Kamis, 22 September 2011

Apakah Allah Plin-Plan?

Oleh: David Sterling

Apakah Allah di satu waktu mengasihi dan di waktu yang lain membenci, kadang menunjukkan amarah dan kadang belas kasihan? Apa yang telah menciptakan kebingungan terhadap perlakukan Allah kepada manusia?

Allah adalah Allah yang baik! Dia tidak marah kepada kita! Dia tidak hanya mengasihi kita tetapi Dia juga menyukai kita! Dia tidak pernah meninggalkan atau mengabaikan kita, tidak peduli seberapa buruk kegagalan atau kesalahan kita. Kesalahan-kesalahan kita tidak menyebabkan Dia menahan berkat-berkat-Nya! Perbuatan kita yang buruk dan kegagalan kita tidak merubah perilaku-Nya kepada kita! Agunglah kesetiaan-Nya!

Ini merupakan peryataan yang radikal dan sangat kuat. Sayangnya, hal tersebut tidak selalu didengar, bahkan tidak oleh mereka yang disebut sebagai lingkaran Kristen. Coba pikirkan tentang jenis pengajaran yang sering kita dengarkan saat ini mengenai sifat alami Allah yang “sejati”:
- Sering kali Allah digambarkan sebagai Allah yang marah dan siap untuk menghukum kita karena kesalahan yang kecil sekalipun. Dia memperhatikan untuk melihat bagaimana kita bertindak sehingga kita bisa menjadi anak-anak-Nya. Dia pasti tidak akan menjawab doa-doa kita jika kita berbuat dosa, dan Dia akan menahan berkat-berkat-Nya bila kita tidak sesuai dengan kriteria-Nya. Tidak ada gunanya mengharapkan kemurahan Allah kecuali kita telah hidup tanpa salah.
Konsep tentang sifat alami Allah spt itu menyesatkan; hal itu menuntun pada kesimpulan yang salah tentang sifat alami Allah, dan sekali lagi hal itu menghalagi hubungan yang intim dengan-Nya. Agama yang berdasarkan perbuatan kita mungkin merupakan penghalang terbesar untuk dapat menikmati hubungan yang memuaskan dengan Bapa sorgawi kita.
Percampuran antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru telah menimbulkan kebingungan mengenai tindakan Allah terhadap manusia.

Mengapa Tuhan digambarkan begitu kasar?

Bagaimanakah orang-orang yang tulus bisa mendapatkan kesimpulan seperti itu tentang sifat alami Allah? Bagaimana mungkin Allah terlihat terlalu sering memberikan penghargaan kepada kita berdasarkan moralitas dan perbuatan kita? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa ditemukan dalam kurangnya pengertian tentang keselarasan antara Perjanjian Lama dan Baru. Sebuah pengertian yang tidak lengkap tentang nilai dan arti penting dari karya penebusan Yesus telah menyebabkan orang percaya sering kali salah menggambarkan Allah. Percampuran antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru telah menimbulkan kebingungan mengenai tindakan Allah terhadap manusia.

Allah seperti yang digambarkan oleh contoh-contoh dalam Perjanjian Lama

Dalam Perjanjian Lama, Tuhan sering kali melepaskan kemarahan dan penghukuman-Nya dengan cara yang sangat mengerikan. Kita memiliki banyak contoh dahsyat tentang bagaimana Allah menghakimi dosa dan mencurahkan murka-Nya terhadap bangsa dan individu:
  • Pada awal sejarah manusia ada air bah Nuh, dimana semua kecuali delapan orang dihukum dan dihancurkan.
  • Kita melihat kehancuran Sodom dan Gomora yang disebut Tuhan Yesus kita dalam pengajaran-Nya.
  • Malaikat maut membunuh semua anak sulung dan mengakibatkan malapetaka di Mesir dalam satu malam.
  • Malaikat yang lain membunuh 185.000 prajurit Asiria dalam satu malam
  • Para pemimpin diantara suku-suku Israel yang memberontak dihancurkan sebagai contoh bagi yang lain
Daftar itu terus bertambah. Tidak ada keraguan bahwa Allah adalah Allah yang kudus dan tentu saja membenci dosa dan menuntut keadilan. Ya, Allah terkadang memang sangat-sangat marah dalam Perjanjian Lama! Ada banyak contoh yang dicatat tentang penghukuman yang dahsyat dan seketika. Rasul Paulus memberitahu kita bahwa segala yang tertulis dalam Perjanjian Lama adalah contoh bagi kita (1 Korintus 10:11).

Allah seperti yang digambarkan oleh Yesus

Bagaimanapun juga, ada juga gambaran tentang Allah yang digambarkan Yesus melalui tindakan dan pengajaran-Nya. Yesus berkata bahwa barang siapa melihat Dia, ia telah melihat Bapa. Dia menunjukkan belas kasihan pada orang berdosa dan cepat untuk mengampuni serta memulihkan. Tindakan puncak-Nya dengan mati bagi dosa-dosa kita membuktikan dibalik semua keraguan bahwa Dia datang untuk menyelamatkan dunia dan bukan untuk menghukumnya. Begitu banyak perubahan dengan kedatangan Yesus! Perjanjian Lama dari hukum Taurat, yang merupakan pelayanan yang membawa kematian, telah berlalu! Kita sekarang hidup dalam waktu yang sangat berbeda, dibawah perjanjian yang baru!

Apakah Allah plin-plan?

Bagaimana gambaran tentang Allah yang digambarkan Yesus sesuai dengan pandangan Perjanjian Lama tentang kekerasan dan kehebatan penghukuman Allah? Apakah Allah telah berubah? Apakah Allah menderita schizofrenia? Apakah terkadang Dia mengasihi kita dan terkadang membenci kita? Bagaimana kita dapat menghubungkan dengan Allah yang suasana hati-Nya sering kali berubah dari satu titik ke titik yang lain?
Pertanyaan semacam ini menyatakan sebuah dilema yang telah membuat banyak orang berada dalam keadaan ketidakpastian dan ketakutan. Banyak orang tulus merasa bingung karena percampuran tanda yang sering kali disampaikan pada mereka melalui gereja dan para pengajarnya.
Hanya ada satu sifat alami Allah yang sejati yang dinyatakan dalam Firman yaitu KASIH!
Ada sebuah jawaban sederhana bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut dan harmonisasi antara murka dan belas kasihan Allah. Allah tidak plin-plan! Hanya ada satu sifat alami Allah yang sejati yang dinyatakan dalam Firman yaitu KASIH! 1 Yohanes 4:8 mengatakan, “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.” Dia tidak mengasihi pada saat tertentu saja – KASIH adalah sifat alami Allah! KASIH adalah sifat alami-Nya yang tidak pernah berubah dan permanen. Yesus memberikan pernyataan yang paling jelas tentang sifat alami Allah yang sejati.

Tuntutan kekudusan bagi keadilan sekarang telah dipenuhi dengan sempurna

Allah, yang adalah Kudus, meletakkan seluruh dosa kita dan dosa seluruh dunia keatas Yesus, Ia menghukum-Nya menggantikan kita. Salib yang diatasnya Yesus telah disalibkan sebagai Domba Allah yang tidak bercacat telah selamanya merubah hubungan umat manusia dengan Allah. Ada perbedaan tentang cara Allah berurusan dengan umat manusia yang berada di bawah Perjanjian Lama dengan umat manusia yang sekarang ini berada di bawah Perjanjian Baru. Pembayaran yang dilakukan Yesus bagi dosa-dosa kita telah merubah hubungan kita dengan Bapa untuk selama-lamanya. Allah sendiri sedikitpun tidak pernah berubah, tetapi Dia telah memuaskan tuntutan kekudusan-Nya bagi keadilan dengan menghukum Yesus sebagai ganti kita. Ini bukanlah pembayaran sebagian saja sehingga membutuhkan penambahan kekudusan kita dan perbuatan rohani kita sendiri – pembayaran itu adalah pembayaran yang total dan sepenuhnya dan tidak meninggalkan apa-apa bagi kita kecuali hanya percaya dan menerimanya. Sama sekali tidak ada yang dapat kita lakukan untuk merubah kasih Allah terhadap kita!
Sebelum penyaliban Yesus, penghukuman yang berat telah sering dilakukan pada umat manusia. Sebelum Yesus menggenapi tuntutan kekudusan Allah dan mati bagi kita, Allah harus menghukum dosa. Tetapi itu bukan karena Tuhan ingin untuk menghukum. Kasih-Nya selalu merupakan kasih yang tersedia. Dia selalu merupakan Allah kasih dan karunia. Bagaimanapun juga, suatu harga harus dibayarkan untuk pemberontakan dan dosa-dosa manusia, dan sebelum pengorbanan tersebut dilakukan, harus ada konsekuensi bagi dosa.
Sebelum kedatangan Yesus, ada murka dari Allah kepada umat manusia karena dosa-dosa mereka. Hukum Taurat Perjanjian Lama merupakan pelayanan kemurkaan. Dosa-dosa manusia digunakan untuk menentang mereka. Tetapi saat Yesus datang, Allah berhenti memengang dosa-dosa manusia untuk menentang mereka. Inilah yang dinyatakan rasul Paulus dalam 2 Korintus 5:19, Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. 21. Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

Rekonsiliasi dan damai

Kata “rekonsiliasi” berbicara tentang membuat perdamaian. Allah tidak lagi memandang kita bertanggung-jawab. Akan tetapi, Dia menjatuhkan dosa-dosa kita pada Yesus, membuat Yesus bertanggung-jawab atas dosa-dosa kita. Yesus menjadi seperti kita sehingga kita dapat menjadi seperti Dia – kebenarannya Allah. Allah tidak lagi berperang dengan umat manusia karena pengorbanan Yesus telah mengakhiri perang tersebut – sekarang kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah melalui kematian Yesus (Roma 5:1)
Dia tidak memberikan kepada Anda apa yang pantas Anda dapatkan tetapi Dia memberikan kepada Anda apa yang pantas Yesus dapatkan!
Puji Tuhan – Dia tidak memberikan kepada Anda apa yang pantas Anda dapatkan tetapi Dia memberikan kepada Anda apa yang pantas Yesus dapatkan! Yesus telah menanggung seluruh murka Allah dan sekarang kita hidup di bawah Perjanjian Baru di dalam era kasih karunia dan kemurahan Allah. Allah tidak marah dan Dia tidak menunggu kesempatan untuk mencurahkan murka-Nya kepada Anda bila Anda melakukan kesalahan.
Allah mengasihi Anda sekalipun Anda tidak sempurna. Dia mengasihi Anda bukan karena perbuatan Anda tetapi karena pengorbanan Yesus. Jadilah teguh dan berakar kuat dalam kasih dan karunia Allah! Berpihaklah sepenuhnya dengan Perjanjian Baru dan rasakan seluruh keuntungannya sebagai ciptaan baru di dalam Kristus. Anda dikasihi dan diterima karena apa yang telah dilakukan Yesus – tidak ada hubungan dengan prestasi dan kebaikan Anda. Kebaikan Yesus itu cukup dan Yesus sendiri lebih dari cukup! Allah benar-benar dipuaskan dengan Yesus – Anda juga dapat dipuaskan dengan apa yang telah Dia lakukan!