Selasa, 20 November 2012

Mujizat 5 tahun menunggu keturunan

 
Dalam Alkitab kita melihat mukjizat Tuhan dialami oleh beberapa orang Ibu. Semula mereka mandul, tidak bisa melahirkan anak. Tetapi setelah mereka bergumul dan membawa masalah itu dalam doa yang sungguh-sungguh kepada Tuhan, maka Tuhan pun membuka rahim mereka. Ribkah, setelah didoakan oleh Ishak, suaminya, akhirnya melahirkan 2 (dua) orang anak sekaligus: Esau dan Yakub (Kejadian 25:21-28).. Hana, setelah sekian lama disakiti hatinya oleh Penina, madunya, bergumul dalam doa. Akhirnya ia bukan hanya memperoleh satu anak yaitu Samuel, melainkan ia diindahkan Tuhan sehingga bisa melahirkan 5 orang anak lagi! (1 Samuel 1:20; 2:21)
 
Mukjizat itu bukan hanya terjadi di masa lalu sebagaimana dikisahkan dalam Alkitab. Sampai masa kini pun mukjizat seperti itu bisa terjadi. Berikut ini adalah kisah nyata yang sungguh menggetarkan hati.
Ibu Susana namanya. Pada tanggal 24 September 1989, dalam usianya yang ke-26, ia memperoleh anugerah dari Tuhan, seorang suami yang mengasihi Tuhan, Stevanus Sugianto namanya. Namun saat itu ia terikat dengan perjanjian kerja di sebuah bank bahwa dalam setahun setelah pernikahannya ia tidak boleh mempunyai anak terlebih dahulu, agar tidak mengganggu pekerjaan di kantor. Maka bersama suaminya ia sepakat untuk tidak mempunyai anak terlebih dahulu. Namun pimpinan bank itu kemudian memberikan kelonggaran. Setahun belum berlalu, tetapi ia telah diperbolehkan mempunyai anak. Tanpa beban apa pun ia mensyukuri hal itu dan bersama suaminya siap untuk memperoleh keturunan.
 
Namun setelah ditunggu selama kurang lebih 3 tahun, ia tidak kunjung hamil. Mulailah mereka was-was mengingat usia suami juga sudah di atas 30! Mereka pun mulai berusaha menghubungi seorang dokter ahli kandungan untuk berkonsultasi. Usaha itu menjadi menggebu-gebu karena rekan-rekan sekantornya selalu menanyakan kapan ia akan punya anak, bahkan kadang-kadang ucapan mereka – sekalipun maksudnya bercanda – cukup menyakitkan hatinya.

Dokter pertama yang mereka hubungi menyatakan bahwa kehamilan biasanya bisa diperoleh jika pikiran dibuat semeleh, yaitu penuh damai sejahtera, tanpa kecemasan dan tanpa beban! Ibu Susana sempat jengkel dengan dokter yang pertama, dan berjanji untuk tidak berkonsultasi dengannya lagi. Mereka pun berkonsultasi ke beberapa dokter lainnya. Hasil diagnosa beberapa dokter tersebut berbeda-beda. Ada yang mengatakan bahwa penyebab kemandulan itu adalah tingkat keasaman rahim yang cukup tinggi, ada pula yang mengatakan bahwa saluran di rahimnya bumpet, yang lain lagi menyatakan volume sperma suami tidak cukup banyak. Memang semasa belum menikah Ibu Susana pernah mengalami sakit ginjal dan lever, tetapi setelah menikah penyakit itu tidak kambuh lagi. Apakah memang ada hubungannya dengan rahimnya? Pelbagai pertanyaan lain sempat terbersit di pikirannya.
 
Pernah terbersit dalam hati pasangan ini pula keinginan untuk mengadopsi, tetapi setelah berunding dengan keluarga, orang tua mereka tidak menyetujuinya. Dalam kebingungan mereka sempat menuruti nasehat teman untuk berkonsultasi dengan paranormal, padahal langkah itu membuat hati mereka sama sekali tidak ada damai sejahtera. Kini mereka menyesali hal itu dan telah meminta pengampunan kepada Tuhan, karena langkah mereka berkonsultasi ke paranormal tidak sesuai dengan firman Tuhan.
Ibu Susana pun sempat berupaya ke dukun bayi, sehingga posisi rahim dalam perutnya sempat diputar ke kanan dan ke kiri, tetapi tetap tidak membuahkan hasil.
 
Upaya lainnya yang telah diupayakan adalah melakukan inseminasi, yaitu mengarah ke bayi tabung yang disebut dengan program “Melati”. Iseminasi yang dijalani Ibu Susana berakibat pendarahan yang cukup mengkhawatirkan. Demi kerinduan mereka memiliki anak, mereka nyaris menjual apa yang ada untuk membiayai operasi yang akan dijalani dalam program “Melati” tersebut. Untuk itu mereka sampai pernah rela antri dokter di Yogyakarta dari jam11.30 siang sampai jam 00.30 dini hari. Namun dokter tetap tidak bisa menjamin bahwa operasi yang akan dijalaninya akan berhasil.
Akhirnya, setelah melalukan pelbagai upaya, mereka akhirny amenyerah kepada Tuhan. Manusia yang diharapkan dapat menolong mereka ternyata tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka pun membawa seluruh masalah ini dalam doa secara rutin. Setiap jam 12 malam mereka bangun untuk berdoa. Semula mereka bangun dengan bantuan jam wekker dan akhirnya menjadi terbiasa dan bangun secara otomatis. Doa dipanjatkan dengan penuh kesungguhan hati.
Akhirnya, pada suatu kali mereka merasakan adanya dorongan di hati mereka untuk kembali ke dokter yang pertama. Semula mereka ragu, tetapi dorongan itu semakin kuat. Mereka pun kembali ke dokter yang pertama dengan membawa hasil diagnose dokter yang di Yogya. Dokter ini cukup terkejut melihat hasil diagnosa tersebut dan menyarankan pasangan ini memeriksakan diri ke dokter lain yang memiliki laboratorium medis di Semarang. Mereka pun menuruti nasehatnya dan hasil lab menunjukkan bahwa keduanya berada pada kondisi normal dan sehat-sehat saja.Sama sekali tidak ada jamur seperti yang didiagnosakan dokter di Yogya. Semuanya bersih!
 
Dengan penuh keyakinan mereka pun bersyukur kepada Tuhan dan kembali meminta agar rahimnya dibuka. Puji Tuhan. Tiga bulan kemudian – setelah menunggu sekian lama, dan berupaya demikian rupa – oleh kemurahan Tuhan haid datang terlambat 3 minggu. Ibu Susana belum mau memeriksakan kandungannya karena ia takut kecewa. Dulu pernah terlambat haid tetapi tidak hamil. Jadi ia menunggu sampai keterlambatan haid itu berlangsung satu bulan lebih. Di suatu hari Minggu pagi, sebelum datang beribadah untuk mengikuti Perjamuan Suci di GIA Pringgading Semarang, ia mengadakan test urine (eva test), dan hasilnya … positif. Mereka saling berpelukan dan menangis penuh sukacita. Ternyata Tuhan berkenan menyatakan kasih karunia-Nya bagi mereka. Tepat tanggal 27 Nopember 1995, setelah menunggu selama 6 (enam) tahun, anak mereka lahir. Seorang putri bernama Natania. Bukan itu saja. Tuhan kembali membuka rahim Ibu Susana untuk keduakalinya, sehingga pada tanggal 27 Juni 1998 ia melahirkan anak kedua, seorang putra, Michael namanya.Kini mereka mengakui kedahsyatan Tuhan, Allah Pencipta, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, yang telah menyatakan mukjizat-Nya kepada mereka.
 
Hingga kini, mereka tetap menjalankan Mezbah Keluarga (Family Altar) bersama dengan kedua anak mereka. Mereka berjanji untuk tetap setia kepada Tuhan, dan mengajar anak-anak mereka untuk hidup menyenangkan hati Tuhan! Mereka mengalami indahnya Mezbah Keluarga, selain menghadirkan hadirat Tuhan, komunikasi antar anggota keluarga pun menjadi semakin baik. Bahkan nilai pelajaran sekolah – khususnya Bahasa Indonesia bagi Michael – meningkat, karena dalam Mezbah Keluarga mereka secara bergiliran membaca Alkitab. Segala kemuliaan bagi nama Tuhan saja!