Saya dilahirkan dan tinggal di daerah Pemakaman Tionghoa
Sukhawadee di Nong Khee, Thaiuland. Leluhur saya emigrasi dari China dan menetap
di Propinsi Chonburi. Saya belajar ilmu Feng Shui dan astrologi sejak umur 7
tahun dari beberapa guru yang melakukan upacara spiritual di tempat
pemakaman.
Saya senang memerhatikan upacara yang dilakukan oleh guru-guru
Feng Shui seperti berkomunikasi dengan roh-roh, mengusir roh jahat dan
berkomunikasi dengan roh orang mati. Sekalipun masih anak kecil, saya sangat
tertarik dan dapat dengan baik dan tepat menghafal metode-metode meramal dan
juga pelbagai prosedur upacara berkaitan dengan Feng Shui di tempat pemakaman.
Dalam studi saya akan ilmu Feng Shui saya menemukan pengetahuan ini bukan saja
berlaku bagi yang mati tapi juga bagi yang hidup.
Di usia 20 tahun saya sudah menjadi seorang konsultan Feng
Shui dan peramal yang cukup terkenal; klien saya termasuk politikus, pejabat
tinggi negara dan juga pengusaha. Bahkan tokoh Feng Shui yang lain datang
berkonsultasi pada saya. Upah saya lumayan mahal dari beberapa ratus Baht sampai
beberapa ribu Baht, tergantung tingkat kesulitannya. Saya terlibat dalam desain
dan pembangunan beberapa pemakaman di Thailand.
Di tahun 1996, saya diperkerjakan oleh Gereja Sapan Luang
untuk membangun dan merawat tempat pemakaman milik gereja. Saya dipekerjakan
sebagai kepala teknisi tempat pemakaman dan di samping itu saya tetap meneruskan
bisnis konsultan Feng Shui saya.
Namun, setiap kali saya bekerja di tempat pemakaman Kristen,
saya tidak bisa menahan diri bertanya-tanya, mengapa orang-orang Kristen yang
tidak pernah memakai ilmu Feng Shui untuk menguburkan orang mati tapi keluarga
mereka sepertinya menjalani hidup yang bahagia dan baik-baik. Sebaliknya, tempat
pemakaman yang dibangun berdasarkan ilmu Feng Shui tidak dapat memberikan
kebahagiaan kepada keturunan mereka. Akibatnya, banyak makam leluhur yang
dibongkar dan dipindahkan ke tempat lain untuk memperbaiki keberuntungan
keturunan mereka yang ternyata gagal dalam kehidupan pribadi maupun bisnis
mereka.
Serangkaian pertanyaan muncul di benak saya. Mengapa keluarga
orang-orang Kristen yang mati dan dikuburkan di pemakaman non-Feng Shui itu
bahagia dan makmur? Dan juga upacara pemakaman mereka juga menarik: menyanyi
lagu-lagu pujian dan khotbah, tidak begitu serius dan formil seperti
non-Kristen. Mereka juga tidak kelihatan terlalu sedih.
Pertanyaan-pertanyaan ini menghantui saya. Suatu hari saat
saya melakukan survei ke pemakaman dan membaca tulisan-tulisan di batu nisan.
Saya melihat bahwa kebanyakan tertulis, "Yesus berkata, "Akulah kebangkitan dan
hidup. Barangsiapa yang percaya pada aku akan hidup, sekalipun dia mati; dan
barangsiapa yang hidup dan percaya padaku tidak akan pernah mati"; "Bagiku hidup
adalah Kristus dan mati adalah keuntungan"; dan "Tuhan adalah gembalaku, takkan
kekurangan aku." Saat membaca kalimat-kalimat itu saya tidak memahami arti dari
kata-kata itu dan saya juga tidak tahu bahwa ayat-ayat itu dari Alkitab.
Pertanyaan-pertanyaan itu saya simpan di dalam hati. Di waktu
yang bersamaan saya berusaha untuk mencari kebenaran apakah ilmu Feng Shui
benar-benar dapat memperkayakan orang. Saya mulai dengan mengamati bahwa
orang-orang yang datang berkonsultasi ke ahli Feng Shui adalah orang-orang kaya
karena tarif yang dipasang sangatlah tinggi (jika Feng Shui Master itu
terkenal). Saya sangat yakin bahwa tidak ada ahli Feng Shui yang dapat
memperkayakan orang karena mereka yang datang semuanya sudah kaya. Alasan
mengapa orang kaya berkonsultasi ke ahli Feng Shui adalah kerana mereka takut
jatuh miskin atau mau menjadi lebih kaya lagi. Seringkali yang berkonsultasi
adalah anggota keluarga dari orang kaya yang telah meninggal yang meminta untuk
menggali dan memindahkan kuburan leluhur mereka ke tempat lain untuk mengubah
keberuntungan mereka. Pertanyaan saya adalah mengapa sekalipun orang kaya itu
dikuburkan sesuai dengan prinsip-prinsip Feng Shui tapi keturunan mereka tetap
tidak kaya?
Dari situ pemikiran saya juga berubah dan saya tidak lagi
begitu yakin akan kebenaran prinsip-prinsip Feng Shui. Tapi banyak orang yang
masih datang ke saya dan saya hanya membantu mereka untuk menyenangkan mereka.
Tidak lama setelah itu saya diminta untuk membantu di proyek pemakaman milik
Gereja Saphan Luang di daerah Nakhoin Pathom. Saya kaget melihat lokasi
pemakaman itu yang terletak di antara rel kereta api (di belakang) and
persimpangan T (di depan) yang menurut Feng Shui sangat tidak baik. Menurut ilmu
Feng Shui, lokasi itu akan membawa sial dan kemiskinan pada keturunan orang yang
dimakamkan di situ. Namun, setelah satu minggu bekerja di sana, saya melihat
dari batu-batu nisan di situ bahwa keturunan mereka yang dimakamkan di sana
merupakan orang-orang terkenal dan kaya di dalam masyarakat Thailand pada waktu
itu.
Fakta ini membuat saya untuk bertanya kepada beberapa ahli
Feng Shui yang terkenal mengapa ilmu Feng Shui tidak berpengaruh ke atas orang
Kristen? Kebanyakan dari mereka memberitahu saya, "Karena mereka punya
Tuhan!"
Saya juga punya kesempatan untuk menanyakan pada salah satu
guru yang paling ternama di Thailand mengapa orang-orang Kristen tetap baik-baik
dan bahagia sekalipun mereka tidak memperlakukan prinsip-prinsip Feng Shui
seperti mencari tahu tentang hari dan waktu yang membawa keuntungan; meramal
nasib berdasarkan bulan dan tahun lahir; atau berkonsultasi tentang Feng Shui.
Guru ini dengan enggan memberitahu saya, "Memiliki Tuhan mereka sudah cukup bagi
orang-orang Kristen!"
Jawabannya membuat saya bingung dan saya berpiir, "Wah!
Bagaimana dengan kita? Bagaimana dengan semua yang telah kita pelajari dan
terapkan. Bagaimana dengan begitu banyak waktu yang kita pakai untuk menimba
pengetahuan tentang Feng Shui? Apa yang benar dan sejati - Feng Shui atau
Kekristenan?"
Semakin saya memikirkan tentang hal ini, semakin saya ingin
mengenal Allah orang-orang Kristen; namun saya masih belum mempunyai kesempatan
untuk mengenalNya karena saya tidak tahu harus bermula dari mana! Saya tidak
tahu bagaimana untuk mengenalNya!
Di pertengahan tahun 2005, saya menghadapi banyak sekali
tantangan dalam pekerjaan saya, sampai-sampai ada yang menyewa pembunuh bayaran
untuk menghabisi saya. Namun sekalipun saya sudah mengetahui bahwa saya akan
menghadapi hal yang tidak beruntung pada hari itu, saya tidak dapat berbuat
apa-apa untuk mengubah nasib saya atau meringankan kesialan saya.
Saat saya tertekan karena tidak dapat menuntaskan permasalahan
saya, saya akan bermeditasi untuk mencari ketenangan agar dapat menemukan
solusi, namun sia-sia. Di waktu itu saya diberi sebuah buku berjudul, "Kuasa
kehidupan" yang berisi kesaksian orang-orang Kristen di Thailand dari setiap
lapisan masyarakat.
Pada awalnya, saya tidak mempercayai apa yang tertulis dalam
buku itu. Bagaimanapun, karena saya sudah seperti orang yang terjepit tanpa ada
jalan keluar atau solusi, sayapun membuka buku itu. Saya tiba pada kalimat yang
berkata, "…jika kita tidak mengakui dosa-dosa kita pada Allah, apa yang akan
terjadi dengan hidup kita?" Entah mengapa, tiba-tiba saya menyadari bahwa saya
adalah orang yang sangat berdosa karena telah melakukan banyak hal yang
menjijikkan.
Di waktu itu juga saya mengakui semua dosa-dosa yang telah
saya lakukan dan berkata pada Tuhan, "Saya orang berdosa. Saya meminta
kesempatan dari Engkau untuk menjadi orang baik dan menerima hidup yang baru."
Setelah doa itu, saya merasa dihibur secara spiritual dan mental.
Anggota komite tempat pemakamam selalunya melakukan kunjungan
kerja sebulan sekali pada hari Sabtu ke tempat saya bertugas. Di bulan Juli
tahun 2005 itu saya tidak sabar menanti kunjungan mereka. Pada hari itu entah
mengapa Pendeta Wirat Wongsantichon menghadiahkan saya sebuah Alkitab. Saya
bertanya mengapa dia memberi saya kado dan jawabannya adalah, "Saya tidak tahu!"
Saat kami makan siang bersama, saya membatin, "Mengapa tidak ada yang
mengundang saya ke gereja?" Belum lama setelah itu, Penatua Tawee Suwatpanit
menoleh ke saya dan berkata, "Preecha, Anda seharusnya datang ke gereja
setidaknya satu kali." Langsung saya menjawab bahwa saya akan ke gereja keesokan
harinya (hari Minggu).
Pada hari Minggu itu, ditemani oleh anak saya, saya menyetir
hampir 250km (PP) ke gereja yang berlokasi di Bangkok. Di hari itulah saya buat
pertama kalinya mengalami dan melihat orang-orang Kristen menyembah Allah
mereka. Saya memberitahu anak saya bahwa kita harus dengan kuat berpegang pada
prinsip-prinsip Kristiani dan mengabdi pada Allah orang Kristen. Dan kita harus
berani untuk memberitahu orang lain bahwa kita adalah Kristen dan harus membaca
Alkitab dengan teratur. Setahun kemudian, di tahun 2006 saya membuka hati dan
jiwa untuk mempercayai dan juga menyerahkan seluruh kehidupan saya kepada Allah
dan dibaptis. Istri dan anak perempuan saya juga mengikuti langkah saya tidak
lama setelah itu. Suatu mukjizat terjadi di dalam keluarga kami, ayah saya yang
selama 20 tahun tidak pernah tinggal serumah dengan kami kembali dan buat
pertama kali keluarga kami menjadi utuh. Setelah itu saya mengikuti pelatihan di
gereja tentang "Mengikuti Kristus", dan saya mulai memahami lebih tentang
Kekristenan.
Klien-klien lama saya tetap menghubungi saya untuk membantu
dalam hal Feng Shui. Setelah berkonsultasi dengan hamba Tuhan di gereja, saya
merasa lega dan bersemangat untuk bertemu dengan mereka untuk memberitahu mereka
tentang Tuhan. Namun, di sisi lain, saya juga sangat khawatir jika saya berhenti
dari menjadi seorang konsultan Feng Shui, bagaimana saya akan menghidupi
keluarga saya. Pada suatu malam saya membalik Alkitab dan ayat yang saya baca
berkata, "Tuhan adalah gembalaku, aku tidak akan kekurangan (Mzm 23.1)." Ayat
itu menguatkan hati saya dan tidak lama setelah itu saya mendapat proyek
membangun tempat pemakaman untuk Gereja Piamrak and Gereja Maitreechit.
Sejak itu, hidup saya berubah. Saya mempunyai kesempatan bukan
saja untuk mengabarkan Firman Tuhan pada orang yang tidak percaya (yang
mendatangi saya untuk konsultasi Feng Shui) tapi juga mendorong orang-orang
Kristen yang lemah yang masih mempercayai Feng Shui. Saya menyakinkan mereka
bahwa Allah kita besar karena sekalipun saya seorang ahli Feng Shui, saya telah
180-derajat bertobat dan menyembah Dia. Saya selalu menghimbau mereka, "Jangan
menyerah, berimanlah pada Allah!"
Jika Anda adalah anak-anak Allah, janganlah khawatir tentang
kehidupan atau masa depan Anda. Feng Shui maupun bintang-bintang di langit tidak
ada pengaruh atas Anda karena Allah maha Kuasa memimpin dan mengarahkan hidup
Anda. Dia adalah Tuan atas kehidupan Anda. Karena, "Sesungguhnya aku tahu, bahwa
TUHAN itu maha besar, dan Tuhan kia melebihi segala allah." (Mzm 135.5)
(Kisah pertobatan Preecha Kongkitimanon dari Thailand)