Selasa, 28 Juni 2011

Apa kata alkitab mengenai Homosex?

 Sebuah tabloid rohani Kristen mengangkat kisah mengenai seorang ahli kesehatan masyarakat yang berperilaku homoseks, bahkan sekarang dia sedang memperjuangkan hak-hak kaum homoseksual supaya diakui. Orang ini mengemukakan alasan-alasan logis yang kemudian bermuara pada kesimpulan bahwa perilaku homoseks adalah karunia Tuhan yang harus diterima.

Beberapa waktu lalu homoseksualitas seperti mendapat perhatian yang cukup besar karena adanya kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh seorang yang mengalami disorientasi seksual sehingga berperilaku homoseks. Bahkan tanpa risih ia berciuman dengan ‘pasangan’-nya di bawah sorotan kamera televisi yang kemudian menyiarkan adegan itu. Hampir pada saat yang bersamaan sebuah tabloid rohani Kristen mengangkat kisah mengenai seorang ahli kesehatan masyarakat yang berperilaku homoseks, bahkan sekarang dia sedang memperjuangkan hak-hak kaum homoseksual supaya diakui. Orang ini mengemukakan alasan-alasan logis yang kemudian bermuara pada kesimpulan bahwa perilaku homoseks adalah karunia Tuhan yang harus diterima.


Tulisan yang singkat dan sederhana ini mengemukakan beberapa hal dalam Alkitab mengenai homoseksualitas:

1. Homoseksualitas dan Biseksualitas bukanlah 'sensualitas alternatif' atau salah satu orientasi seksual, tetapi merupakan suatu disorientasi seksual (dari yang seharusnya Heteroseksual).

Para kaum homoseks biasanya membela diri dengan dalih bahwa mereka merasakan kecenderungan berperilaku homo sejak masih kecil. Jadi bisa disebutkan bahwa memang mereka terlahir sebagai homoseks. Tetapi dalam buku "Development and Treatment of Homosexuality", Ed Hurst berkata bahwa faktor bawaan sejak lahir mungkin turut berperan, tetapi:

a. Faktor-faktor itu tidak cukup untuk menyebabkan seseorang menjadi homoseks.

b. Faktor-faktor itu tidak selalu menimbulkan perilaku homoseks.

c. Daya tarik dan 'identitas homoseksual' yang sebagian karena faktor bawaan dapat disembuhkan.

Jadi berperilaku homoseksual karena bawaan sejak lahir adalah alasan yang ‘dibuat-buat’ sebagai pembenaran diri.

Penyebab psikologis lainnya yang dapat membuat orang menjadi homoseks adalah pelecehan yang dialami pada masa lalu. Kurangnya kasih sayang dari orang tua (ayah) dapat menjadi pemicu bagi si anak untuk menjadi homoseks. Sebab dengan demikian ia merasa mendapatkan kasih sayang yang hilang dari ayahnya.

2. Homoseksual Dalam Pandangan Alkitab.

Perilaku homoseks dalam Alkitab untuk pertama kalinya dapat kita baca dalam Kejadian 19:4-5:

"Before they had gone to bed, all the men from every part of the city of Sodom - both young and old - surrounded the house. They called to Lot, "Where are the men who came to you tonight? Bring them out to us so that we can have sex with them." (NIV)
Kejadian 18:20 Sesudah itu berfirmanlah TUHAN: "Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya.

Kejadian 19:24-25
Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit; dan ditunggangbalikkan-Nyalah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah.

Itulah sebabnya cara berhubungan seks yang dilakukan oleh kaum homoseksual disebut 'sodomi'.

3. Alkitab menyebut perilaku homoseksual sebagai kekejian bagi Allah - DOSA (Im. 18:22; 20:13). Alasannya:

a. Allah menciptakan laki-laki dan perempuan (Kej 1:27) dan kemudian memerintahkan mereka untuk beranak cucu (ay. 28). Secara implisit, Allah hanya mengizinkan adanya hubungan seks antara laki-laki dan perempuan (yang sudah terikat dalam ikatan pernikahan).

b. Perilaku homoseks ada karena 'penolakan manusia untuk menghormati dan mengakui keberadaan Allah (Rm. 1:28).

Walaupun begitu perlu disadari bahwa hal itu tidak terjadi begitu saja, tetapi melewati beberapa tahapan, yaitu:

1) Adanya keinginan dalam hati manusia untuk melakukan kejahatan (Yak 4:1; Mrk. 7:20-23; 1 Ptr.2:11).

2) Keinginan itu dipupuk dengan menciptakan fantasi homoseksual (band. Rm. 7:80.

3) Allah 'lepas tangan' karena manusia memaksakan "keinginan hatinya akan kecemaran (Ing.: 'Lust'; Yun.: epithumia = desire for what is forbidden - of their own heart to dishomour their own bodies - Rm. 1:24-27).

4) Keinginan itu diwujudkan dalam bentuk tindakan (ingat; baik penciptaan maupun dosa terjadi 2 kali – di pikiran dan diwujudkan dalam tindakan – Kej. 1:26-27; Yak. 1:13-15).

5) Makin sering penyimpangan dilakukan, maka imoralitas akan dibenarkan dengan argumentasi yang ‘Alkitabiah’.

Pada umumnya kisah Alkitab yang sering diangkat sebagai pembenaran atas perilaku homoseks adalah kisah mengenai Daud dan Yonathan (1 Sam. 18:1). Tetapi sesungguhnya yang dimaksud dengan ‘menyatu’-nya Daud dan Yonathan bukanlah secara fisik/seksual, tetapi “Jonathan became one in spirit with David…” (NIV).

4. Hukuman Allah

Sebelum hukuman dijatuhkan, sebenarnya dalam setiap tahapan yang disebutkan di atas, Roh Allah akan bersuara dalam hati nurani manusia untuk mengingatkan. Jadi selalu ada kesempatan bagi manusia untuk disadarkan sebelum terjerumus lebih jauh. Tetapi ketika kecemaran itu terus dilakukan maka akan datang saatnya penghukuman dijatuhkan.

Beberapa hukuman yang dituliskan dalam Alkitab sehubungan dengan tidakan homoseks adalah:

a. Menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal
(Rm. 1:26-27).
Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar.
Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.

"Dalam diri mereka..." menunjukkan bahwa efek pertama dari tindakan penyimpangan seks (homoseks) adalah terhadap diri sendiri, misalnya terkena penyakit menular seksual (PMS) yang dijangkitkan melalui hubungan seksual yang tidak wajar.

b. Tidak dapat bagian dalam Kerajaan Allah.

Bd. Rm. 14:17 – hilangnya damai sejahtera. Seseorang harus ‘membunuh’ suara hati nuraninya sendiri terlebih dulu baru kemudian dapat melakukan dosa dengan 'bebas. sebab kalau tidak maka suara hati nurani akan terus mengusik sehingga orang tersebut akan merasa tertuduh.

Menurut 1 Korintus 6:9, orang yang tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah antara lain:

1) Orang pemburit – Ing.: Abusers of themselves with mankind”; Yun.: arsenokoites, artinya "One who lies with a male as with a female, sodomite, homosexual." - “melakukan perbuatan yang memalukan terhadap sesama jenisnya” (BIS).

2) Banci – Ing.: “effeminate” – Yun.: malakos, artinya "of a boy kept for homosexual relations with a man;  of a male who submits his body to unnatural lewdness; of a male prostitute."

Menurut Galatia 5:19, orang yang tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah antara lain mereka yang melakukan “perzinahan” (Ing.: Fornication; Yun.: porneia – tidak ada dalam TBI. – Illicit sexual intercourse; adultery, fornication, homosexuality, lesbianism).

5. Hal terpenting yang harus diingat adalah tersedianya pengampunan dan pemulihan dari Tuhan tersedia bagi mereka yang mau bertobat (Yes. 1:18; 1 Yoh. 1:9).