Melkisedek adalah raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi; ia pergi menyongsong dan memberkati Abraham ketika Abraham kembali dari peperangan mengalahkan raja-raja. Kepada dia pun Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya. Nama Melkisedek pertama-tama berarti raja kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu raja damai sejahtera. Ia tidak berbapak, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya.
Hal itu jauh lebih nyata lagi, jikalau ditetapkan seorang imam lain seperti Melkisedek, yang mengjadi imam bukan berdasarkan peraturan-peraturan manusiawi, tetapi berdasarkan kuasa hidup yang tidak dapat binasa. Sebab tentang Dia diberi kesaksian, “Engkaulah Imam untuk selama-lamanya, menurut aturan Melkisedek [1] (Ibr 7:1-3,15-17).
[1] Mzm 110:4
Mazmur Tanggapan: Mzm 110:1-4; Bacaan Injil: Mrk 3:1-6
Dalam perjalanan pulang dari sebuah pertempuran melawan orang-orang (Kedorlaomer dkk.) yang telah menculik Lot, anak saudaranya, Abraham disambut oleh Melkisedek, Raja Salem yang juga seorang imam Allah Yang Mahatinggi (lihat Kej 14:17-18). Lalu Melkisedek memberkati Abraham, katanya: “Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu.” Lalu Abraham (pada waktu itu masih bernama Abram) memberikan sepersepuluh dari semuanya (lihat Kej 14:19-20).
Dalam tradisi Ibrani/Yahudi, Melkisedek dipandang sebagai seorang imam abadi karena imam Israel yang biasa, dilahirkan ke dalam imamat hanya karena mereka turunan Lewi. Tidak demikian halnya dengan Melkisedek, yang dari “sono”-nya sudah eksis, tanpa awal dan tanpa akhir.
Tradisi Yahudi tentang Melkisedek yang sudah berabad-abad lamanya, kemudian dibuat jelas oleh penulis ‘Surat kepada Orang Ibrani’. Penulis ini memberikan gambaran yang lebih penuh tentang kehadiran Melkisedek, yang begitu awal dalam sejarah Yahudi, sebagai ramalan tentang Yesus sendiri – sang Imam Besar Agung: “Nama Melkisedek pertama-tama berarti ‘raja kebenaran’ …… ‘raja damai sejahtera’ …… Ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya” (Ibr 7:2-3). Dan, seperti Yesus, Melkisedek diangkat oleh Allah, bukan oleh manusia.
Imam-imam Lewi yang “biasa”, mempersembahkan kurban hewan untuk penebusan dosa, sedangkan Yesus mempersembahkan tubuh dan darah-Nya sendiri (yang sempurna). Inilah kurban persembahan besar yang diperlukan untuk menebus umat Allah. Putera Allah mempersembahkan darah-Nya sendiri yang murni sebagai suatu kurban, sekali dan untuk selama-lamanya. Setelah itu memang tidak diperlukan lagi persembahan kurban untuk menebus dosa-dosa manusia. Pengorbanan Yesus bersifat superior apabila dibandingkan dengan yang lain-lain, dan secara permanen membuka jalan bagi kita untuk berada bersama dengan Bapa surgawi. Imamat Yesus tidak tergantikan dan bersifat kekal.
Sungguh menenteramkan hati kitalah kalau kita mengingat bahwa berabad-abad sebelum terjadinya peristiwa tersebut, Allah telah merencanakan keselamatan kita. Juga sangatlah membesarkan hati kita, ketika mengetahui bahwa kita dapat menaruh pengharapan kita pada Allah. Kita dapat hidup penuh kepercayaan bahwa Imam Besar Agung kita berdiri di hadapan Bapa-Nya dan melakukan pengantaraan (syafaat) bagi kita. Kita dapat mengalami pembersihan oleh darah-Nya. Kita dapat menerima hikmat dan kekuatan sementara kita memalingkan hati kita kepada-Nya. Kita ternyata tidak berdiri sendiri dalam dunia ini. Yesus selamanya ada di sisi kita (dan di pihak kita). Abraham memberikan persepuluhan dari apa yang dimilikinya kepada Melkisedek, demikian pula kita harus sepenuhnya memberikan hidup kita kepada Yesus, Imam Besar Agung kita.
DOA: Tuhan Yesus, Engkau adalah Imam Besar Agung kami. Terima kasih untuk kenyataan bahwa imamat-Mu itu bersifat kekal. Kami selamanya berterima kasih penuh syukur bahwa Engkau berdiri di depan takhta Bapa atas nama kami masing-masing. Kami memuji-muji-Mu untuk kehidupan baru yang Kautawarkan kepada semua orang. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS