menjamin kemenangan.
Suzette menamakannya "RINTIHAN". Ia memberikan definisi seperti
berikut mengenai doa syafaat: "Berdoa agar kehendak Allah terjadi di
dunia; campur tangan, menengahi, dan bekerja dengan Allah; menjadi
bagian dari pekerjaan Allah, melayani-Nya dalam doa; mendoakan beban
Allah dan bukannya pendapat kita sendiri; hal yang dikehendaki-Nya,
bukan hal yang kita pikirkan yang harus kita doakan, dengan demikian
`menerima pikiran Kristus`; melihat perlunya tindakan Allah, kemudian
dengan berani dan yakin memohon agar Ia bertindak.


Definisi



Kata "syafaat" mula-mula muncul dalam Yesaya 53:12, ketika
membicarakan tentang Kristus yang "berdoa untuk
pemberontak-pemberontak". Kata Ibraninya ialah "baga" yang berarti
"bertubrukan dengan kekerasan". Kamus Vine menyatakan bahwa "baga"
berarti "memukul, melawan, bertindak keras terhadap, menyerbu, datang
di antara, menyebabkan untuk memohon, bertemu dengan, dan berdoa".
Jadi, ada dua segi yang terpisah di sini -- peperangan dan rintihan.
Pertama, "baga" berarti sesungguhnya menghadapi Setan dalam Nama Yesus
atas nama orang banyak, dengan demikian memukul, melawan, dan
bertubrukan dengannya. Kata itu juga mengesankan rintihan yang lembut
-- "datang di antara" atau menghadap Bapa atas nama orang banyak.
Dengan demikian, doa syafaat memunyai dua segi: menghadapi Setan dan
menghadapi Allah.



Selain itu, kata syafaat juga digunakan dalam Perjanjian Baru. Sebuah
kata Yunani memunyai dua bagian, pertama berarti "melampaui" dan
bagian lain berarti "bertemu atas nama dari atau demi seseorang".
Dengan kata lain, menjangkau dan berbuat sedapat-dapatnya kita untuk
kepentingan orang lain. Kata lain untuk syafaat mengesankan "berusaha
untuk didengar oleh Raja demi kepentingan orang lain". Ini menunjukkan
persekutuan yang erat diperlukan. Menurut kamus Webster, syafaat
dilukiskan sebagai "penyelesaian sengketa dengan menengahi,
permohonan, doa, atau permohonan untuk kepentingan orang lain", dan
kata kerja "bersyafaat" didefinisikan sebagai "suatu tindakan antara
pihak-pihak dengan pandangan untuk mendamaikan perbedaan atau pokok
pertikaian mereka, menyelesaikan sengketa dengan menengahi atau
mengemukakan demi kepentingan orang lain". Permohonan mendesak,
permohonan resmi, memohon, turut campur, mengemukakan -- itulah doa
yang dinaikkan pada "suhu" yang tertinggi.



Pinehas ikut terlibat ketika Israel sangat berdosa dan suatu tulah
berkecamuk di seluruh negeri. Teror yang menyebar itu dihentikan dan
hal itu diperhitungkan kepada Pinehas sebagai kebenaran untuk generasi
selanjutnya. Doa syafaat melibatkan tindakan menjadi seorang pendamai,
yang membawa kaum pria dan wanita ke dalam sejahtera Allah. Itu
menimbulkan panen kebenaran yang menjangkau masa kekal. Itulah kuasa
yang terdapat dalam doa syafaat. Dalam bersyafaat, penting bagi kita
untuk mendapat pengarahan dari Allah. Kita harus memunyai sasaran-Nya.
Allah membutuhkan saluran-saluran untuk hal yang dikehendaki-Nya. Kita
harus mengetahui urusan-Nya, karena Dia mengetahui hal yang sedang
terjadi ketika kita tidak mengetahuinya, dan sangat menyadari tempat
iblis mengerahkan serangannya.



Rahasia Seorang Pendoa Syafaat



Tuhan mungkin memberi kita beban untuk tugas yang harus kita lakukan
sendiri, seperti berbicara kepada seseorang tentang suatu urusan
pribadi. Tujuan utama dari doa syafaat bukanlah mendengarkan
rahasia-rahasia tentang orang lain dari Allah. Dalam doa syafaat
tidak boleh ada pergunjingan rohani -- memberitahukan orang-orang apa
yang dipikirkan oleh Allah dan menyampaikan rahasia-Nya kepada semua
orang, karena rahasia Allah itu suci. Allah memberitahukan kita
beberapa informasi tertentu, supaya kita dapat bersyafaat bagi
orang-orang lain, dengan demikian mewujudkan maksud-Nya bagi mereka.
Tuhan sepertinya menyampaikan rahasia semacam itu hanya sekitar 2
persen dari waktu yang ada. 98 persen sisa waktu doa syafaat,
dicurahkan untuk memalingkan dunia kembali kepada Allah sesuai dengan
tuntunan Roh Kudus. Melakukan tugas seorang pendoa syafaat ialah suatu
pengalaman yang mengubahkan kehidupan, tetapi hanya Allah yang dapat
membina seorang pendoa syafaat. Jika Tuhan membawa Anda melalui
pengalaman yang mengubahkan hasrat Anda, menuntut Anda dengan gigih di
Takhta Allah untuk dunia yang tersesat, Anda tidak akan menyesalinya,
betapa pun berat pekerjaan persiapan itu.



Doa syafaat mengubahkan sikap hidup Anda, membawa Anda kepada suatu
kepuasan yang tidak seorang pun dapat melukiskannya kepada Anda
sebelumnya, karena hal itu sangat kaya pengalamannya. Siapkanlah hati
Anda untuk Allah, jangan hanya waktu Anda saja, maka Anda akan
menempatkan harta Anda di tempat yang tidak dapat disentuh ngengat.
Penginjilan harus dilihat sebagai pekerjaan Roh Kudus dalam setiap
pengertian tunggalnya. Semua segi dari suatu kebaktian penginjilan
diserahkan kepada-Nya -- pemberitaannya, nyanyiannya, tata tertib
kebaktiannya, penggunaan setiap pelayanan, dan karunia-karunia Roh.
Itu sebuah usaha besar yang didukung oleh orang-orang percaya lokal
maupun Gereja secara luas. Penginjilan menyingkirkan setiap rintangan,
setiap motif diri yang menghalangi, dan setiap muslihat yang mungkin
akan menahan manusia untuk datang kepada Allah. Penginjilan ialah Roh
Kudus yang bekerja melalui doa syafaat dan pelayanan. GABUNGAN SEMACAM
ITU MENGHASILKAN KEBANGUNAN ROHANI YANG MENAKLUKKAN DUNIA.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul asli buku: Evangelism by Fire
Judul buku terjemahan: Penginjilan dengan Api
Judul asli artikel: Doa Perantara sebagai Balok Pendobrak
Penulis: Reinhard Bonke
Penerjemah: A.J. Syauta
Penerbit: Yayasan Pekabaran Injil "IMANUEL", Jakarta
Halaman: 311 -- 316