Jumat, 11 Maret 2016

Jacqlien Cellose Pernah Divonis Mati Oleh Dokter

 



Sejak kecil ia hidup dalam keluarga yang "broken home". Tiada hari tanpa cekcok di antara ayah dan ibunya. Bahkan, di usia 12 tahun, ia divonis mati oleh dokter akibat penyakit syaraf yang dideritanya pada otak bagian kiri. Dia hanya akan tetap hidup kalau makan obat setiap hari."Tanpa obat, kau takkan berumur panjang" demikian kata dokter. Maka lengkaplah sudah penderitaan hidupnya. Namun, Tuhan menghendaki ia tetap hidup agar melalui dirinya, orang dapat melihat KemuliaanNya. Ditemui di rumahnya, JACQLIEN CELOSSE, wanita kelahiran Manado tanggal 11 Maret 1973, mantan pecandu obat bius yang kini menjadi penginjil mendampingi suaminya, Pdt. David Novendus, menceritakan pengalamannya dijamah oleh Tuhan Yesus Kristus, kepada Pengasuh BULETIN GKJMB.

Sampai di mana kebenaran cerita yang mengatakan bahwa anda menderita penyakit syaraf otak?

Begini ceritanya, sejak kecil sampai 7 atau 8 tahun lalu, saya hidup dalam satu keluarga yang berantakan. Papi dan mami saya bertengkar terus. Pokoknya tiap hari tanpa ribut. Saya stres berat sekali. Setiap kali saya pergi sekolah saya merasa takut. Bukan takut akan sekolahnya. Tetapi, takut kalau-kalau saat saya pulang, papi saya sudah ada di kantor polisi karena terlalu sering ribut sama mami. Saya rindu sekali memiliki orangtua yang rukun kehidupannya. Saya pikir, mengapa banyak teman saya yang memiliki orangtua yang hidupnya rukun dan berbahagia. Saya kok tidak? Rasanya saya kecewa sekali kepada Tuhan. Mungkin, karena terlalu sering memikirkan keadaan ini saya menderita sakit pada kepala saya. Setelah dokter memeriksa, ternyata saya kena sakit syaraf di otak bagian kiri.



Konon, anda divonis mati?

Ya, betul. Kata dokter saya hanya bisa hidup dengan makan obat secara teratur. Tanpa obat saya akan mati. Obat yang saya makan setiap hari memberi dampak buruk bagi kesehatan saya. Mata saya tak bisa melihat dengan baik sehingga harus menggunakan kacamata atau kontak lens. Akibat penggunaan obat yang terus-menerus berakibat buruk pula pada ginjal saya sehingga tak berfungsi dengan baik.

Maaf, ada kabar anda dulunya penyanyi kelab malam. Sebenarnya bagaimana?

Oh, bukan, bukan. Saya bukan penyanyi kelab malam. Dulu semasa masih remaja, saya sering ikut-ikutan nyanyi bersama band anak-anak muda. Mereka anak-anak sekolah juga. Kami manggung atau naik pentas kalau ada pesta sekolahan atau ada rekan yang berulang tahun. Ya, namanya saja anak muda senang musik keras. Bisa bayangkan bagaimana kehidupan remaja saya saat itu. Di rumah, papi mami cekcok terus.Akhirnya tak ada damai sejahtera. Saya mulai mencoba obat-obatan terlarang bahkan menjadi pecandu obat bius. Pokoknya segala jenis pernah saya coba. Dengan minum obat-obatan terlarang saya mencoba menghibur diri. Namun, saya tetap tak bisa memperoleh jalan ke luar. Saya rindu orang tua saya dipulihkan dan rumah tangga kami memperoleh damai sejahtera. Sungguh saya kecewa saat itu. Saya mencoba minum obat pembunuh serangga, Johny walkter ditambah spiritus. Toh, saya tak bisa memperoleh ketenangan. Saya pikir alangkah baiknya jika saya mati saja. Namun, rupanya Tuhan tak menghendaki saya mati dulu.

Lalu, bagaimana anda bisa melepaskan diri dari semuanya itu?

Suatu hari saya berjumpa dengan seseorang. Dia menyalami saya dengan rasa hangat. Ucapannya saat itu sangat menenangkan hati saya. Hati, rasanya lega sekali. Dia berkata, "Tuhan memberkatimu". Ada sesuatu yang indah mengalir dalam diri dan hati saya. Tak pernah perasaan seperti itu saya alami. Saya percaya, kalau Tuhan memberkati saya, pasti Tuhan akan memberikan saya jalan ke luar dari masalah yang saya alami. Tuhan akan mengampuni segala dosa saya dan Tuhan akan memulihkan keluarga saya. Semuanya pasti akan dipuluhkan. Sejak itu timbullah pengharapan dalam hati saya. Kalau saya percaya kepada Tuhan Yesus. Saya mau diubah olehNya. Suatu saat, ketika saya sedang mengikuti kebaktian, ada seorang Hamba Tuhan yang menumpangkan tangan kepada saya dan berkata."Pulanglah. Kamu sudah sembuh dan dosamu sudah diampuni olehNya!". Saya pulang dengan tekad menyerahkan seluruh masalah saya kepada Tuhan. Saya membuang seluruh obat-obatan yang harus saya makan tiap hari. Saya buang seluruh obat saya di dalam nama Yesus Kristus!

Selanjutnya?

Saya mengalami banyak tantangan. Papi saya sendiri sangat menentang keputusan saya itu. Ia merasa ditantang karena saya tak mau minum obat lagi.

Maksud anda?

Papi berpendapat, kalau saya sakit pada syaraf saya, seharusnya tetap minum obat. Bukan membuang obat itu. Papi marah, sehingga suatu saat, selagi saya berada di sebuah gereja mengikuti suatu kebaktian, ia datang sambil membawa parang. Wajahnya begitu merah dan memandang saya seperti mau melumat saya bulat-bulat. Tapi, saya sudah bertekad hidup mengikuti Tuhan. Dia takkan meninggalkan orang yang berseru kepadaNya. Saya berpegang teguh akan Firman Tuhan dalam Bilangan 14 : 28 "Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah Firman TUHAN, bahwasanya seperti yang kamu katakan di hadapanKu, demikianlah akan Kulakukan kepadamu!". Sungguh saya tak merasa gentar sedikitpun.

Perubahan apa yang anda alami setelah menyerahkan seluruh hidup anda kepada Tuhan?

Tanpa obat saya tetap hidup. Kesehatan saya berangsur baik. Suatu hari saya pergi ke dokter dan mengecek mata saya. Ternyata tanpa kontak lens saya bisa melihat dengan jelas. Puji Tuhan. Penyakit ginjal saya akibat terlalu sering makan obat, juga hilang. Setiap malam saya berdoa dan terus doa untuk pemulihan keutuhan rumah tangga kami, yaitu untuk kehidupan papi dan mami saya. Dan, lagi-lagi Tuhan menyatakan kuasaNya. Papi dan mami saya yang tadinya sering cekcok dan ingin bercerai ternyata membatalkan niat mereka. Tak ada perceraian. Papi dan mami saya rukun kembali. Puji Tuhan. Saya rasakan Tuhan begitu baik. Dulu papi dan mami saya memang orang Kristen.Cuma, ya.....namanya doang Kristen namun tak tahu siapa Yesus Kristus itu. Saya ingat, di rumah kami memang ada kalender yang bergambar Tuhan Yesus. Tapi, kami tak tahu siapa Dia sebenarnya.

Belakangan ini anda sering bersaksi di mana-mana. Apa saja kesaksian anda?

Selain divonis takkan hidup tanpa minum obat, sayapun pernah menderita penyakit kanker pada payu dara saya. Payu dara saya mengeras dan kata dokter sudah berwarna hitam di bagian dalamnya seandainya dibelah, akibat penyakit kanker yang saya derita. Dan, jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalah ini ialah, saya harus masuk kamar operasi. Bisa anda bayangkan bagaimana mungkin seorang perempuan hidup tanpa payu dara? Rasanya tak sempurna, bukan? Saya lalu berdoa dan berdoa. Terus saya berdoa kepada Tuhan agar penyakit kanker itu itu disembuhkan. Dan, sekali lagi Puji Tuhan! Suatu saat ketika tiba saatnya untuk dioperasi, dokter mengadakan pengecekan terakhir. Dia heran, karena penyakit itu sudah tak ada lagi! Tuhan Yesus telah menyembuhkan penyakit yang saya derita.

Cuma itu?

Masih ada. Ini terjadi setelah saya menikah dan kemudian hamil. Kata dokter saya hamil di luar kandungan dan saat itu usia bayi dalam kandungan saya sudah 2 bulan. Kata dokter yang memeriksa saya, akibat kehamilan di luar kandungan, maka hal ini sangat membahayakan jiwa saya. Bayi itu harus dikuret atau dengan kata lain harus digugurkan. Wah, saya kaget bukan main. Namun, saya tetap memegang Firman Tuhan yang penuh kuasa. Tiap malam saya berdoa bersama suami saya. Tak lupa suami saya menumpangkan tangan pada kandungan saya agar letak bayi kami bisa kembali normal. Tiap malam, kami melakukan hal ini. Ketika saya datang lagi ke dokter untuk memeriksakan bayi saya, ternyata dokter itu geleng-geleng kepala. Bayi saya sudah masuk lagi ke dalam kandungan seperti bayi normal lainnya.



Tak keberatan bercerita mengenai suami anda? Kenalnya di mana?

Ha ha ha…waktu itu saya sedang dalam pelayanan dari Jakarta menuju ke Semarang. Oh, ya. Hampir lupa. Suami saya namanya David Novendus. Dia pendeta. Kami jumpa di Ungaran di Bukit Doa. Kalau saat itu saya dari Jakarta ke Semarang, dia dari Surabaya ke Jakarta. Kebetulan dia juga mau ke Bukit Doa. Nah, kami bertemu di situ. Selanjutnya, Tuhan memang telah menjodohkan kami berdua untuk bersatu menjadi suami istri. Kami menikah tanggal 27 Desember 1995, di Jakarta.

Berapa jumlah anak anda sekarang?

Cuma satu, perempuan. Lahirnya 4 Januari 1997 dan kami beri nama Karen Serona.Mau tahu artinya? Karen, berarti anak cantik yang takut akan Tuhan.

Jadi, kalau tak cantik, tak takut akan Tuhan?

Engga gitu dong.

Arti Serona?

Serona, artinya Song Of Joy. Nama itu saya lihat sewaktu berada di berada di Yerusalem. Saya pikir artinya bagus sekali, sehingga saya abadikan untuk nama putri kami.

Satu pertanyaan lagi. Mengingat anda pernah terlibat obat bius, ada pesan buat generasi sekarang?

Dosa itu enak. Awalnya dia menggoda. Kalau sudah kena, benar-benar menjadi biang bahaya. Karena itu, jauhilah obat bius. Hargailah udara yang kita hirup, nafas kita, yang semuanya itu kita peroleh dari Tuhan.

Sumber Kesaksian: Jacqlien Cellose


Keterangan Gambar: Sampul Album "Anugerah-Mu" oleh Jacqlien Cellose

Tak Terbatas Kuasa-Mu Tuhan
Semua Dapat Kau Lakukan
Apa Yang Kelihatan Mustahil Bagiku
Itu Sangat Mungkin Bagi-Mu

Di Saat Ku Tak Berdaya
Kuasa-Mu Yang Sempurna
Ketika Ku Percaya
Mujizat Itu Nyata

Bukan Kar'na Kekuatan
Namun Roh-Mu Ya Tuhan
Ketika Ku Berdoa
Mujizat Itu Nyata

Mujizat Itu Dekat Di Mulutku
Dan Ku Hidup Oleh Percaya

-Thebelovedson-