Kamis, 26 September 2013

Pdt. DR. Jimmy Oentoro: Gerejaku Kotaku, Kotaku Gerejaku

 

Jimmy Oentoro.jpg
Gereja bukan saya hanya melulu upacara seremoni, membicarakan tradisi kebaktian. Gereja sebagai Tubuh Kristus harus tetap adaptif terhadap keadaan. Sebab, gereja utamanya di kota, akan lebih multidimensi tantangan yang dihadapi. Maka perlu terus membangkitkan cinta pada gereja-Nya. “Kita mengimpikan gereja yang makin hari makin am. Dan untuk menemukan Gereja seperti itu, serta temukan empat rahasia utama menjadi Gereja Impian,” tulis Pdt. DR. Jimmy Oentoro penulis buku “Gereja Impian.” Selain seorang penulis dia juga adalah pendeta senior di Gereja Injil Seutuh International, disingkat IFGF GISI. Dan, pria kelahiran Semarang, ini, adalah pendiri dan pengurus World Harvest. Sebuah organisasi misi non-profit yang melakukan misi pelayanan, pendidikan, dan media.
Beberapa waktu lalu Reformata mewawancarainya beberapa waktu lalu. Demikian petikannya:

Gereja macam apakah sebenarnya yang diimpikan sebagaimana di dalam buku Anda, Gereja Impian?
Bayangkan bila komunitas di sekitar Anda bersyukur atas kehadiran gereja Anda. Para jemaat dari berbagai kalangan bisa hidup serasi dan saling berbagi. Para pengusaha datang ke gereja Anda untuk meminta nasihat untuk usahanya. Para pemimpin negara ini bekerja sama membangun bangsa bersama gereja-Nya. Dan terakhir, bila Gereja Anda memberi nilai tambah bagi komunitas, kota, dan bangsanya.
Apa yang ditunjukkan dalam mengelola gereja, kepemimpinan yang melayani?
Kepemimpinan Kristen mengajarkan, memimpin dengan melayani. Memimpin dengan melayani tidak membuat seseorang menjadi lemah, goyah. Tidak terjebak dalam keinginan untuk dicintai semua orang. Namun, memimpin dengan melayani berarti kita melayani dengan kepercayaan daripada dengan intimidasi. Anda lebih suka mempengaruhi daripada memerintah. Artinya ketika Anda memimpin orang dan berfokus pada kebaikan yang lebih besar bagi orang lain, seluruh tim dan bisnis, daripada mencari kebaikan bagi diri sendiri.

Apa yang harus dimiliki?
Kerendahan hati, itu sebuah karakteristik kunci dari seorang pemimpin yang melayani. Setiap orang mempunyai ego. Kita dilahirkan dengan ego. Ego adalah bagian dari kemanusiaan kita. Orang perlu belajar bagaimana mengatur ego mereka. Kerendahan hati biasanya bukanlah tindakan yang diunggulkan dalam kebanyakan buku bisnis, tetapi ini adalah elemen penting dalam kepemimpinan yang melayani yang diteladankan oleh Yesus. Kerendahan hati adalah kunci rahasia yang membuka semua elemen lain dalam model kepemimpinan yang melayani.

Apa artinya?
Maksudnya adalah: Anda melayani orang lain terlebih dahulu, bukan diri Anda sendiri. Anda melayani baik pelanggan di dalam maupun di luar. Anda mendahulukan kepentingan oranglain daripada diri sendiri.

Berbicara soal pelayanan, dalam kepemimpinan disebut melayani dengan bermakna, apa artinya?
Berbicara kasih bicara soal kepekaan melihat kebutuhan sesama. Kepekaan mengenali apa yang tidak ada dan apa yang ada pada kita. Di sekitar kita pun banyak orang yang membutuhkan dan terabaikan. Mari kita coba mencari apa yang dapat kita lakukan untuk menyatakan kasih Kristus pada mereka. Bahkan, perbuatan kecil dan sederhana, jika berasal dari kasih yang besar dan kecintaan pada Tuhan, pasti akan mengantar banyak orang untuk memuliakan Tuhan.

Tantangannya soal godaan dalam kehidupan di kota apa saja?
Di bidang apa godaan itu? Pakaian, sepatu, barang-barang koleksi? Film, makanan, peralatan elektronik, kerajinan, tanaman? Jika kita pernah singgah ke toko untuk membeli susu dan keluar dengan barang yang berbeda, seperti televisi, maka kita tahu rasanya pencobaan. Kelemahan yang kita rasakan saat mengalami godaan dan pencobaan, memampukan kita untuk belajar bagaimana menghadapi pencobaan dan menang. Cari tahu kelemahan kita. Berhenti mencobai diri sendiri dengan bahaya. Jika Anda ingin menang atas godaan, Anda harus berhenti menyenangkan diri Anda yang dapat menyebabkan Anda tersandung. Jika Anda mudah tergoda dengan pakaian, jangan habiskan waktu Anda berjam-jam di pusat perbelanjaan. Atau jangan pergi kesana kecuali Anda memiliki tujuan dan rencana khusus yang harus dipenuhi. Jika katalog pemesanan barang adalah kelemahan Anda, singkirkan mereka jauh-jauh dari hadapan Anda dan buang ke tempat sampah.

Lalu, bagaimana mensikronisasi keberimanan dengan profesi di kota, semangat keentrepreneuran misalnya?
Dalam hidup ini, kita pasti pernah mendapatkan tekanan, masalah, dan penganiayaan dari orang-orang yang tidak suka dengan iman kita. Akan tetapi Tuhan ingin agar kita tetap memegang teguh iman kepada Tuhan. Dan kemiskinanmu. Miskin merupakan kata yang relatif, bisa berarti pas-pasan atau hidup melarat. Dalam urusan perdagangan, jemaat di Smirna dipersulit dalam berusaha. Dagangan mereka diboikot dan mereka tidak diberi kesempatan memperoleh kehidupan yang mapan. Namun engkau kaya. Jemaat Smirna memang miskin dalam harta, tetapi mereka dinilai kaya oleh Tuhan karena mereka dapat bertahan dari tekanan yang mereka dapatkan. Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.

Kemiskinan seperti apa yang dimaksud?
Banyak orang Kristen yang begitu takut terhadap kemiskinan, penganiayaan dan cemoohan. Tidak sedikit pula orang Kristen yang pergi meninggalkan Tuhan untuk lepas dari ketiga hal tersebut. Yang ingin saya katakana adalah: mati miliki iman seperti jemaat Smirna yang tahan terhadap cobaan yang menerpa mereka.

Bagaimana spiritulitas demikian, untuk tetap terjaga?
Doa harus terus dikenakan agar orang beriman dapat bertahan dalam godaan. Jadi, berdoalah pada setiap kesempatan yang muncul. Berdoa setiap waktu bukan berarti 24 jam kita harus melipat tangan dan menutup mata, melainkan terus hidup dalam kontak batin dengan Tuhan. Menyadari kehadiran-Nya. Doa harus dijadikan setir kemudi. Sesuatu yang utama, penting, dan mengendalikan sepak terjang kita. Dengan hidup dalam suasana doa, Tuhan bisa memimpin kita berkata dan bertindak sesuai kehendak-Nya. Kita bisa terus sehati sepikir dengan-Nya. Cobalah periksa kehidupan doa kita akhir-akhir ini. Bagi kita, apakah doa menjadi sekadar ban serep, atau menjadi setir kemudi yang mengendalikan arah hidup kita. Tergantung kita. Jadi berdoa itulah peneguhan kita, spritualitas.

Jadi bagaimana menjadi gereja yang berpengaruh?
Kalau melihat sekarang, komunitas di sekitar kita. Kita bersyukur atas kehadiran gereja kita. Para jemaat dari berbagai kalangan bisa hidup serasi dan saling berbagi. Para pengusaha datang ke gereja untuk meminta nasihat untuk usahanya. Para pemimpin negara ini bekerjasama membangun bangsa bersama gereja-Nya. Gereja memang harus memberi nilai tambah bagi komunitas, kota, dan bangsanya. Karena itu, saya menulis buku Gereja Impian untuk memberikan perspektif Ilahi bagi gereja. Ini sebuah pandangan praktis dan teologis untuk mengubah paradigma kita tentang gereja. Buku tersebut diperuntukkan untuk para hamba Tuhan, kaum profesional, para pengusaha, serta setiap orang kristiani untuk bersama-sama mewujudkan Gerejaku adalah kotaku, kotaku adalah gerejaku.