Pernikahan Junry dan Yeni Allow sangatlah harmonis dan bahagia. Keduanya saling mengasihi dan melengkapi satu sama lain. Namun keduanya merasa bahwa kebahagiaan mereka belum lengkap tanpa adanya sang buah hati. Bahkan keluarga, teman hingga relasi mereka, berharap bahwa Junry dan Yeni segera mendapatkan anak.
Namun setiap harapan dan keinginan dari keluarga dan teman yang dilontarkan kepada mereka berdua, dianggap sebagai sebuah penghakiman. Bahkan Yeni mengakui dirinya merasa tertuduh seperti dianggap sebagai seorang wanita yang tidak sempurna. Setiap usaha mereka untuk mendapatkan anak dengan mengunjungi dokter, selalu diakhiri dengan kekecewaan. Hingga hal itu membuat mereka frustrasi dan putus asa.
"Istri saya sendiri yang kemudian terus mengalami beban yang seperti menindih dia, yang betul-betul menekan dia. Sampai keadaanya seperti aneh, paranoid. Ketika lihat orang lain hamil, jadi jengkel, jadi marah," ungkap sang suami. "Memang situasi yang terjadi sudah tidak bisa saya tanggulangi lagi," tambah sang istri.
Akhirnya jalan terakhir mereka tempuh, yaitu dengan tes kesuburan. Hasilnya adalah terjadi masalah dalam sistem reproduksi sang istri, yang mengakibatkan sel telur tidak mengalami pembuahan. Hal ini begitu memukul Yeni. "Pada waktu itu saya betul-betul merasa menjadi wanita yang tidak sempurna. Saya menghadapi situasi dilema, masihkah saya harus percaya kepada Tuhan?" ungkap Yeni.
Meskipun begitu sang suami tetap menerima keadaan ini meskipun tantangan yang dirasa begitu berat. Namun sang suami tetap mengkhawatirkan psikis sang istri yang kini dirasa begitu menyendiri dan murung. "Dia mengalami tekanan yang berat, sehingga makin lama makin terpuruk, padahal saya sudah terus berdoa kepada Tuhan. Tapi koq hasilnya malah seperti ini. Saya kemudian jadi berpikir, loh saya ini kan dosen, saya mengajarkan karakter, saya mengajarkan tentang iman kepada orang lain," ungkapnya.
"Tetapi dalam kenyataannya, saya seperti melakukan hal yang berbeda dari apa yang saya ajari. Karena saya menganjurkan dan kemudian menyetujui untuk melakukan bayi tabung. Yang sebetulnya lebih mengandalkan manusia daripada mengandalkan Tuhan. Saya koq jadi orang yang nggak percaya kepada Tuhan kalau Tuhan sebenarnya bisa melakukan sesuatu, agar saya bisa mempunyai anak," katanya.
Karena itulah sang suami segera tersadar dan bangkit untuk memperbaiki pola pikir dan imannya kepada Tuhan. Sang istri didukung secara penuh untuk menghadapi pergumulan ini, juga berserah kepada Tuhan. Yeni pun segera terinspirasi dari sosok didalam Alkitab, yaitu Sarah yang mendapatkan anak, bahkan ketika diumur yang telah lanjut. Dirinya segera menyadari bahwa Tuhan sanggup melakukan segala sesuatunya terhadap manusia.
Mereka berdua pun segera berserah kepada Tuhan melalui pengharapan, iman dan memanjatkan doa-doa kepada Tuhan. Walaupun keadaan terasa lama berubah. Hingga suatu hari seorang teman Yeni yang datang kerumah melihat perbedaan pada tubuh Yeni. Dirinya meminta Yeni untuk memeriksakan diri ke dokter, karena terlihat bahwa Yeni seperti sedang mengandung. Segera setelah itu Yeni mencoba tes kehamilan secara manual. Hasilnya Yeni positif hamil, namun hal itu tidak dapat dipercayainya sama sekali. Hingga hasil itu diperlihatkan kepada sang suami.
Untuk lebih meyakinkan diri, mereka akhirnya memeriksakan diri ke dokter. Hasilnya sungguh luar biasa. Kuasa Tuhan bekerja secara adikodrati. Yeni positif hamil. Usia kandungannya telah enam minggu. Seorang bayi perempuan pun hadir bagi mereka. Bahkan Tuhan menunjukan kuasaNya dengan memberikan Yeni seorang bayi lelaki setelahnya.
"Bagaimana vonis dokter yang menyatakan bahwa saya tidak akan mungkin mempunyai keturunan. Tetapi saya dianugerahi kepercayaan oleh Tuhan untuk saya memiliki keturunan. Dari situ saya melihat bahwa mukjizat Tuhan berlaku hingga saat ini," ungkap Yeni. "Saya nggak pernah takut akan masa depan saya dan keluarga saya, karena saya yakin rancangan yang Yesus buat adalah rancangan yang baik untuk saya dan keluarga saya," ungkap sang suami Junry