1. Barnabas bukanlah salah satu dari ke-12 murid Tuhan Yesus.
2. Barnabas tidak pernah bercakap-cakap dan tatap muka secara langsung dengan Tuhan Yesus.
3. Barnabas tidak pernah dinyatakan oleh Tuhan Yesus sebagai murid yang paling dikasihi.
4. Barnabas seorang keturunan suku Lewi berasal dari pulau Cyprus, menggabungkan diri dengan para rasul setelah Tuhan Yesus naik ke Surga (Kisah Rasul 4:36-37)
5. Injil Barnabas dicatat pada abad ke-13 dalam bahasa Italy.
Keterangan didalam Injil palsu Barnabas sangat bertentangan dengan situasi dan kondisi daerah Palestina yang sebenarnya.
1. Kesalahan geografis.
Pasal 20 Injil palsu Barnabas menceritakan bahwa Yesus dikatakan dari daerah Galilea menuju ke daerah Nazaret naik perahu. Padahal semua orang di sana pasti tahu kalau daerah Nazaret itu letaknya di daratan pedalaman, bukan diseberang lautan, dan jaraknya antara daerah Galilea dengan Nazaret itu sekitar 20 km. Mana mungkin orang yang mau menuju ke daratan malah naik perahu. Dengan secara jelas menunjukkan suatu bukti yang otentik, bahwa penulis Injil palsu Barnabas itu tidak mengetahui situasi dan kondisi daerah Palestina yang sebenarnya. Mungkin penulisnya mimpi bin ngigo kali...
2. Kesalahan biografi sejarah.
Pasal 3. Penulis Injil Palsu Barnabas menceritakan bahwa ketika Yesus lahir Pilatus sudah memerintah daerah Palestina sebagai gubernur. Padahal menurut data-data sejarah Pilatus datang memerintah daerah Yudea (Palestina) tahun 26-36 Masehi. Jadi dengan demikian menunjukkan bahwa penulis Injil palsu Barnabas itu adalah orang yang sangat awam tentang kejadian yang sebenarnya, apalagi kalau dituntut untuk menunjukkan bukti data-data sejarah... wah malah salah kaprah dan nggladrah.
3. Kesalahan dalam bidang peraturan hukum keagamaan.
Pasal 152. Penulis injil palsu Barnabas menceritakan bahwa orang-orang kafir atau orang-orang diluar Yahudi termasuk pasukan tentara romawi bebas memasuki tempat ibadat suci orang Yahudi. Di sana dikatakan bahwa Yesus sedang berdialog dengan pasukan tentara Romawi di dalam rumah ibadah (tempat suci) orang Yahudi. Padahal itu merupakan pelanggaran peraturan hukum kenajisan keagamaan yang sangat dihormati dan dijunjung tinggi oleh seluruh bangsa Yahudi, bahwa "orang-orang diluar Yahudi yang tidak menganut agama Yahudi dilarang masuk tempat ibadat". Orang-orang Romawi sendiri dalam menyikapi masalah ini sangatlah hati-hati sekali, sebab kalau sampai peraturan hukum kenajisan itu dilanggar akan menimbulkan huru-hara dan prahara besar. Ternyata penulis Injil palsu Barnabas kurang hati-hati dan teliti di dalam menyikapi serta menyoroti masalah ini.
4. Kesalahpahaman dalam penilaian kaum biarawan.
Pasal 145. Penulis Injil palsu Barnabas menceritakan bahwa orang-orang Farisi itu seolah-olah tinggal dalam biara, sehingga bisa dikatakan kaum biarawan. Padahal yang dikatakan kaum biarawan pada waktu itu adalah orang Esen (bhs. Yunani; Essenoi), yaitu orang-orang yang mengisolasi diri atau orang-orang yang menjauhkan diri dari keramaian duniawi atau juga dengan kata lain, orang-orang yang hidupnya selalu mendekatkan diri kepada Sang Ilahi serta menjauhkan diri dari hal-hal yang bersifat duniawi. Tetapi kalau kaum Farisi adalah orang-orang yang menekuni dalam bidang agama, namun mereka semua masih bebas bergaul dengan masyarakat luas. Ternyata penulis Injil palsu Barnabas adalah orang yang sering salah paham sehingga menyamakan dan mencampuradukkan golongan Farisi dengan golongan Esen. Makanya kalau tidak tahu jangan sok memberi tahu nanti malah keliru, akhirnya jadi lucu.
5. Kesalahan dalam penilaian satuan mata uang.
Pasal 98. Penulis Injil palsu Barnabas menceritakan bahwa Philip menjawab Yesus, "Tuan 200 keping emas tidak cukup untuk membeli roti sekian banyak itu." Padahal satuan mata uang di Palestina pada waktu itu adalah dinar, dan logamnya adalah perak, bukan emas. Satu dinar pada waktu itu adalah standar (ukuran) bayaran untuk upah buruh kerja sehari (Matius 20:2,13). Jadi 200 keping emas mestinya kalau dibelikan roti, sudah mencukupi orang banyak sekali. Dengan demikian, penulis Injil palsu Barnabas sangat awam dalam perhitungan dan penilaian mata uang. Apakah mungkin penulis Injil palsu Barnabas itu adalah orang yang tidak pernah mengenyam pendidikan sekolahan, namun langsung menerima ilham, maka dari itu sering timbul dan muncul kesalahpahaman.
6. Kesalahan dalam perayaan tahun Yobel
Pasal 82. Penulis Injil palsu Barnabas menceritakan bahwa tahun Yobel diperingati setiap 100 (seratus) tahun sekali. Padahal tahun Yobel diperingati oleh bangsa Yahudi setiap 50 (lima puluh) tahun sekali, sesuai yang tertulis dalam kitab Taurat (Imamat 25:8-13). Pertama kali tahun Yobel diperingati setiap 100 tahun sekali atas dasar dekrit (keputusan) Paus Yonisius VII pada tahun 1300. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Injil palsu Barnabas dicatat pada sekitar abad 13. Sekarang ketahuanlah kedok kepalsuannya. Sebab kalau itu adalah Injil yang ditulis oleh Barnabas yaitu rekan para rasul, seorang suku Lewi dari Siprus (Kisah Rasul 4:36), sudah jelas pasti dicatat pada abad 1 (pertama) dan paling tidak dengan mempergunakan bahasa Yunani, Ibrani atau Aram, bukan ditulis pada abad 14 dan juga bukan menggunakan bahasa Italy, nanti malah akan menyebabkan para pembacanya sulit mengerti, lha wong Barnabas sendiri tidak pernah mendengar bahasa Italy, apalagi mempelajarinya. Kecuali Barnabas imitasi alias tidak asli, yang bikin cerita dan dongeng 1001 mimpi dengan membonceng atas nama Injil Barnabas.
Pertentangan yang mencolok antara Injil Barnabas dan Al Qur'an.
Al Qur'an mengatakan: Isa Almasih atau Mesias adalah Isa putra Maryam (Qs. 3:45, Qs. 4:171).
Injil Barnabas mengatakan: Muhammad adalah Al Masih atau Mesias.
Pertanyaannya, manakah diantara kedua pernyataan mengenai Al Masih itu yang benar? Al Qur'an atau Injil Barnabas? Kalau Al Qur'an yang benar berarti Injil Barnabas yang salah, tapi kebalikannya kalau Injil Barnabas yang benar berarti Al Qur'an yang salah. Pertanyaannya: Yang dikatakan Al Masih atau mesias dalam Al Qur'an itu Muhammad atau Isa putra Maryam? Kalau yang dikatakan Al Qur'an (Qs. 3:45; Qs 4:171) Al Masih itu adalah Isa putra Maryam, berarti Injil Barnabas telah melecehkan pernyataan Al Qur'an.
Menurut Injil Barnabas: Muhammad adalah Imam Mahdi.
Menurut HSM Jilid I hal. 74: Imam Mahdi itu adalah Isa.
Hadits Ibnu Majjah: "La mahdia illa isabnu maryam", artinya: "Tidak ada Imam Mahdi kecuali Isa putra Maryam".
Pertanyaannya: Yang benar pernyataan Injil Barnabas atau Hadits? Kalau yang benar pernyataan Hadits berarti Injil Barnabas juga melecehkan pernyataan Hadits. Pantaskah buku yang banyak kesalahannya dan tidak selaras dengan pernyataan Al Qur'an dan Hadits itu dipertahankan terus?