Selasa, 13 Januari 2015

Keaksian Keluarga Chandra Susanto diluputkan Tuhan dari Tragedi Kecelakaan Air Asia

 
Sumber: Kesaksian bapak Chandra Susanto dan ibu Inge di Gereja Tiberias Indonesia, Balai Sarbini, Plaza Semanggi pada hari ini, 4 Januari 2014, yang lolos dari maut AirAsia QZ8501 (Dokumen Pribadi/Mawalu)

Tadi siang (4/1/2015), pukul 14.00, aku mengikuti ibadah di Gereja Tiberias Indonesia, pimpinan Gembala Sidang Bapak Pdt. Yesaya Pariadji, di Balai Sarbini, Plaza Semanggi, Jakarta.

Setelah selesai khotbah yang dibawakan oleh Pdt. Aristo Pariadji, yang juga adalah anggota DPR RI dari Partai Gerindra, ada kesaksian langsung dari bapak Chandra Susanto dan Ibu Inge, serta ketiga anaknya.

Sebelumnya aku tak begitu tertarik dengan kesaksian-kesaksian jemaat yang rutin dilakukan setiap hari Minggu, namun setelah dijelaskan oleh pekerja Gereja Tiberias bahwa bapak Chandra Susanto dan Ibu Inge ini adalah penumpang AirAsia yang selamat lolos dari maut AirAsia QZ8501, aku langsung merinding.

Begitu besar kasih dan penyertaan Tuhan Yesus sehingga keluarga bapak Chandra Susanto dan Ibu Inge ini selamat dan diloloskan dari maut.

Berikut ini kesaksian bapak Chandra Susanto dan Ibu Inge pada hari ini, 4 Januari 2015, di Gereja Tiberias Indonesia yang bertempat di Balai Sarbini, Plaza Semanggi, Jakarta.


Kesaksian Bapak Chandra Susanto

Shalom saudara-saudari semua, Haleluya. Saya ucapkan syukur kepada Tuhan Yesus yang begitu baik telah menyelamatkan kami.

Pada bulan Maret 2014 yang lalu, saya sudah booking tiket pesawat AirAsia dan reservasi hotel di Singapura. Semuanya sudah kami lunasi. Entah kenapa Istri saya selalu tanya kita jadi berangkat nggak pa? Saya bilang tunggu sabar ya.

Dibulan November 2014, ibu mertua saya masuk rumah Sakit selama seminggu. Sebelum hari H keberangkatan kami dengan pesawat AirAsia, mertua laki saya juga masuk Rumah Sakit.

Semua planning pekerjaan saya sampai bulan Desember semuanya sudah saya selesaikan dan rampung. Malam hari sebelum berangkat, kami pergi besuk mertua laki di Rumah Sakit, sampai di rumah, pada pukul 00.00, saya berdoa dan mengangkat Perjamuan Kudus dan Minyak Urapan.

Setelah selesai berdoa dan Perjamuan Kudus, ketika saya mau tidur, istri saya tanya lagi besok kita jadi berangkat apa nggak? Saya bilang nanti lihat saja besok. Istri saya bilang apa kamu nggak rugi ya wis eman-eman keluar banyak uang. Saya cuma bilang iya. Setelah itu saya tidur.

Besoknya saya terbangun pukul 5.10, padahal pesawat AirAsia itu berangkat pukul 5.20. Perjalanan dari rumah ke Bandara Juanda sekitar 40 menit. Yang jelas kami sudah terlambat dan ketinggalan pesawat.

Saya lalu berpikir pasti istri saya marah. Semalam sebelum tidur ternyata istri saya pasang alarm weker pukul 3.00, tanpa sepengetahuan saya. Mungkin maksudnya supaya saya cepat bangun dan tidak terlambat berangkat ke Bandara.

Alarm weker yang seharusnya bunyi pukul 3.00, tidak berbunyi. Saya tidak tahu kenapa. Tuhan Yesus telah bekerja buat kami. Saya lalu membangunkan istri saya, dan ketika bangun ia langsung cemberut setelah menyadari kami terlambat bangun dan ketinggalan pesawat.

Saya bingung. Saya lalu ambil Perjamuan Kudus dan berdoa, Tuhan bagaimana ini, kapan lagi saya bisa planning dan punya kesempatan ke Singapura. Saya tetap di lantai bawah dari jam 6.00 pagi sampai jam 9.00. Istri saya tidak mau turun kebawah menemani saya, mungkin masih marah sama saya.

Saya lalu ditelpon kakak saya dan nanya kamu dimana? Saya jawab saya lagi di rumah. Lho, kok nggak jadi berangkat ke Singapura? Kamu naik apa? Saya jawab naik AirAsia. Kakak saya bilang bahwa pesawat AirAsia hilang kontak. Saya bilang ah bercanda kamu. Kakak saya menyuruh saya segera nonton TvOne sekarang, ada beritanya disitu.

Kurang lebih 10 menit kemudian, saya naik ke lantai atas untuk memberitahu istri saya. Di kamar ia lagi nonton TV Drama Korea. Saya bilang, ma coba lihat TvOne, katanya pesawat AirAsia hilang kontak. Sambil cemberut, ia mengganti Channel ke TvOne.

Setelah Channel diganti ke TvOne, ada siaran langsung bahwa pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 jurusan Surabaya-Singapura hilang kontak sekitar pukul 06.17 pagi disekitar Tanjung Pandan dan Pontianak.

Saya langsung berlutut dan sujud syukur, Engkau baik Tuhan Yesus, begitu besar penyertaan-Mu kepada keluarga kami. Saya percaya ini bukan suatu kebetulan, saya percaya bahwa minyak dan anggur tak akan dirusakkan.

Di Gereja Tiberias, kami selalu didoakan tolak celaka, tolak mara bahaya, kami percaya dan imani itu, dan bagi kami ini bukan suatu kebetulan, akan tetapi rencana Tuhan yang sungguh baik bagi kami.

Saya dan istri kemudian berdoa bersama dan angkat Perjamuan Kudus, mengucap syukur kepada Tuhan Yesus atas kemurahan dan kebaikan-Nya kepada keluarga kami. Kalau saya tidak menyatu dengan tubuh dan darah Kristus, mungkin saya dan keluarga sudah berada di pesawat itu. Tapi kami diluputkan, karena bersatu dengan tubuh dan darah Kristus.


Kesaksian Ibu Inge

Sumber: Kesaksian ibu Inge di Gereja Tiberias Indonesia, Balai Sarbini, Plaza Semanggi pada hari ini, 4 Januari 2014, yang lolos dari maut AirAsia QZ8501 (Dokumen Pribadi/Mawalu)



Shalom saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Peristiwa ini sungguh luar biasa bagi kami. Pada hari Jumat malam, kami doa bersama. Setelah anak-anak dan suami saya tidur, saya berdoa pribadi. Saya berdoa semoga kepergian kami ke singapura dilancarkan karena saya kepingin sekali pergi ke Singapura. Saya ingin rencana kami berjalan dengan baik dan lancar.

Tuhan lalu memperlihatkan penglihatan kepada saya pesawat AirAsia crash. Terlintas jelas sekali, dan suara itu berkata kamu berlima akan celaka. Saya pikir saya ngelantur saat itu. Saya lalu berdoa lebih khusuk, Tuhan ampuni saya karena saya ngelantur dan tidak konsentrasi berdoa kepada-Mu.

Pada hari Sabtu malam setelah berdebat dengan suami, ia pergi tidur, dan saya berdoa sendiri. Saya ingin agar kami bisa berlibur ke Singapura dan semua dilancarkan karena semua sudah direncanakan sejak lama.

Setelah berdoa, saya pasang alarm weker jam 3.00 pagi supaya tidak terlambat ke Bandara. Ternyata keesokan harinya saya dibangunin suami saya jam 5.10. Saya jengkel karena sudah saya pasang weker jam 3.00, tapi weker tidak berbunyi. Saya biarin suami saya turun saja sendiri ke lantai bawah. Karena kesal, saya lalu menyetel TV dan nonton Drama Korea.

Lalu suami saya masuk ke kamar dan bilang ma coba pindah Channel TvOne, katanya AirAsia hilang kontak. Sambil ogah-ogahan saya pindah channel ke TvOne. Saya shock saudara-saudara. Saya teringat dengan penglihatan saya pada hari Jumat, ternyata pada saat itu saya bukan ngelantur. Tuhan telah mengingatkan saya terlebih dahulu.

Anak saya yang tahu kami batal ke Singapura nangis-nangis karena kecewa. Saya bilang ke anak saya bahwa pesawat AirAsia hilang kontak, ia melongok sebentar ke TV dan bilang itu pesawat AirAsia yang lain.

Saya ambil tiket AirAsia kami dan menujukan ke anak saya nomor flightnya QZ8501, berangkat jam 5.20. Anak saya diam saja.

Tiket AirAsia bapak Chandra Susanto. Foto ini ku foto di Buletin Gereja Tiberias hari ini, 4 Januari 2014 (Dokumen Pribadi/Mawalu)
Sumber: Tiket AirAsia bapak Chandra Susanto. Foto ini ku foto di Buletin Gereja Tiberias hari ini, 4 Januari 2014 (Dokumen Pribadi/Mawalu)



Kami lalu menerima banyak sekali telpon dari teman, kerabat, dan sanak keluarga. Salah seorang teman saya telpon dan suruh nonton MetroTV, nama kamu jadi korban. Kamu masih hidup ya? Saya jawab iya saya masih hidup.

Saya buka MetroTV, ada nama saya dan anak saya, Felix dan Chritopher, dalam daftar korban. Anak saya yang perempuan protes kok namanya nggak masuk dalam daftar korban. Mana kok nama saya nggak masuk TV. Saya peluk anak saya, ayo cepat kita ke Gereja dan mengucap syukur ke Tuhan Yesus.

***

Demikian kesaksian dari bapak Chandra Susanto dan Ibu Inge di Gereja Tiberias Indonesia hari ini di Balai Sarbini, Plaza Semanggi. Kesaksian itu di shoot dan disiarkan secara live ke Gereja-Gereja cabang Tiberias lainnya. Aku bersyukur bisa melihat secara langsung kesaksian korban yang luput dari maut AirAsia QZ8501 itu.

Kesaksian itu ditutup dengan pujian yang dinyanyikan oleh seluruh jemaat, "Bapa, engkau sungguh baik. Kasih-Mu melimpah di hidupku. Ku naikkan syukurku, buat hari yang kau beri. Tak habis-habisnya, kasih dan rahmat-Mu. Selalu baru, dan tak pernah terlambat pertolongan-Mu. Besar setia-Mu di sepanjang hidupku..."