Selasa, 20 Januari 2015

Sisi Gelap Hidup Tessa Kaunang, Finalis Gadis Sampul 1993

 Pada awalnya, Tessa Kaunang hanyalah seorang gadis biasa sampai akhirnya dia menjadi finalis Gadis Sampul 1993. “Masuk ke dalam majalah, itu seru itu, seneng… banggga apalagi” kisah Tessa Kaunang tentang pengalaman barunya semasa remaja. “Waktu wajah kita keluar di majalah cover, wah kita senang banget.” katanya. Setelah menjadi Gadis sampul, Tessa Kaunang pun mencoba merambah dunia sinetron bersama teman-teman finalis Gadis sampul.

Sejak saat itu, glamor dan hedonisme adalah bagian kehidupan dari seorang Tessa Kaunang. “Mencari kesenangan dengan pergi ke clubbing, dimana semua orang, ya hampir semuanyalah yaaa minum, merokok, nge-drug, jadi ya ngikut. Apalagi waktu itu saya yang masih remaja. Lebih banyak ingin mencari tahu banyak hal. Ya coba ini deh, coba itu deh. Jadi, menurut saya di luar rumah itu jauh lebih nyaman daripada di dalam rumah, karena saya tidak pernah memikirkan rumah lagi.” jelas Tessa.

Apa yang menyebabkan Tessa malas memikirkan keadaan rumahnya? “Jadi kalau mama itu sudah cerewet, mulai ngasih tahu, papa itu masih melawan. Sampai akhirnya diomongi sedikit, marah. Marahnya bukan makin turun, tapi makin naik terus. Mereka berantem, dan berantemnya itu bukan berantem biasa. Mereka tuh sampe buat rumah itu pecah semua, sudah kayak kapal pecahlah ya…”. Tidak hanya itu, Tessa juga menyaksikan mamanya yang bertubuh kecil dipukul oleh papanya yang sedang dalam keadaan marah. Hal itu membuatnya tertekan.

Ternyata papanya jatuh dalam dosa, papanya sudah berselingkuh selama 29 tahun lamanya. Jadi, karena itulah Tessa lebih senang berada di luar rumah, karena dia bebas mau berbuat apa saja. Dia pun melakukan apapun yang dia suka, termasuk free sex. Baginya, semua itu biasa saja karena dia pun sudah punya penghasilan sendiri.

Tessa Kaunang baru naik daun pada 1999-2000 setelah melewati perjuangan panjang. Karena itu, dia sangat ketakutan jika orang lain mengetahui bagaimana kehidupan keluarganya sesungguhnya ataupun kehidupan pribadinya sendiri.

Suatu hari, Tessa menganjurkan mamanya untuk bercerai dengan papanya. Menurutnya, biar saja sang ayah pergi meninggalkan mereka karena dia kan sanggup membiayai ibu dan dirinya sendiri. Bahkan, papanya pun boleh mengambil barang apa saja yang ada di rumah, karena Tessa yakin bahwa harta papanya di dalam rumah itu hanya sedikit. “Segitu sombongnya saya dan segitu besarnya akar kepahitan saya sama papa saya,” lanjut Tessa.

Meski mendapatkan perlakuan kasar, mamanya tidak mau bercerai dari papa Tessa. Bahkan, mamanya dengan rajin mendoakan suaminya. “Sampai saya sebel juga. Sudah tahu disiksa, sudah tahu kayak gini, masih aja mau nerima papa.” Pikiran Tessa waktu itu.

Tessa Kaunang yang memang terbentuk dengan sifat kerasnya, akhirnya tetap berbuat semaunya. Jika mamanya meminta saran, maka Tessa hanya memberikan satu saran, yaitu cerai. Tapi mamanya tidak mau. Akhirnya, sang mama hanya bisa datang kepada Tuhan, merendahkan diri dan memohon jalan keluar.

Salah satu wanita yang menjadi teman selingkuh ayahnya, akhirnya ketahuan hamil dan ayahnya pun disuruh bertanggung jawab. Di situlah Arthur, si ayah mulai merasa resah dan akhirnya dia pun mengakui segalanya bahwa dia telah berselingkuh. Meskipun begitu, dengan penuh pengampunan, Julia Kaunang mau mengampuni suaminya. Sang ayah pun mencoba memperbaiki hubungan suami istri dan juga hubungan ayah anak yang rusak.

Awalnya Tessa sangat meragukan perubahan yang terjadi dalam diri ayahnya. Dia bertanya-tanya apakah ayahnya akan jatuh lagi. Namun, lama kelamaan setelah melihat perubahan dalam diri ayahnya yang memang telah berubah, Tessa pun mendapatkan kembali contoh keluarga yang ideal. Di samping itu, Tessa pun mulai kembali kepada firman Tuhan dan melakukan perintah-Nya. Jika Tuhan saja bisa memaafkan dosa-dosa manusia yang begitu besar, apalagi kita harus mampu memaafkan sesama kita manusia.

“Bagaimana cara bisa memaafkan dia? Kita harus meminta bantuan Tuhan. Kalau kita sendiri yang memaafkan kita tidak akan kuat, itu yang saya rasakan.” Jelas Tessa. Dia melihat perubahan yang besar dalam diri ayahnya, ayahnya menjadi begitu bijaksana dan mencerminkan sikap seorang papa yang baik. Sekarang Tessa dan papanya menjadi dua orang yang karib.

Mereka terus melaju dan selalu melihat positif ke depan. “Kalau kita sudah berani mengambil keputusan untuk bertobat, kita juga harus berani menjadi saksi Tuhan. Makanya mengapa saya sekarang berani menceritakan, karena saya ingin keluarga saya ini menjadi terang dan garam buat kita juga.” Dan percayalah, saat berjuang melawan dosa, kepahitan, masalah, kita bisa menang bersama Tuhan.

Sumber Kesaksian :
Tessa Kaunang (jawaban.com)