1.“…Gereja CANDI HATI KUDUS…”
…GEREJA Katholik CANDI Hati KUDUS ini tepatnya berlokasi di Kecamatan Ganjuran Kabupaten Bantul DIY Yogyakarta. Bentuk arsitektur bangunan Gereja yang sangat mirip layaknya sebuah Candi Hindu MATARAM – MAJAPAHIT ini adalah suatu bukti Inkulturasi Gereja KATHOLIC dengan BUDAYA masyarakat setempat yaitu JAWA, dengan berbagai nilai keunikannya tersendiri.Bahwa menurut sejarahnya komplek Gereja Katholik Candi Hati Kudus ini didirikan oleh dua bersaudara berkebangsaan Belanda bernama JOSEPH dan JULIUS SCHMUTZER pada tanggal 16 april 1924. Sedangkan keluarga SCHMUTZER ini dulunya adalah Pemilik sekaligus Pengelola sebuah Pabrik Gula Gondang Lipuro.
Candi Hati Kudus ini memiliki pelataran berbentuk relief bunga Teratai dan di dalamnya terdapat Arca YESUS KRISTUS yang bergelar Maha Prabu PANGERANING PARA BANGSA nampak berpakaian layaknya seorang Raja Resi Pendeta Hindu dengan Rambut yang di gulung ke bagian atas kepala. Selain itu terdapat pula Arca Bunda MARIA yang nampak sedang memangku bayi KRISTUS dengan nama DYAH MARIJAH IBOE GANJURAN. Dan Arca Bunda MARIA ini pun nampak berpakaian layaknya seorang Ratu Dewi di Tanah Jawa. Dengan Suasana Alam bernuansa biara para Pertapa Jawa Kuna itu, membuat para peziarahkan merasakan sensasi kenyaman dan ketenangan saat bermeditasi di hadapan Candi, terutama saat malam hari.2. GEREJA PUHSARANG, KEDIRI
Puhsarang adalah sebuah desa di Kecamatan Semen di kaki Gunung Wilis, sekitar 10 km dari Kota Kediri, yang menjadi terkenal karena di sana terdapat Gereja Puhsarang, sebuah gereja Katolik tertua di kawasan Asia Tenggara, serta merupakan tempat ziarah karena di dalam kompleks seluas luas 13,5 ha ini terdapat Gua Maria Lourdes Puhsarang yang merupakan replika Gua Maria Lourdes di Perancis.
Di dalam kompleks Gereja Puhsarang Kediri ini juga terdapat Jalan Salib yang dibuat melingkari sebuah bukit dalam balutan pepohonan rindang, dengan patung-patung seukuran orang dewasa yang terdiri dari 15 stasi, dimulai sejak Yesus divonis hukuman mati, sampai setelah dimakamkan.
3. Tri Tunggal Maha Kudus, Tuka, Bali
Gereja Tri Tunggal Maha Kudus, Tuka, Bali, adalah gereja pertama di Bali yang diresmikan pada tanggal 14 Februari 1937 oleh Mgr. M. Abraham.
Kami menyebutnya sebagai gereja tradisional karena cukup sarat dengan tradisi-tradisi Bali yang mewarnai kehidupan gereja.
Bangunan yang lebih mirip pura dibandingkan gereja ini memang nampak sederhana. Entah karena sengaja menghindari kesan mewah atau memang karena tidak banyak donatur seperti yang bisa kita jumpai di kota-kota besar.
Tidak mewah, tetapi kaya dengan tradisi. Hal ini terlihat nyata pada kegiatan-kegiatan hari raya seperti Natal dan Paskah, mulai dari pakaian adat Bali, hiasan dan pernak-pernik Bali.
Orang seringkali tertukar antara Tuka dengan Kuta, sehingga seringkali mengatakan: Ah, gerejanya kan mewah! padahal yang dimaksudkan adalah Kuta, bukan Tuka.
Jika kebetulan berkunjung ke Bali, sempatkan untuk mengunjungi gereja ini untuk melihat keunikan yang ada.
Jika ingin merasakan Misa menggunakan bahasa Bali, datanglah ke misa pertama, jam 06:00 Wita.
4. Gereja Pniel, Blimbingsari, Bali
Bali sangat identik dengan sebuah agama tertentu namun ada sebuah desa di Bali yang seluruh warganya beragama Kristen yaitu Desa Blimbing Sari. Hal ini bisa dilihat dari tanda salib bergaya Bali yang tergantung di sekitar 250 rumah milik warga Desa Blimbing Sari. Menurut Pendeta Ketut Suyana Ayub, gembala sidang Gereja Kristen Protestan di Bali, nenek moyang mereka membangun desa ini pada tahun 1939, pada awalnya hanya ada 39 keluarga. Mereka menganggap tanah ini sebagai tanah perjanjian. Penduduk desa diajarkan tentang nilai-nilai kerja keras dan istirahat. Setiap keluarga mendapat dua hektar tanah dari pemerintah di mana mereka bisa bertani dan memelihara sapi. Bahkan anak-anak di panti asuhan pun diajarkan tentang nilai-nilai pekerjaan.
“Orang-orang Kristen baru memiliki semangat yang sangat kuat bagi kehidupan mereka Mereka mengerti desa ini adalah negeri yang dijanjikan Tuhan. Karena doa mereka, berkali-kali, desa ini terpilih sebagai desa terbaik secara ekonomi, spiritual, bahkan yang terbaru kami terpilih sebagai tempat yang bebas dari narkoba dan perjudian, ” ungkap Pendeta Ayub.
Ayub percaya bahwa alasan lain iman penduduk desa tetap kuat adalah karena mereka masih menyembah dalam gaya nenek moyang mereka.
Hal yang paling menakjubkan dari semua itu, desa Kristen ini memiliki tingkat kejahatan nol persen. Saat ini, pemerintah dan organisasi-organisasi swasta berduyun-duyun datang ke Desa Blimbing Sari untuk belajar dari contoh tersebut. Desa Blimbing Sari telah menjadi teladan bagi kita untuk menjadi terang dan garam di tengah dunia ini sehingga nama Tuhan dimuliakan.
6. Graha Bunda Maria 'Annai Velangkani'
Jika melihat dengan utuh model bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 6.000 meter persegi itu, maka yang tertangkap imajinasi adalah nuansa budaya Hindu-Islam. Gaya arsitektur yang diaplikasikan adalah desain bangunan gaya Indo-Mogul yang ngetren di era Kerajaan Mongolia Kuno dulu.
Namun demikian, Pastor James menepis anggapan bahwa tempat ziarah spiritual itu dikhususkan bagi umat Kristen atau budaya tertentu saja. “Saya juga ingin mempersatukan budaya segala bangsa melalui tempat ini,” katanya.
“Pintu Graha Bunda Maria Anna Velangkanni terbuka bagi setiap keyakinan dan budaya untuk mengalami kesejukan iman dari Sang Pencipta karena pada dasarnya ide pendirian graha ini berangkat dari mukjizat yang dialami oleh umat Hindu di India tepatnya di Vailangkanni, sebuah dusun kecil di pesisir Tanjung Bengala bagian India Selatan, di mana mereka mengalami peristiwa penampakan Bunda Maria. Nah, hal itulah yang menginspirasikan berdirinya graha ini.”
James bercerita, pada pertengahan abad-17 atau sekitar 350 tahun yang lalu di Velangkanni, Bunda Maria menampakkan dirinya sebanyak tiga kali. Waktu itu jauh sebelum Maria menampakkan dirinya di Goa Lourdess Prancis dan Portugal. Pada awalnya, Velangkanni Shrine yang ada di India sekarang adalah sebuah kapel kecil. Kemudian dibangun kembali oleh pelaut asal Portugis yang sebelumnya mengalami hempasan badai. Kapal mereka yang hendak menuju Maccau dari Eropa melalui lautan Sri Langka terombang-ambing. Namun mereka akhirnya selamat setelah melakukan devosi kepada Bunda Maria dan dalam devosi itu mereka berjanji akan mendirikan sebuah gereja di mana saja kapal mereka akan berlabuh dengan selamat. Herannya, kapal mereka berlabuh di Velangkanni. Mereka pun menepati janjinya.
Kemudian di tempat ini, sekitar 90 kilometer dari Chennai, Tamil Nadu India, orang-orang yang sakit datang berdoa dan disembuhkan. Nama “Maria Annai”pun diberi yang dalam Bahasa Tamil berarti “bunda”. Tempat ini menarik hati orang-orang dari berbagai bangsa dan kepercayaan mana pun untuk berziarah. Sejak saat itu pula tempat itu dijuluki “Lourdess Timur” dan diangkat statusnya sebagai basilika oleh Sri Paus Yohannes ke-23.
“Saya ingin peristiwa seperti di Velangkanni juga terjadi di Indonesia, kalau bisa diawali dari Kota Medan,” katanya. Pembangunan graha itu pun dimulai pada September 2001. “Saya mulai dengan keyakinan yang teguh bahwa mimpi saya akan terwujud,” kata Pastor James tersenyum.
7.Gereja St. Maria De Fatima, Petak Sembilan Jakarta
Di masa Hindia Belanda, kawasan ini menjadi sentral pemukiman orang Tionghoa dari berbagai agama, seperti Buddha, Khong Hu Cu, maupun Tao. Maka tak heran bila di daerah ini ada beberapa klenteng yang sudah dibangun sejak tahun 1700-an. Seiring dengan waktu, tidak hanya ketiga keyakinan itu yang tumbuh di kawasan ini, tetapi juga agama Kristen dan Katolik juga hidup berdampingan dengan damai kawasan ini.