Jumat, 08 Juli 2011

Sekali selamat akan tetap selamat

Salah satu hal yang harus dipegang di dalam memahami tulisan dalam Alkitab adalah Tulisan-tulisan di dalam Alkitab tidak mungkin saling bertentangan (kontradiksi) sehingga  bagian yang bersifat implisit tidak boleh bertentangan dengan bagian yang bersifat eksplisit.
Berdasarkan patokan di atas saya akan membahas bagian-bagian yang seolah-olah menyatakan orang pilihan Allah bisa murtad.
  1. Alkitab sudah memberi kepastian bahwa orang pilihan Allah tidak mungkin murtad atau orang pilihan pasti bertahan sampai kesudahan:
Yohanes 10:28
dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.
Dari satu ayat ini saja Tuhan Yesus memberi jaminan akan keselamatan orang pilihan sampai  tiga kali:
  • Ia memberi hidup kekal. Apa artinya kekal? ya selama-lamanya, bukan temporer. Kalau orang pilihan bisa murtad dan binasa, maka Tuhan Yesus pasti tidak bilang “hidup kekal” tetapi “hidup sementara”
  • Orang pilihan pasti tidak binasa selama-lamanya. Nah, kalau ternyata ada orang pilihan yang murtad dan binasa, itu berarti Tuhan Yesus bohong, hal ini tidak mungkin.
  • Tidak ada seorangpun (termasuk diri kita sendiri) yang dapat merebut orang pilihan dari tangan Tuhan Yesus.
Masakan kita tidak percaya dengan janji Tuhan Yesus yang tanpa syarat ini?
Janji Tuhan Yesus di atas juga diteguhkan oleh Rasul Paulus
Roma 8: 38,39
Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Dari ayat di atas ternyata hidup kita setelah menjadi orang percaya juga tidak bisa memisahkan kita dari kasih Allah di dalam Tuhan Yesus. Jelas, bahwa hidup yang kita jalani inipun tidak bisa membuat kita murtad.
Alkitab juga telah menyatakan bahwa orang yang “murtad” memang bukan orang pilihan dan tidak pernah jadi orang pilihan.
I Yoh. 2:19 Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita.
Jadi, pandangan yang menyatakan bahwa kalau ada orang pilihan murtad, itu hanya membuktikan bahwa ia memang bukan orang pilihan, itu bukan hanya pandangan tanpa dasar, tetapi pandangan yang SESUAI dengan ALKITAB, atau ALKITABIAH.
Tuhan Yesus sudah menyatakan bahwa di dalam gereja akan ada dua golongan yaitu Kristen Gandum (Kristen sejati) dan Kristen Ilalang (Kristen tidak sejati). Sebelum hari penghakiman kita tidak bisa membedakan mana orang kristen gandum dan mana yang kristen ilalang. Jadi kalau sebelum hari penghakiman saja sudah murtad, jelas dia adalah kristen ilalang.
Berikut adalah orang-orang Kristen ilalang tetapi dianggap Kristen gandum, dan orang yang tidak murtad dianggap murtad
1)       Saul
Banyak orang menganggap Saul adalah orang pilihan (telah diselamatkan) dengan bukti dia telah mendapat Roh Allah. Tetapi pendapat ini tidak bisa diterima karena tugas Roh Kudus di PL dan PB berbeda. Pada jaman Perjanjian Baru memang orang yang sudah memiliki Roh Kudus pasti adalah orang kristen yang sejati. Tetapi pada jaman Perjanjian Lama Roh Kudus diberikan hanya supaya orang yang bersangkutan bisa melakukan pelayanan / tanggung jawabnya. Bdk. Kel 28:3  Kel 35:30-36:2  Bil 11:17  Bil 11:25-27. Karena Saul diangkat menjadi raja, maka Tuhan memberikan Roh Kudus supaya ia bisa melakukan tanggung jawabnya. Tetapi setelah Saul jatuh ke dalam dosa dan lalu ditolak oleh Tuhan sebagai raja, maka Roh Kudus itupun ditarik kembali. Hal seperti ini (penarikan Roh Kudus) tidak mungkin terjadi dalam jaman Perjanjian Baru, karena adanya janji Tuhan seperti dalam Yoh 14:16  Ibr 13:5.
Bahwa Saul bukanlah raja yang dikehendaki Tuhan, dan diberikan untuk menghajar Israel yang memaksa meminta raja, terlihat dari Hos 13:11 – Aku memberikan engkau seorang raja dalam murkaKu dan mengambilnya dalam gemasKu”.
2)       Yudas Iskariot
Sama seperti Saul, Yudas juga banyak disangka orang sebagai orang pilihan (diselamatkan) dengan alasan ia adalah salah satu dari murid Yesus. Yang perlu diketahui ialah Alkitab secara eksplisit tidak pernah menyatakan bahwa Yudas pernah percaya kepada Tuhan Yesus, dan Tuhan Yesus memilih Yudas untuk diselamatkan.
Tetapi sebaliknya, Alkitab justru menggambarkan Yudas tidak percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya, dan bahwa Yudas dipilih sebagai salah satu murid adalah untuk menggenapi rencana Allah yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berikut adalah bukti-bukti dari pandangan di atas:
  • Yudas memanggil Yesus hanya dengan sebutan “Rabi”, dan tidak pernah memanggil dengan sebutan Tuhan Jadi Yudas hanya mengganggap Yesus sebagai guru dan pemimpin yang baik, bukan sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
  • Berikut adalah bukti bahwa Yudas dipilih bukan karena beriman tetapi semata-mata untuk menggenapi rencana Allah.
Yoh 6:64 – “Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.’ Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia”.
Yoh 6:70 – “Jawab Yesus kepada mereka: ‘Bukankah Aku sendiri yang memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis’”.
Yoh 13:10b-11 – “‘Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua’. Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: ‘Tidak semua kamu bersih’”.
Yoh 13:18 – Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan rotiKu, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku”.
Yoh 12:6 yang menunjukkan bahwa pada waktu mengikut Yesus, Yudas adalah seorang pencuri yang sering mencuri uang kas yang ia pegang.
Orang yang bisa mengusir setan dan melakukan mujizat juga bukan jaminan bahwa dia adalah orang pilihan / kristen sejati. Bukankah Alkitab justru memperingatkan kita bahwa pada akhir zaman ini nabi-nabi palsu akan banyak melakukan mijizat yang dahsyat dan mengusir setan? Apakah dengan demikian nabi paslu itu adalah orang kristen? Tidak bukan?
Jadi, Saul dan Yudas adalah orang-orang bukan pilihan Allah yang “dipakai” Allah untuk menggenapi rencana-Nya.
3)       Ananias dan Safira
Informasi tentang Ananias dan Safira hanya dijumpai di Kis 5: 1 -11. Di bagian itupun Alkitab secara eksplisit tidak menyatakan apakah mereka orang pilihan atau bukan, dan apakah mereka murtad atau tidak, sehingga untuk menyimpulkan apakah mereka benar-benar orang pilihan atau apakah mereka benar-benar murtad perlu didukung oleh bagian Alkitab yang lainnya.
Menurut saya ada dua kemungkinan tentang Ananias dan Safira.
1) Mereka adalah orang Kristen KTP / Ilalang
Kesalahan banyak orang adalah ketika mereka mengganggap orang yang ke gereja atau menjadi anggota gereja atau berKTP Kristen PASTI orang Kristen sejati / kristen gandum / orang pilihan. Perbuatan Ananias menjual sebidang tanah bukan didasarkan karena ingin mempersembahkan kepada Tuhan, tetapi semata-mata karena ingin mendapat pujian dan penghargaan dari orang lain, dan juga ikut-ikutan “trend” pada saat itu. Ananias dan Safira setype dengan orang-orang yang bersorak “Hasana Anak Daud” ketika Yesus masuk ke Yerusalem dan akhirya juga ikut-ikutan orang banyak berteriak “Salibkan Dia”.
Mendustai Roh Kudus juga tidak bisa dijadikan indikasi bahwa mereka pernah kepenuhan Roh Kudus, karena “mendustai Roh Kudus” dimaksudkan bahwa mereka bisa saja menipu manusia, tetapi tidak mungkin dapat menipu Allah.
Nah, kalau mereka tidak pernah jadi orang pilihan Allah, maka mereka juga tidak bisa dikatakan murtad.
2). Mereka adalah orang pilihan
Mungkin saja, Ananias dan Safira adalah orang pilihan Allah / Kristen sejati, sekalipun mereka telah melakukan kesalahan dengan mencoba menipu para Rasul dan sekaligus menipu Allah ( saya tidak setuju kalau “mendustai Roh Kudus” disini disamakan dengan “menghujat Roh Kudus”, karena konteksnya jelas sangat jauh berbeda )
Alkitab tidak pernah menyatakan bahwa yang sudah jadi orang pilihan Allah / orang Kristen sejati pasti tidak pernah lagi berbuat kesalahan atau dosa, dan tidak murkai oleh Allah. Israel adalah bangsa pilihan Allah, tetapi sering memberontak dan dimurkai oleh Allah. Dihajar dan dimurkai Allah bukanlah tanda bahwa orang itu pasti  telah murtad
4)       Himeneus & Aleksander
Benarkah Himeneus dan Aleksander murtad?
Untuk menyelidikinya dibutuhkan konteks dan keterangan dari bagian lain dalam Alkitab.
Menurut konteksnya Himeneus dan Aleksander adalah contoh orang beriman yang melayani Tuhan bukan dengan hati nurani yang murni. Mungkin mereka melayani Allah dengan motivasi yang salah dan untuk kepentingan diri sendiri. Sebagai akibatnya iman mereka kandas. Kandas iman bukan jangan diartikan sebagai tidak beriman lagi. Itu kesimpulan yang terlalu dini.
Kata “kandas” berasal dari kata Yunani “nauageo” yang berarti “karam (untuk kapal)”. Kata ini hanya dipakai 2X dalam Alkitab yaitu di 1 Tim 1: 29 ini dan di  2 Kor 11: 25. Kapal karam berarti kapal itu tidak lagi bisa berlayar sebagaimana mestinya. Kapal itu masih ada, tidak musnah.  Demikian juga dengan Himeneus dan Aleksander, mereka masih beriman tetapi imannya tidak bertumbuh lagi. Dan lagi, kata kerja yang digunakan oleh Paulus adalah kata kerja kala Aorist yang menunjukkan bahwa perbuatan itu tidak dilakukan terus menerus, jadi masih ada kemungkinan untuk berubah.
Nah, orang-orang seperti mereka perlu didisiplinkan, dan Paulus mendisiplinkan mereka dengan menyerahkan kepada Iblis. Tujuan menyerahkan kepada Iblis adalah agar roh mereka diselamatkan walaupun tubuh mereka akan menderita bahkan binasa  (bandingkan dengan 1 Kor 5 : 5)
Jadi, walaupun Himeneus dan Aleksander adalah contoh yang tidak baik bagi orang beriman, mereka tetap diselamatkan.
5)       Salomo
Banyak orang menuduh Salomo murtad hanya berdasarkan catatan dalam Alkitab yang menyatakan bahwa Salomo telah mendukakan Allah dengan mengikuti dewa-dewa bangsa lain dan tidak setia kepada Tuhan. Tidak ada catatan dalam Alkitab bahwa Salomo pernah bertobat TIDAK BISA dijadikan dasar bahwa Salomo pasti tidak pernah bertobat. Karena dengan jelas Alkitab menyatakan bahwa apa yang ditulis tentang Salomo di dalam Alkitab hanyalah sebagian  dari hikmat dan perbuatan Salomo. Jadi, ada kemungkinan di Kitab Riwayat Salomo ada kisah tentang pertobatan Salomo dan bagaimana Salomo sampai menulis Kitab Amsal, Pengkhotbah dan Kidung Agung.
Dan lagi, hukuman Allah terhadap ketidaksetiaan Salomo adalah terkoyaknya Kerajaan Israel. Allah tidak pernah mengatakan akan menarik kasih karuniaNya pada Salomo.
Bahwa orang beriman itu jatuh dalam dosa bahkan sampai jatuh sedalam-dalamnya TIDAK BOLEH dijadikan dasar bahwa ia telah murtad. Sekali lagi, walaupun seseorang telah dilahirkan kembali dia masih ada kemungkinan untuk berbuat dosa, dan tidak ada satupun orang yang berani mengklaim bahwa ada orang pilihan / yang lahir baru tidak berbuat dosa lagi. Kalau ada orang Kristen yang berkata ia tidak berbuat dosa, pasti ia seorang pendusta.
Salomo pernah menulis “Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali “ Amsal 24:16a
Saya percaya, Salomo termasuh orang yang demikian.
Kesimpulan, tidak ada catatan pertobatan Salomo di dalam Alkitab, tidak bisa dijadikan patokan bahwa Salomo pasti tidak bertobat.  Tulisan-tulisan Salomo di Kitab Amsal dan Pengkhotbah justru dapat dijadikan indikasi bagi pertobatan Salomo.
6)       Orang-orang yang diumpamakan sebagai tanah yang berbatu-batu (Matius 14:14-17 dan yang paralel).
Kata “murtad” dalam bagian ini diambil dari kata Yunani “skandalizo”. Dalam Alkitab terdapat 30 X, dan hanya 3 X diterjemahkan dengan “murtad”, yang lainnya diterjemahkan dengan “menjadi kecewa dan menolak”, “tergoncang”, dan sebagainya. Dilihat dari konteksnya, maka dalam bagian ini saya lebih cenderung diterjemahkan sebagai “menjadi kecewa dan menolak”.
Dengan demikian orang-orang yang diumpakan sebagai tanah yang berbatu-batu adalah orang yang pada mulanya senang menerima firman Tuhan ( mungkin karena ada janji kalau sakit pasti sembuh, miskin jadi kaya, ada banyak mujizat dan sebagainya), tetapi karena dalam kehidupan sehari-hari tidak demikian (ada penderitaan, dianiaya, dsb) membuat mereka kecewa dan akhirnya menolak firman Tuhan tersebut. Mereka hanya sekedar tertarik  firman Tuhan dan belum mempercayainya dalam hati ( digambarkan sebagai tidak berakar).
Jadi, bagaimana mereka dapat dikatakan murtad (tidak beriman lagi) kalau mereka sesungguhnya belum pernah beriman?
Ingat dalam Yehezkel 36: 26, orang beriman digambarkan sebagai orang yang menghasilkan buah, dan dalam perumpamaan ini digambarkan sebagai “tanah yang baik”.
7)    I Tim 4: 1,2
Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan   oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka.
Ada beberapa kata di dalam bahasa Yunani yang diterjemahkan sebagai murtad di dalam Alkitab Bahasa Indonesia, diantaranya:
Scandalize ( Mat 13: 21), Apostasia ( 2 Tes 2: 3 ), Arneomai ( I Tim 5:8), dan Aphistemi ( I Tim 4: 1). Nah, aphistemi ini oleh LAI juga diterjemahkan sebagai mundur seperti di:
Lukas 4:13  Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.
Kisah 22:29  Maka mereka yang harus menyesah dia, segera mundur; dan kepala pasukan itu juga takut, setelah ia tahu, bahwa Paulus, yang ia suruh ikat itu, adalah orang Rum.
2 Korintus 12:8  Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.
Kata-kata mundur pada ketiga ayat di atas berasal dari kata yang sama dengan di I Tim 4: 1  yaitu aphistemi. Jelaslah berdasar ketiga ayat di atas, kata mundur tidak dapat dikatakan sebagai meninggalkan selamanya. Kata mundur di atas berarti meninggalkan sementara, dan akan kembali lagi.
Dengan demikian kata “murtad” di I Tim 4: 1 juga harus diartikan bahwa pada akhir zaman ini ada orang Kristen sejati akan “mundur” dari imannya kepada Kristus, bahkan mungkin bisa ragu-ragu akan keselamatannya. Tetapi semuanya itu hanya sementara. Mereka pasti akan kembali ke imannya karena Tuhan tidak membiarkan orang benar jatuh dan tergeletak:
Mazmur 37:24  apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.
Dan lagi, bukankah Tuhan Yesus sudah membatasi upaya Iblis untuk menyesatkan orang pilihan-Nya sedemikian rupa sehingga orang pilihan tidak akan tersesat?
Matius 24:24  Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.
Jelaslah  bahwa pengajar-pengajar sesat tidak mungkin menyesatkan orang pilihannya. Kalau toh nampaknya ada orang Kristen sejati mengikuti ajaran sesat, ia PASTI kembali ke ajaran yang sehat. Tuhan sudah menjaminnya.
Oleh karena itulah, Timotius (dan kita) diberi tugas untuk menentang ajaran-ajaran sesat dan mengingatkan orang Kristen sejati akan adanya banyak ajaran-ajaran sesat yang membahayakan iman Kristen. Saya sendiri sudah 20 tahun jadi orang Kristen, tetapi baru akhir-akhir ini menemukan ajaran yang sehat!.
Jadi, adanya kata murtad pada I Tim 4: 1 tidak menunjukkan adanya orang percaya yang dapat kehilangan keselamatan. Ayat itu hanya  menunjukkan bahwa orang percayapun masih bisa mundur dan mengikuti ajaran sesat, tetapi  hanya untuk sementara dan mereka pasti kembali ke Tuhan dengan cara dan kuasa Tuhan. (contoh  Petrus).
Adanya Peringatan Jangan Murtad
Memberi peringatan kepada seseorang belum tentu karena orang itu punya potensi untuk melakukan pelanggaran seperti yang diperingatkan, tergantung keadaan orang yang diberi peringatan dan tujuan dari peringatan tersebut.
Contoh nyata sebagai ilustrasi.
Saya punya siswa sebanyak tiga kelas. Kelas A adalah kelas unggulan bersisi siswa-siswa yang rajin belajar sehingga nilai mereka baik-baik, kelas B adalah kelas dengan siswa-siswa yang agak rajin belajar, dan kelas C adalah kelas yang siswa-siswanya malas belajar. Begitu mereka menginjak di kelas 3, saya dan teman-teman guru tidak henti-hentinya memperingatkan mereka supaya tidak malas belajar karena  ujian yang akan mereka hadapi lebih berat dari sebelumnya. Apa yang terjadi? Siswa-siswa di kelas C, tetap saja malas belajar, ya ada satu dua yang “bertobat” dan mau belajar. Tetapi di kelas A, adanya peringatan tersebut justru membuat mereka semakin giat belajar karena mereka tahu dan sadar kalau mereka tidak tambah giat belajar mereka bisa tidak lulus.
Amsal 9:9  berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah.
Amsal 17:10  Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.
Jadi, adanya peringatan jangan murtad kepada orang benar / beriman, bukan karena orang beriman itu bisa murtad, tetapi justru agar orang beriman tersebut semakin setia dan bertanggung jawab. Karena dengan adanya peringatan tersebut mereka semakin diteguhkan imannya bahwa jalan yang ditempuh selama ini adalah benar dan tentu saja mereka juga rindu agar orang lain juga  mengikuti jalan yang ditempuhnya. INI BUKAN HAL YANG LUCU, tetapi nyata dan ALKITABIAH.
Saya akan menunjukkan bahwa sekalipun Allah memperingatkan umatnya untuk tidak tersesat dan tidak murtad, Allah selalu mengkofirmasikan bahwa umatnya tersebut tidak akan tersesat dan murtad!

a)     Dalam 2 Tes 2: 3 Rasul Paulus memperingatkan kepada jemaat di Tesalonika supaya jangan disesatkan, karena akan banyak pemurtadan (penolakan terhadap agama) ..
Tetapi, dalam ayat 13,14  Rasul   Paulus mengucap syukur kepada Allah karena sebagai umat pilihan Allah mereka akan tetap selamat dan memperoleh kemuliaan Kristus,  sehingga pada ayat 15, Rasul Paulus meminta mereka untuk tetap berdiri teguh dan berpegang pada ajaran yang benar.
Jadi, jelas bahwa adanya peringatan “jangan disesatkan” dan “banyak pemurtadan” tidak menunjukkan adanya indikasi bahwa jemaat di Tesalonika akan dapat tersesat dan murtad, tetapi sebaliknya mereka tetap aman dalam proses keselamatannya.
b)    Dalam Ibrani 3:12  Penulis kitab ini memperingatkan supaya orang Ibrani jangan ada yang murtad. Pada ayat-ayat berikutnya dinyatakan bahaya-bahaya dari murtad yang sampai puncaknya pada Ibrani 6: 4-7.
Penulis kitab Ibrani memperingatkan “jangan murtad” kepada orang Ibrani bukan karena mereka bisa murtad, tetapi UNTUK MENEGUHKAN PENGHARAPAN MEREKA AKAN KESELAMATAN  YANG SUDAH  PASTI, DAN SUPAYA IMAN MEREKA TERUS BERTUMBUH.
Ibrani 4: 9-12
Tetapi, hai saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami berkata demikian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik, yang mengandung keselamatan. Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang. Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah.
c)     Ibrani 10: 26,35,38
Banyak orang begitu yakin dengan adanya ayat-ayat di atas, orang Kristen benar-benar dapat murtad, melepaskan kepercayaanya.
Benarkah demikian?
Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup. (Ibrani 10: 39)
Lihat baik-baik ayat yang saya tebalkan dan besarkan di atas! Firman Tuhan ini menegaskan bahwa adanya peringatan jangan murtad, mengundurkan diri, tidak percaya dan sebagainya, bukan dimaksudkan  karena  kita ada potensi melakukan seperti itu, tetapi untuk meneguhkan kita bahwa kita sudah ada pada posisi yang benar. Dengan mengingatkan bahwa orang-orang yang  tidak berada pada posisi seperti kita  akan binasa, maka penulis Ibrani bermaksud supaya kita lebih banyak mengucapsyukur pada Tuhan,  semakin mengasihi Tuhan, dan semakin memperkuat iman kita.
  1. Alasan lainnya:
Pada suatu sidang peremtoir (ujian calon pendeta) ada seorang peserta bertanya kepada calon pendeta apakah keselamatan yang diterima oleh orang percaya adalah keselamatan yang sudah pasti dan sempurna. Si calon pendeta tersebut menjawab bahwa keselamatan itu belum pasti dan sempurna karena kalau sudah pasti dan sempurna maka orang Kristen bisa hidup seenaknya. Jawaban si calon pendeta ini dibenarkan oleh tim penguji maupun semua yang hadir dalam sidang klasis tersebut!
Benarkah jawaban dari si calon pendeta tadi?
Sama seperti si calon pendeta, banyak orang Kristen juga mempercayai bahwa natur orang yang sudah jadi Kristen (yang sudah dilahirkan kembali) masih sama dengan natur orang yang belum Kristen (belum lahir baru) yang hatinya masih dikuasi / diperbudak oleh dosa. Pendapat ini jelas tidak Alkitabiah!!
Orang yang sudah jadi Kristen sejati ia pasti sudah dilahirkan kembali, sudah diciptakan baru. Allah sudah mengganti hati yang keras menjadi hati yang taat (Yeh 11: 19,20). Sekarang ia mempunyai kesukaan yang baru yaitu merenungkan firman Tuhan dan menaatinya. Kecenderungannya berubah 1800 dengan sebelum ia lahir baru. Kalau dia hidup dengan semau gue maka Allah PASTI akan menegor dan menghajarnya sedemikian rupa sehingg ia dapat taat kepada Tuhan (Ibrani 12: 6, Wahyu 3: 19)
Mendengar jawaban dari si calon pendeta tadi dan juga yang dibenarkan oleh para pendeta dan jemaat yang hadir pada saat itu, timbul pertanyaan di hati saya, apakah mereka sudah dilahirkan kembali atau belum? Sebab kalau mereka sudah dilahirkan kembali pasti akan merasakan perubahan hidup, dan tahu bahwa orang yang sudah lahir baru pasti tidak punya keinginan untuk hidup seenaknya dan hidup menurut kehendaknya sendiri. Ia pasti rindu untuk menyenangkan hati Tuhan dengan menaati-Nya.
Satu hal lagi, Augustinus, John Calvin, Spurgeon, R.A Torrey dan tokoh-tokoh Kristen besar lainya adalah orang-orang mempercayai doktrin ini dan mengajarkannya. Apakah mereka hidup dengan seenaknya?

Kesimpulan:
  1. Kalau kita percaya bahwa orang Kristen sejati bisa murtad atau kehilangan keselamatan atau tidak lagi mempunyai hidup kekal, maka kita telah membuat Tuhan Yesus sebagai pembohong besar dan janji-janji-Nya tidak bisa dipercaya. Ada banyak bagian Alkitab yang menjamin bahwa orang kristen sejati / orang pilihan Allah akan dijaga dan dipelihara sampai  selama-lamanya di dalam kasih Tuhan.
  2. Kalau orang Kristen (sejati) bisa kehilangan kesalamatan maka kesalamatan / hidup kekal bukan lagi sebagai anugerah, tetapi sebagai usaha orang percaya yaitu usaha untuk hidup sedemikian rupa sampai mereka tidak murtad. INI bertentangan dengan Alkitab yang menyatakan bahwa hidup kekal dan keselamatan seseorang adalah semata-mata anugerah, tidak ada andil dari orang percaya sedikitpun. Kalau ada orang percaya bisa bertahan itu juga karena anugerah Allah.  Sekali lagi kalau bukan karena anugerah Allah, tidak ada seorangpun yang selamat, apalagi mempertahankan keselamatan tersebut.
  3. Pelajarilah semua kata “murtad” dalam Alkitab dan lihat arti dari  bahasa aslinya dan pelajarilah konteks di mana kata itu berada, maka TIDAK ADA SATUPUN YANG MENGINDIKASIKAN BAHWA ORANG PILIHAN ALLAH BISA KEHILANGAN KESELAMATANNYA.
  4. Sekali selamat tetap selamat? Yes!