Senin, 11 Juni 2012

Mengenal Kota di Alkitab ( Kota Roma )

KOTA R O M A
Kota Roma tempat Paulus dipenjarakan tidak hanya merupakan pusat pemerintahan dari seluruh daerah Laut Tengah, tetapi juga merupakan kota yang paling ramai dan paling menarik di dunia.

Kota yang dilimpahi dengan kemewahan, sejarah, dan bangunan-bangunan megah ini disebut Kota Abadi. Di samping itu, dengan mengenal kebaikan dan keburukan yang ada di sepanjang jalan-jalannya, dan di antara air mancur-air mancur umum yang berjumlah lebih dari tiga ratus buah, beberapa orang dengan alasan kuat menamakan kota itu Selokan Kerajaan. Kota Roma tempat Paulus dirantai mengandung dua ekstrim. Tetapi sebelum kita mulai menyelidiki dan memasuki jalan-jalannya, marilah kita melihat bagaimana rasul besar ini sampai ke sana. Sebab betapapun juga, surat-surat yang ditulis Paulus dan pelaksanaan hukuman mati bagi Paulus di sebelah selatan kota merupakan sumbangan yang terbesar bagi kemasyhuran kota metropolitan yang dilintasi Sungai Tiber ini.

Setelah memohon kepada Caesar, Paulus dirantai kaki dan tangannya bersama tawanan-tawanan lain dan dikirim ke Roma untuk diadili. Setelah berhasil untuk tetap hidup dalam suatu kecelakaan kapal yang mengerikan, akhirnya ia mendarat di Puteoli. Dengan izin Yulius, pejabat Romawi yang menjaga para tawanan, Paulus tinggal di sana bersama kawan-kawannya selama seminggu. Kemudian ia berjalan kaki kembali ke Roma.

Sesampainya di Pasar Apius, empat puluh tiga mil sebelah selatan ibu kota, di Jalan Apia, Paulus disambut oleh sebuah delegasi orang-orang Kristen yang telah mengadakan perjalanan selama dua hari untuk menyambutnya supaya ia merasa terhibur di tengah-tengah kegelisahan. Sepuluh mil berikutnya di sebuah tempat penginapan yang disebut Tiga Kedai, ia disambut lagi oleh delegasi lain. Di sini, seperti yang dicatat Lukas, "ia mengucap syukur kepada Allah lalu kuatlah hatinya" (Kisah para Rasul 28:15).

Tidak diketahui siapa yang mengorganisasikan kelompok-kelompok penyambutan ini, tetapi menurut dugaan, orangnya adalah Epafroditus - seseorang yang memiliki suatu karunia, dan ia dikirim oleh Paulus dari gereja di Filipi. Ada juga yang mempertanyakan mengapa orang-orang Kristen di Roma begitu antusias menyambut Paulus. Satu-satunya alasan yang masuk akal ialah karena keadaan mereka telah dibicarakan dalam Kitab Roma yang ditulis Paulus di Korintus pada tahun 55 dan 56 -- lima atau enam tahun sebelum kedatangannya di Itali.

Paulus bersama dengan tawanan-tawanan lain memasuki Kota Roma dari Porta Capena. Sekarang tempat ini tidak dapat di ketahui di mana tepatnya. Tetapi kita tahu benar bahwa tempat ini terletak di bagian permulaan dari Jalan Apia. Pada waktu itu Paulus melewati Aqua Apia, sebuah bangunan tinggi yang berfungsi untuk menyalurkan air dan pada saat itu sudah berumur 350 tahun.

Jalan Apius berasal dari nama Appius Claudius, Caesar yang mulai membangun jalanan itu di tahun 312 s.M. Pada akhir masa hidupnya ia dijuluki sebagai "si buta" Appius Claudius Caecus. Menurut legenda, ia begitu sombong atas hasil yang telah dicapainya sehingga matanya dibutakan oleh para dewa. Jalan raya yang megah ini dipakai orang terus-menerus selama seribu tahun.

Menurut perkiraan, Yulius, penjaga Paulus itu, adalah seorang anggota Pengawal Praetorian. Jika hal ini benar, Paulus mungkin segera dibawa ke markas besar Praetorian di Bukit Palatine yang terletak di pusat Kota Roma. Tetapi ada beberapa orang yang berpendapat bahwa Yulius itu seorang utusan khusus dan seorang anggota Peregrini. Bila demikian halnya, Paulus mungkin telah dibawa ke perkemahan Peregrini yang terletak di sebelah kanan Bukit Caelian.

Jabatan atau tingkatan Yulius tidaklah penting. Tetapi untuk mendapatkan gambaran umum tentang Kota Roma kuno atau modern, penting untuk mengerti bahwa kota ini terdiri dari tujuh bukit rendah, dengan puncak datar yang berbatasan di sebelah barat Sungai Tiber yang berliku-liku dengan anggunnya.

Dahulu, demikian pula sekarang, orang-orang Romawi mengingat Roma karena bukit-bukit ini.

Pada waktu Paulus dipenjara, Roma diperkirakan berumur lebih dari 800 tahun. Mereka yang percaya bahwa kota ini didirikan oleh Romulus dan Remus - dua saudara kembar yang dibesarkan oleh seekor serigala - percaya bahwa kota itu didirikan pada tahun 753 s.M.

Kota ini berpenduduk kira-kira satu juta orang. Setengahnya terdiri dari para budak. Luas kota kira-kira 12 mil.

Setelah diserahkan oleh Yulius "ke kapten pengawal", Paulus diberi hak istimewa untuk tinggal bersama seorang prajurit "dalam rumah yang disewanya sendiri". Mungkin kemurahan hati ini direncanakan oleh Yulius yang telah belajar untuk menghargai dan mempercayai Paulus selama perjalanan yang mengerikan itu.

Menyewa rumah di Roma mahal, sekalipun di daerah yang paling miskin. Juvenal yang lahir di Roma sekitar tahun 60 atau 61 - kira-kira tahun kedatangan Paulus di kota itu - mengenal baik kota ini. Kepada seorang teman ia menulis: "Jika Anda dapat menahan diri untuk tidak pernah menonton sirkus, Anda dapat membeli rumah mewah di Sora ... sedangkan uang itu hanya cukup untuk menyewa sebuah loteng gelap di Roma selama setahun."

Mengingat bahwa Paulus pernah mengingatkan orang-orang Korintus, "Sampai pada saat ini kami lapar, haus, telanjang, dipukul dan hidup mengembara" (1Korintus 4:11), kita heran mengapa ia dapat menyewa tempat, meskipun tempat yang buruk sekalipun - terutama dengan pembayaran yang sah. Jawabannya ialah bahwa sumbangan yang diberikan oleh Epafroditus mungkin cukup banyak. Tidaklah sulit untuk membayangkan bahwa sebelum ia memulai perjalanannya sejauh 850 mil ke Roma, ia berkata kepada orang-orang Filipi, "Sekarang marilah kita berpikir secara liberal. Harga-harga di sini tinggi, tetapi di Roma lebih tinggi lagi."

Di Roma hanya ada sekelompok kecil golongan kelas menengah karena biasanya orang-orang Romawi kalau kaya, sangat kaya dan kalau miskin, sangat miskin. Orang-orang kaya membangun rumah-rumah yang luas dilengkapi dengan kolam renang dan taman khusus. Hanya sedikit saja rumah yang bertingkat lebih dari dua. Gudang di bawah tanah belum dikenal orang. Beberapa rumah memiliki pusat pemanasan. Kebanyakan panas itu dihasilkan oleh kompor arang yang mudah dipindah-pindahkan.

Lantainya dibuat dari beton atau ubin. Banyak di antaranya yang dihiasi dengan mosaik. Pipa ledeng dibuat dari timah - lembaran- lembaran timah dipalu dan dililitkan pada sebatang baja kecil membentuk sebuah pipa. Patung-patung yang mahal harganya menempati tempat-tempat terhormat dan lukisan-lukisan indah menghiasi dinding. Tambahan pula, kebanyakan rumah sedikitnya mempunyai sebuah air mancur, dan air hujan dialirkan dari atap melalui pancuran atap yang terbuat dari timah.

Orang-orang kaya hidup dalam kemewahan. Walaupun Lukas mengatakan kepada kita bahwa Paulus "tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri itu; ia menerima semua orang yang datang kepadanya" (Kisah para Rasul 28:30), rasanya tak mungkin bahwa ia tinggal dalam sebuah rumah yang mahal. Kebanyakan para ahli setuju bahwa ruangan atau sederetan ruangan tempat tinggal Paulus itu pastilah salah satu dari rumah-rumah petak yang sangat banyak di Roma. Rumah-rumah petak itu begitu banyaknya sehingga disebut insulae -- pulau-pulau. Karena golongan pekerja tinggal di perumahan-perumahan ini, dan karena tidak ada kendaraan umum, kebanyakan insulae terletak di dekat pusat kota. Perumahan ini dibuat demikian supaya para pekerja dekat dengan tempat pekerjaannya.

Kaisar Agustus telah mengumumkan bahwa bagian muka sebuah bangunan tidak boleh dibangun lebih tinggi dari tujuh puluh kaki. Tetapi rupanya para pembangun mendapatkan suatu kelemahan dalam peraturan itu dan mereka membuat bagian belakang bangunan itu lebih tinggi daripada depannya. Martial yang hidup di Kota Roma pada tahun 64 menulis tentang "seorang malang yang tinggi lotengnya 200 anak tangga." Toko- toko dan kantor-kantor menempati lantai terbawah sebagaimana halnya dengan hotel-hotel modern.

Tanpa penerangan jalan, daerah sekitar sebuah insula menjadi berbahaya. Juvenal memberi komentar: "Dan sekarang perhatikan pelbagai bahaya di malam hari. Lihatlah betapa tingginya atap dari mana orang membuang pecahan tembikar yang sudah bocor dari jendela dan kemungkinannya jatuh di atas kepala saya. Lihat, betapa kerasnya tembikar itu terhempas hancur di atas trotoar! Ada kematian menuggu di setiap jendela yang terbuka sementara Anda melewatinya di waktu malam; Anda akan dianggap seorang bodoh, tidak bersiap-siap menghadapi kecelakaan mendadak, jika Anda pergi ke luar untuk makan malam tanpa memutuskan apa yang Anda lakukan. Anda hanya dapat berharap, dan memanjatkan doa permohonan dalam hati Anda, supaya mereka sudah cukup puas hanya dengan melemparkan air kotor dari ember ke atas kepala Anda."

Jika Epafroditus tidak secara kebetulan bertemu dengan seorang sahabat Paulus ketika ia memasuki kota itu, ia akan menghadapi banyak kesulitan dalam mencari Paulus. Hal ini bisa terjadi, karena orang Romawi tidak memberi nomor pada rumah-rumah mereka, dan jalan jalan kelas dua bahkan tidak diberi nama! Ada sebuah komedi kuno dari zaman Romawi yang masih tetap aktual untuk masa kini. Drama ini menunjukkan betapa sukarnya untuk mencari sebuah alamat di Roma. Percakapan berikut ini terjadi antara seorang budak yang bernama Syrus dan seorang tua yang bernama Demea:


Syrus : Saya tidak ingat lagi nama orang yang akan saya kunjungi, tetapi saya tahu di mana ia tinggal.
Demea : Baiklah, katakan di mana tempat itu.
Syrus : Ikutilah jalan menurun ini. Tahukah Bapak serambi di samping tukang daging?
Demea : Tentu saja.
Syrus : Ikuti jalan ini lurus ke depan dan tak jauh dari situ, ada sebuah jalan menurun di depan Bapak; ikutilah terus sampai kemudian di sana ada sebuah kapel kecil dengan sebuah gang di dekatnya.
Demea : Tempat mana yang kau maksud?
Syrus : Di tempat itu ada sebuah pohon ara yang tumbuh secara liar.
Demea : Saya tahu.
Syrus : Ya, tentu saja. Ya, ampun! Betapa bodohnya saya! Bapak harus kembali lagi ke serambi tadi. Ya, lagi pula itu lebih cepat dan tidak begitu memutar. Tahukah Bapak di mana Cratinus, si orang kaya itu tinggal?
Demea : Ya.
Syrus : Baik, lewati rumahnya, kemudian belok ke kiri jalanan ini, dan belok kanan pada Kuil Diana. Sebelum Bapak mencapai pintu gerbang kota, di dekat kolam, ada seorang tukang roti di depan toko alat-alat pertukangan. Di situ tempatnya.

(Dikutip dari buku Rome Its People Life and Customs karangan Ugo Paoli.)


Tetapi meskipun seseorang tahu persis ke mana ia harus pergi di dalam Kota Roma, ia mungkin masih menghadapi bahaya dalam perjalanan. Yuvenal menceritakan kepada kita bagaimana keadaan sebenarnya. "Kebanyakan orang sakit di Roma mati karena kurang tidur, penyakit itu sendiri diakibatkan oleh karena makanan yang tidak tercernakan di dalam perut. Bagaimana mungkin orang bisa tidur di penginapan yang keadaannya demikian? Siapa yang dapat tidur di Kota Roma kecuali orang-orang kaya? Di situlah letaknya akar dari kekacauan. Kereta- kereta yang simpang-siur di jalanan sempit dan berliku-liku, percakapan para pengemudi kereta ketika mereka berhenti pada sebuah warung, semua itu tidak memungkinkan seorang Drusus (seorang jenderal Romawi yang terkenal karena kekuatannya) - atau pun seekor anjing laut - dapat tidur. Bilamana orang kaya mendapat suatu panggilan tugas sosial, orang banyak membukakan jalan baginya sementara ia diusung dalam suatu kereta Liburnian yang besar. Orang kaya itu menulis atau tidur dalam perjalanan itu, sebab jendela tandunya yang tertutup menyebabkan ia bisa tertidur. Tetapi bila ia sampai di depan kita; bagaimana pun cepatnya kita menghindar, kita terhalang oleh sekelompok orang banyak di depan; dan sekelompok orang banyak lain di belakang: seorang pria menyikut saya, dan yang lain menyodok saya dengan ujung tandu; sebatang balok dan sebuah tong anggur membentur kepala saya. Kaki saya penuh dengan lumpur; kaki-kaki besar menginjak saya dari tiap sisi, dan seorang prajurit menancapkan tombaknya di atas jari kaki saya."

Kebanyakan orang Romawi yang keluar di malam hari membawa seorang budak di depannya sambil membawa sebuah lentera.

Roma mempunyai sistem pembuangan kotoran yang luas dan beberapa di antaranya masih dipakai sekarang, tetapi sudah tidak begitu berguna lagi. Di zaman Paulus, salah satu jalur utama dari jaringan ini disebut Cloaca Maxima. Sayang sekali, saluran besar yang sudah dibangun ratusan tahun sebelum tarikh Masehi ini membawa air hujan dan juga kotoran-kotoran. Bahkan lebih buruk lagi, saluran ini menuju Sungai Tiber!
Karena saluran raksasa ini membawa air dari angin topan, di jalan- jalan harus dibuat lubang-lubang besar. Akibatnya Kota Roma seringkali dipenuhi dengan bau busuk dari saluran ini.
Penemuan semen telah mendatangkan perubahan besar di Kota Roma. Caementicum dibuat dari campuran debu vulkanis dengan batu merah, pecahan marmer, dan pasir, mula-mula di kembangkan kira-kira tahun 200 s.M. Semen ini sangat keras dan tahan lama.

Dengan semen ini para insinyur mempunyai perlengkapan untuk membangun bangunan-bangunan raksasa, jalan-jalan, jembatan-jembatan, saluran air. Jumlah saluran air di Kota Roma ada empat belas. Saluran air ini panjangnya 1.300 mil - jarak dari Kota New York ke Omaha, Negara Bagian Nebraska -- saluran air yang terbuat dari batu dan bata ini dibuat melalui gunung-gunung, menyeberangi lembah-lembah, dan rawa- rawa. Saluran air ini mengirim air tiga ratus juta galon setiap hari.

Kelihatannya hal ini seperti pemakaian air yang berlebih-lebihan. Tetapi orang Romawi memerlukannya untuk air mancur mereka yang banyak jumlahnya, danau buatan, tempat pemandian umum yang luas dan taman- taman. Lebih dari itu, hampir setiap rumah memiliki sebuah bak mandi, dan orang Romawi mandi setiap hari. Tetapi kemudian, seperti juga sekarang, ada orang-orang yang menyadap saluran air itu secara diam- diam dengan maksud menghindari pembayaran. Ini berarti bahwa suatu regu penyelidikan harus dipekerjakan.

Jika Epafroditus tiba di Roma pada bulan Nopember, ia tidak akan melihat akibat dari banjir tahunan yang hampir setiap tahun terjadi. Tetapi jika ia datang di musim semi, dan jika ia datang melalui laut, ia mungkin akan merasa ngeri melihat penghancuran yang diakibatkan oleh banjir Sungai Tiber. Tacitus menulis: "Manusia tersapu oleh ombak atau terhisap oleh pusaran ombak; binatang-binatang penghela, muatan, dan mayat-mayat mengapung menghalangi jalan."

Emporium, bangunan untuk pusat perdagangan yang panjangnya seribu kaki, terletak di sebelah timur Sungai Tiber. Di sini Epafroditus dapat melihat - dan merasakan - luasnya perdagangan yang mengalir masuk dan keluar Kota Roma. Di tengah sesaknya toko-toko kecil dan para pedagang, seseorang dapat mendengarkan obrolan dan tawar-menawar yang dilakukan dalam dua belas macam bahasa. Dalam beberapa hal Emporium ini menyerupai Bazar Raksasa di Kota Istambul yang modern.

Hampir segala sesuatu dapat dibeli di Roma. Angsa-angsa dibawa melalui jalan-jalan raya dari daerah Belgium yang jauh. Hal ini dilakukan untuk memuaskan permintaan para pembeli yang ingin makan hati angsa. Dari bagian lain dunia berdatangan sutra, anggur, emas, gandum, gading gajah. Seseorang dengan mudah dapat membeli madu, kertas dari kulit, obat, buah, gelas, parfum, intan permata.

Biasanya para budak dijual pada pelelangan umum; dan karena selalu ada permintaan tetap, ada banyak tempat pelelangan budak. Pada suatu pelelangan khusus, seorang budak yang dirantai tangan dan kakinya ditempatkan pada suatu panggung dan berdiri di depan para penawar. Sebuah gulungan kertas yang bertuliskan suatu jaminan untuk enam bulan digantungkan di leher budak itu. Dalam dokumen ini ditulis nama, kebangsaan, kecakapan, dan sifat budak itu. Tak ada orang yang mau membayar mahal untuk seorang budak yang menderita penyakit ayan. Biasanya ada seorang dokter yang menjaga. Dokter akan menyuruh budak itu menanggalkan pakaiannya dan kemudian ia akan mengumumkan keadaan fisik budak itu kepada pembeli yang berminat.
Harga budak-budak ini bermacam-macam. Para saudagar seringkali ikut serta dalam pasukan-pasukan Romawi. Setiap akhir suatu kemenangan, sebuah tombak ditancapkan ke dalam tanah dan seorang pedagang budak dapat mulai membeli. Para jenderal menyenangi sistem seperti ini. Penjualan budak ini menghindarkan mereka dari persoalan tawanan perang.

Sementara para tawanan dibawa ke tempat ini untuk dijual, di atas kepala mereka masing-masing diletakkan sebuah rangkaian bunga berbentuk lingkaran yang menyatakan: sub corona venire - dijual di bawah mahkota. Tawanan perang yang dijadikan budak itu harganya paling rendah sedolar seorang. Harga murah ini bisa dimengerti sebab banyak budak akan mati sebelum mereka mencapai pasar budak di Roma. Karena tidak terbiasa menjadi budak, banyak tawanan perang yang membunuh diri. Seorang budak yang berpendidikan akan mahal harganya, karena mereka bisa dipakai untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan keahlian tertentu. Tetapi harga seorang budak biasa kurang dari 100 dolar. Horace pada sekitar tahun 65 - 68 s.M. menyebutkan tentang seorang budak yang dibeli Marcus Scaurus seharga 28.000 dolar.

Pada waktu pelelangan, para budak yang tidak memiliki suatu jaminan memakai topi dan budak-budak yang didatangkan dari luar negeri diberi tanda putih di kakinya. Alasannya ialah bahwa ada suatu tugas khusus bagi budak-budak yang datang dari luar.

Berbelanja di Roma sama halnya seperti berbelanja di suatu kota modern. Pada saat itu uang kertas belum ada. Tetapi pajak penjualan sudah ada, dan harus dibayar kontan.

Jika Epafroditus kebetulan berhenti pada suatu toko buku, ia akan melihat keterangan-keterangan dan daftar-daftar judul ditempelkan di dinding sebelah luar. Toko-toko buku Romawi menjual gulungan-gulungan surat yang dibuat dari kulit dan papirus. Mereka juga menjual banyak naskah kuno - buku-buku yang sudah dijilid. Buku-buku diterbitkan dalam setiap edisi sebanyak 1.000 jilid, dan dengan mempertimbangkan bahwa buku-buku itu harus ditulis dengan tangan, harganya cukup pantas. Buku-buku kecil dijual seharga 1,50 dolar, sementara edisi lux yang sering kali dicantumkan juga potret pengarangnya, harganya sekitar 3 dolar.

Perpustakaan, baik pribadi maupun umum, sangat populer. Salah satu perpustakaan yang terkenal ialah Bibliotheca Ulpia yang didirikan oleh Trayan. Sering kali ada ruangan-ruangan baca di tempat pemandian umum. Seperti di zaman modern ini, perpustakaan-perpustakaan yang lebih baik sering kali dikunjungi orang-orang terkemuka.

Orang Romawi senang makan dan minum. Di Kota Roma saja 25.000.000 galon anggur dihabiskan setiap tahunnya. Jadi rata-rata setiap pria, wanita, anak, budak atau warga negara menghabiskan 2 liter anggur setiap minggu.

Orang-orang yang sangat kaya menghabiskan sebagian besar waktunya untuk makan. Suatu perjamuan khusus dimulai dari jam 4.00 sore dan berakhir tengah malam. Daging yang paling disukai ialah daging babi, dan menurut Pliny seekor babi sedikitnya dapat dihidangkan dalam lima puluh jenis masakan. Suatu makanan yang paling banyak disukai yang diciptakan oleh Tiberius dibuat dari hati seekor babi yang dimasak dengan buah ara. Pada perjamuan-perjamuan seperti ini meja-meja dihiasi dengan bunga-bunga, udara dipenuhi oleh bau parfum, dan para pelayan berpakaian rapi. Musik juga disediakan, dan wanita-wanita cantik menari, sering kali tanpa busana, atau hampir-hampir tanpa busana.

Segala macam masakan yang aneh-aneh dihidangkan di pesta itu. Belut dan siput merupakan makanan populer, begitu juga lidah burung Flamingo, sayap burung unta, dan burung penyanyi. Setelah seorang Romawi mengisi perutnya sehingga ia tidak dapat menelan makanan lagi, ia meminta izin keluar dan pergi ke vomitorium (tempat untuk memuntahkan makanan). Seneca mengeluh tentang praktek seperti ini. Ia berkata, "Vomunt ut edant, edant ut vomant - mereka muntah untuk makan dan makan untuk muntah." Setelah mereka memuntahkan isi perut, dengan terhuyung-huyung mereka kembali ke meja makan untuk makan lebih banyak lagi.

Berbagai macam suku bangsa saling berdesak-desakan di jalanan. Dan untuk mengenali mereka seseorang tidak perlu menjadi seorang ahli lebih dahulu. Kebanyakan orang Romawi bercukur rapi, yaitu sampai masa Hadrian. Guntingan rambut pertama dari seorang pemuda biasanya dipersembahkan kepada seorang dewa. Orang-orang Briton yang terbelakang cukup jelas dikenal karena badan mereka dihiasi tatto dan orangnya kasar.

Para budak juga mudah dikenal. Biasanya seorang budak memakai tunic, semacam kaos oblong yang panjangnya sampai ke lutut, dan sepatu kayu. Selain itu, jika mereka telah mencoba untuk melarikan diri, di dahinya dicap huruf F, yang berarti fugitivus. Sebagian yang lain memakai rantai metal di lehernya. Beberapa dari rantai leher ini masih disimpan dalam museum sampai sekarang. Ada sebuah kalung yang bertuliskan: Fugi. Tene me. Cum Revocaveris me d.m. Zonino, accipis solidum - "Saya telah melarikan diri. Tangkaplah saya. Jika Anda mengembalikan saya kepada majikan saya Zoninus, Anda akan menerima hadiah."

Jumlah penduduk orang Yahudi kira-kira 20.000 dan mereka berpakaian sama seperti orang-orang Yahudi yang tinggal di Yerusalem - berjenggot dan sebagainya. Walaupun mereka sering kali diusir dari Roma, biasanya kebanyakan dari antara mereka kembali lagi setelah amarah kaisar mereda. Tetapi secara keseluruhan orang-orang Yahudi tidak menonjol dalam bidang perdagangan pada waktu itu. Pedagang-pedagang terkemuka adalah orang-orang Syria dan Yunani.

Toga hanya dipakai pada kesempatan-kesempatan resmi, dan yang boleh memakainya hanyalah warga negara Romawi. Orang asing yang terkemuka pun tidak diperkenankan memakai jubah ini; dan bila seorang warga negara Romawi dibuang, ia harus meninggalkan toganya di Italia. Untuk pakaian sehari-hari, orang Romawi mengenakan blus. Tidak ada kancing atau kaos kaki. Biasanya kaum pria memotong pendek rambut mereka. Tetapi ada beberapa pesolek yang memakai rambut palsu, dan kadang- kadang ada yang mencat kepalanya yang sudah botak. Wanita-wanita modern memakai pemerah pipi, mempunyai banyak budak yang menghabiskan beberapa jam untuk memotong kuku, mengeriting rambut, dan menghitamkan alis dan bulu mata mereka. Beberapa wanita mandi air susu keledai. Popaea, isteri Nero, begitu tertarik dengan gagasan ini, sehingga ke mana pun ia pergi, ia selalu membawa serta sekawanan keledai!

Karena sampai zaman Hadrian orang-orang Romawi masih membakar mayat, maka tidak ada kuburan-kuburan bergaya barat di Italia. Dan orang- orang Romawi yang mengubur jenazah biasanya dimakamkan di pinggir jalan raya. Mereka diperkenankan melakukan hal ini asalkan monumen kuburan itu dibangun secara luas. Sisa-sisa reruntuhan kuburan ini masih dapat dilihat di sepanjang jalanan Apia.

Karena tidak mempunyai tempat kuburan untuk jenazah, orang Yahudi menggali saluran-saluran di bawah tanah di luar kota dan menguburkan jenazah-jenazah dalam dinding-dinding di bawah tanah. Batu vulkanis yang lunak yang dikenal dengan nama tuga, sangat mudah dipotong. Pada waktu itu ada pekerja-pekerja yang dikenal sebagai para penggali kuburan. Dengan demikian lahirlah suatu sistem penguburan di dalam tanah yang terkenal. Setelah kematian Paulus, orang-orang Kristen mulai membangun kuburan-kuburan baru di dalam tanah. Mereka memakai terowongan-terowongan tempat kuburan itu sebagai tempat persembunyian, dan kadang-kadang mereka menggali ruangan-ruangan yang sangat besar untuk mendapatkan tempat ibadah yang cukup luas.

Panjangnya dan luasnya tempat kuburan di dalam tanah di bawah Kota Roma yang modern itu kira-kira 600 mil.

Bilamana orang-orang asing yang miskin mati di Roma, jenazah-jenazah mereka dilemparkan ke dalam lubang persegi empat sedalam dua belas kaki di sebelah timur Bukit Esquiline. Kuburan masal ini berfungsi juga sebagai kuburan binatang. Karena lubang itu tidak ada tutupnya, bau busuknya tak tertahankan. Daerah ini seperti sebuah kota tempat pembuangan sampah. Sampah yang tidak dapat dibuang melalui sistem saluran tertentu diangkut ke tempat itu. Bukit ini juga berfungsi sebagai tempat untuk menghukum para penjahat kriminil. Setelah mereka mati tersalib, mayat mereka tidak dilepaskan dari salib itu. Tubuh yang sudah mati itu dibiarkan tergantung sehingga dapat dimakan burung, serigala dan binatang buas pemakan bangkai lain yang tinggal bergerombol di situ.

Pada akhir pemerintahannya, Agustus menyombongkan diri dan berkata, "Ketika aku menemukan Roma, kota ini dibangun dari batu merah, tapi ketika aku meninggalkannya, kota ini telah terbungkus dengan batu marmer." Dalam banyak hal memang benar. Dalam perjalanan ke tempat tinggal Paulus, Epafroditus pasti melihat batu marmer di setiap sisi jalan. Ada barisan tiang penopang atap yang tinggi terbuat dari batu marmer, bangunan-bangunan umum yang putih mengkilap, dan banyak kuil untuk memuja para dewa. Suetonius mencatat bahwa Agustus "memperbaiki kuil-kuil yang hancur dan terbakar, memperindahnya secara mewah: misalnya sebuah sumbangan untuk Capitoline Jupiter yaitu 8.000 kg emas dan juga mutiara . . ." (The Twelve Caesars, karangan Seutonius). Untuk mendapatkan keindahan, ia tidak menghemat uang.

Tetapi, bangunan Colosseum belum ada pada zaman Paulus. Sebelum bangunan ini didirikan, kebanyakan orang pergi melihat peristiwa- peristiwa olah raga di Circus Maximus.

Persoalan lalu lintas tidaklah serumit seperti di kota-kota besar sekarang. Tetapi mereka masih mengalaminya, dan mereka terpaksa mengambil tindakan drastis. Caesar Yulius mengumumkan:
Sesudah matahari terbit atau sebelum sepuluh jam pertama pada hari itu . . . seorang pun tidak diperkenankan mengendarai sebuah kereta di jalan-jalan di daerah pinggiran di mana ada banyak perumahan, kecuali ada keperluan penting ... untuk mengangkut bahan-bahan bangunan kuil- kuil para dewa yang abadi atau pekerjaan-pekerjaan demi kepentingan umum, atau memindahkan sampah-sampah kota ... (Dikutip dari The Appian Way, A Journey, karangan Dora Jane Hamblin dan Mary Jane Crunsfeld.)

Apakah lalu lintas berjalan di sebelah kanan atau di sebelah kiri tidaklah diketahui. Tetapi Albert C. Rose berpendapat bahwa sisi jalan itu "bermacam-macam, tergantung di mana si pengemudi duduk memegang kendali dan keretanya."

Kota Roma pada zaman Perjanjian Baru merupakan suatu kota tua yang kuat. Jika semasa Paulus di penjara ada orang yang berpendapat bahwa Kerajaan Romawi akan runtuh, orang itu tentu dianggap gila. Tetapi hal itu benar-benar terjadi. Dalam tabun 410, Alaric dan suku bangsa Goth menyapu Italia. Mereka bahkan menduduki Roma dan menjarahnya secara mengerikan selama tiga hari. Dan setengah abad kemudian Roma diduduki sekali lagi dan dijarah - kali ini oleh bangsa Vandal.
Ironisnya, kaisar terakhir Roma adalah seorang anak yang bernama Romulus - nama yang sama dengan pendiri kota itu menurut dongeng. Drama yang mengerikan ini memberi ilham pada seorang penyair Persia untuk menulis: "Laba-laba menenun tabir-tabir di dalam istana Caesar; burung hantu memanggil para penjaga menara Afrasiab."



Sumber :
Charles Ludwig, KOTA-KOTA PADA ZAMAN PERJANJIAN BARU, Kalam Hidup, Bandung, 1975, Halaman : 16 – 31



DOMINASI ROMA DI TANAH PALESTINA, 63 SM, - 66 M



Campur tangan muncul menjelang penaklukan Romawi atas Syria dan penghapusan monarki Seleukid. Kita telah melihat betapa Pompeius melindungi perbatasan-perbatasan selatan dan timur kekaisarannya dengan kerajaan-kerajaan bawahan. Kebijaksanaannya adalah mempertahankan kerajaan-kerajaan tersebut tetap kecil, dan kerajaan Hasmoni pun dikurangi ukuran dan kekuasaannya. Kota-kota Yunani disepanjang pantai Laut Tengah dan di Dekapolis, yang oleh keluarga Hasmoni dipaksa menerima Yudaisme, mendapatkan otonomi dan penduduk Yunani pun kembali ke sana. Kota-kota menara Strato, Seforis, dan Skitopolis juga memperoleh otonomi untuk membentuk sebuah penghalang efektif antara wilayah-wilayah Yahudi Galilea di utara dan Yudea serta Idumea di selatan. Dari sudut pandang Roma, hal ini semata-mata berarti pengembalian wilayah itu kepada penduduknya semula, yang dapat diharapkan setia kepada pelindung mereka, orang Romawai, dan mempertahankan wilayah Yahudi dalam batas-batas yang aman. Bagi kaum nasionalis Yahudi, ini adalah pelanggaran yang tidak adil atas kekuasaan kerajaan Hasmoni yang sah. Lebih lanjut, banyak orang Yahudi yang diusir dari kota-kota ini di Galilea, Dekapolis dan wilayah pantai kehilangan perdagangan dan miliknya ketika penduduk berkerumun kewilayah Yudea yang terbatas.

Akan tetapi, para pangeran Hasmoni akan lebih prihatin dengan perang mereka satu sama lain, dan sebagai sebuah negara bawahan dari orang- orang Romawi Yudea menjamin pion dalam tipu daya para politikus besar di Roma. Pada tahun 55 sM. Seorang penguasa baru diangkat oleh Roma untuk memerintah Yudea dengan gelar "Prokurator". Dia adalah Antipater, seorang pengeran dari dari suku Iduman (yang telah dipaksa memeluk agama Yudaisme oleh keluarga Hasmoni) yang dianggap sebagai orang luar oleh kaum tradisionalis.

Herodes, anak Antipater, belajar memainkan permainan Romawi dengan lebih baik dari pada ayahnya, dan ia berhasil diakui pada tahun 43 sM. Sebagai "raja" Yudea, yang mencakup Galilea, Perea dan Samaria. Jabatan imam agung dipisahkan dari jabatan kenegaraan, dan muncul perlawanan keagamaan yang cukup besar terhadap kedudukan Herodes sebagai raja. Herodes membutuhkan waktu beberapa tahun untuk memaksakan pemerintahannya. Pada tahun 27 sM. Ia menerima dari Kaisar Agustus pemerintahan atas sejumlah kota Yunani kuno di pantai dan di pedalaman, dan belakangan ia menerima sebuah wilayah yang luas di Timur dan Timur Laut Galilea, termasuk Gaulanitis, yang kini dikenal dengan Dataran Tinggi Golan. Wilayah ini jarang penduduknya, sehingga Herodes mengambil kesempatan untuk membangun kota-kota baru di sana, untuk mengurangi kelebihan penduduk di tanah Yudea. Orang-orang Yahudi yang menetap di kota-kota ini lebih setia kepadanya dari pada mereka yang tinggal di Yudea, yang selalu menganggapnya sebagai orang asing, yang lebih memihak pada Helenisme dari pada Yudaisme. Dan dalam banyak hal ia memainkan peranan sebagai monarki Helenis yang kafir. Di Samaria ia membangun kota baru, Sebaste dan di menara Strato di pantai ia membangun kota baru Kaisarea. Yang menonjol ialah bahwa kedua kota itu dinamai sesuai dengan - dan mencakup kuil-kuil anggota - keluarga kerajaan. Sebuah teater Yunani dan tempat pacuan kuda dibangun di Yerusalem. Bahasa Yunani adalah bahasa resmi pemerintah. Guru-guru Yunani mengajar di keluarga raja. Di pihak lain, untuk meredakan sentimen Yahudi, Herodes melakukan investasi dalam pembangunan kembali Bait Suci di Yerusalem yang sangat indah. Dinding-dinding yang indah, yang salah satunya bertahan sebagai Dinding Barat atau Tambok Ratapan, menopang sebuah teras besar; di sana sebuah Bait Suci yang baru bangun, dengan ukuran dan hiasan yang tidak pernah ada sebelumnya,. Pekerjaan dimulai pada tahun 23 sM. dan baru selesai pada tahun 64 M.

Dalam kenangan satu atau dua generasi berikutnya Herodes adalah orang luar yang memperlakukan orang-orang Yahudi dengan sombong, menyiksa orang Farisi yang setia menentang kegiatannya yang meyunanikan orang Yahudi dan membunuh tiga dari putra sendiri. Pada waktu kematiannya kebencian berubah menjadi perlawanan aktif diseluruh kerajaannya. Di Yerusalem, di pedesaan Yudea, Perea dan Galilea, gerombolan-gerombolan gerilya mengorganisir diri di sekitar tokoh- tokoh kharismatik, yang bagi para pengikutnya tampaknya memuat ciri-ciri Mesias yang telah lama dinantikan. Kini, tergantung pada sudut pandang kita apakah mereka akan kita sebut pejuang kemerdekaan atau teroris. Gangguan-gangguan itu menurut gubernur Romawi di Syria, Quinctilius Varus, untuk turun tangan secara militer pada dua kesempatan terpisah pada tahun 4 sM. Penyerbuan-penyerbuan berkhir di Yerusalem dengan penyaliban dua ribu tahanan Yahudi, sehingga meningkatkan warisan kebencian dan perlawanan umum yang didapat pengganti Herodes.

Menurut Kitab-kitab Injil, Yesus dilahirkan tidak lama sebelum kematian Herodes Pada tahun 4 sM.

Dalam wasiatnya Herodes meninggalkan kerajaannya kepada tiga putranya yang masih hidup, dan setelah pembicaraan-pembicaraan yang panjang di Roma (kerena hampir semua anggota keluarga Herodes berhasil hadir dan mengajukan tuntutan mereka) Kaisar Agustus mengesahkan pengaturan ini. (Peristiwa ini mungkin tercermin dalam kisah raja yang bepergian jauh dalam perumpamaan tentang talenta, Luk. 19:12-27.) Bagian selatan Yudea dan Samaria diperintah oleh Arkhelaus, yang mendapat gelar etnarch. Galilea dan Perea diserahkan kepada saudara Arkhelaus, Herodes Antipas, yang seringkali diacu dalam kitab-kitab Injil sebagai Herodes saja. Saudara tiri Arkhelaus, Filipus, mendapatkan wilayah Timur Laut kerajaan, wilayah-wilayah baru yang telah diterima Herodes antara tahun 23 dan 20 sM. Baik Atipas maupun Filipus mendapatkan gelar tetrarch ("pemimpin dari seperempat bagian").

Wilayah Filipus sebagai tetrarch, yang diperintahnya sampai kematiannya pada tahun 34 M, mencakup banyak kota Yunani, dan bahkan orang-orang Yahudi di sini relatif puas dengan keluarga Herodes. Akibatnya, pemerintahan Filipus relatif tenang. Ia membangun lagi desa nelayan Betsaida di sudut Timur Laut danau Galilea (Mrk. 6:45; Luk 9:10) sebagai kota Helenis yang dinamai Yulias, untuk menghormati putri Agustus, dan lebih jauh di utara ia mengganti Paneas dengan kota Helenis baru yang disebut Kaisarea Filipi (mat 16:13 dan paralelnya).

Herodes Antipas memerintah Galilea sebagai tetrarch sampai Kaisar Gaius menggulingkannya pada tahun 39 M. Warganya termasuk Yesus dari Nazaret dan Yohanes Pembabtis. Antipas paling banyak mengundang perhatian kita dalam kitab-kitab injil, karena ia menghukum mati Yohanes, yang mengangkat perkawinan Antipas dengan Herodias sebagai masalah masyarakat, sebuah perkawinan yang melanggar dua hukum Yahudi (Mat. 14:1-14; Luk. 3:19-20). Versi Markus (6:17-27) memberikan kita sepintas kahidupan di istana Antipas yang penuh dengan pejabat istana, perwira militer, orang-orang terkemuka, seorang ratu yang berkomplot dan bahkan seorang putri penari kerajaan (Salome, putri Herodias dan putri Filipus sang tetrarch). Cara Antipas mangawasi adat-istiadat Yahudi dengan semaunya juga di perlihatkan di ibu kota baru yang di bangunnya di Danau Galilea. Meskipun dinamai Tiberias, untuk menghormati kaisar yang memerintah tahun 14-37 M., kota itu dimaksudkan untuk menjadi lebih Yahudi daripada bukan Yahudi. Namun pada pembangunannya ditemukan pekuburan tua dalam batas kota, yang menyebabkan kota itu tak cocok untuk ditinggali menurut mata orang-orang ortodoks. Herodes meneruskan pembangunannya tetapi hanya mampu membujuk sebagian kecil orang Yahudi untuk pindah ke sana.

Pengganti Herodes yang paling tidak bahagia adalah Arkhelaus (Mat. 2:22), yang menghadapi perlawanan politik sejak permulaan pemerintahannya. Kita tidak tahu banyak mengenai rinciannya, tetapi pada tahun 6 M. Orang-orang Samaria maupun Yahudi bersatu di sebuah kedutaan Romawi yang berhasil dalam membujuk Agustus untuk menggulingkan Arhelaus dan membuangnya ke Galia.

Wilayah Arkhelaus dianeksasi dalam kekaisaran Romawi sebagai sebuah provinsi kerajaan yang dikuasai oleh seorang pemimpin dari jajaran ksatria. Gubernur provinsi Syria jauh lebih penting melaksanankan pengawasan dan sekali-sekali ikut campur dalam urusan-urusan Yudea. Misalnya, ketika Provinsi Yudea diorganisasi Kirenius, gubernur Syria, melakukan sensus umum di provinsi yang baru itu, yang berulangkali diacu dalam kisah Lukas tantang kelahiran Yesus (2:2). Hal ini disebabkan dipaksakannya pajak perorangan terhadap penduduk, yang diacu Matius (22:15-22) dan Markus (12:14-17) dengan kata census; Lukas (20:21- 26) mengunakan kata Yunani untuk upeti. Pusat adminitratif provinsi Yudea terletak di pantai Laut Tengah, di kota Helenis yang dibangun Herodes Kaisarea; dari sana gubernur memimpin banyak sejumlah kecil pasukan. Di Yerusalem Sanhedrin berfungsi sebagai senat provinsi, yang anggota-anggotanya diambil dari keluarga-keluarga terkemuka dalam pola provinsi yang lazim. Pejabat yang memimpinnya adalah imam agung, yang pada mulanya (sejak tahun 6-15 M.) adalah Hanas; bahkan ketika jabatan itu dialihkan kepada orang-orang lain, imam agung tatap menjadi tokoh politik Yudea setelah gubernur (Mat. 26:3; Luk. 3:2; Yoh. 18:24; Kis. 4:5-6).

Kebijaksanaan resmi Roma yang hati-hati dalam mempertahankan otonomi Yahudi dalam masalah-masalah keagamaan dan dalam mengizinkan orang Yahudi di seluruh dunia membayar pajak tahunan sebesar setengah syikat untuk memelihara Bait Suci. Orang-orang Yahudi dikecualikan dari tuntutan biasa untuk ikut serta dalam ibadah kekaisaran. Sebaliknya, kurban (dua ekor anak domba dan seekor sapi jantan) dipersembahkan setiap hari di Bait Suci atas nama kaisar.

Dalam banyak hal pemerintahan Roma bersifat lunak, tetapi peristiwa-peristiwa tertentu mengikis kaum tradisionalis Yahudi yang teringat kekuasaan independen keluarga Hasmoni yang besar dan yang telah melihat banyak perubahan pengaturan administrasi, Misalnya, pakaian yang dikenakan oleh imam agung untuk upacara-upacara khusyuk tidak disimpan olehnya melainkan melainkan di benteng Antonia, di kawal oleh tentara-tentara Romawi. Sensus oleh Kirenius sendiri adalah penyebab rasa kebencian besar, yang mengkristal disekitar tokoh kharismatik dari Galilea yang bernama Yudas (Kis. 5:37). Yang pengikut-pengikutnya kemudian pada tahun-tahun berikutnya sebagai orang-orang Zelot.

Tidak dari seorang pun dari gubernur Romawi di Yudea antara tahun 6 dan 66 M. yang tampak jelas-jelas bijaksana. Kita mengetahui paling banyak tantang Pontius Pilatus, gubernur dari tahun 26 sampai 36; dengan adanya sifat sumber-sumber kita, yang kita ketahui adalah benturannya dengan lawan-lawan pemerintah Roma. Misalnya, pada awal masa jabatanya ia menempatkan sebuah satuan baru untuk tugas pengawalan di benteng Antonia di Yerusalem. Satuan yang baru itu, berbeda dengan para pendahulunya, diidentifikasikan dengan panji-panji yang dihiasi dengan kalung patung dada kaisar. Tampaknya ini adalah penghinaan langsung secara sengaja terhadap larangan Yahudi untuk membuat patung pahatan. Belakangan, untuk membiayai sebuah saluran yang baru di Yerusalem, Pilatus merampas uang dari perbendaharaan Bait Suci, sebuah pelanggaran hukum romawi maupun Yahudi. Dalam kisah lain, ia memasang perisai-perisai yang dihiasi dengan namanya sendiri dan nama Kaisar Tiberius dipasang di dinding-dinding Herodes, tempat tinggalnya sendiri di Yerusalem. Dalam semua insiden ini Pilatus dipaksa mundur, biasanya dengan ancaman atau dengan realitas kekerasan Yahudi. Manuver diplomatik juga memainkan peran. Seyanus, Penasihat utama bagi kaisar Tiberius (14-37 M.), tampaknya telah mendorong perilaku anti Yahudi diseluruh kekaisaran; setelah Seyanus dihukum dengan tuduhan berkhianat pada tahun 31 M. Tiberius tampaknya lebih bersimpati pada keinginan-keinginan para pemimpin Yahudi setempat di Sanhedrin. Karena itu, dalam mempertahankan posisinya Pilatus tampaknya bertindak agak hati-hati dalam menghadapi imam agung dan rekan-rekannya. Hal ini mungkin menjelaskan perilaku pada peradilan Yesus. Juga peranan Barabas yang mungkin sekali adalah salah seorang Zelot. Kalau demikian, kegiatan-kegiatan terorisnya tentulah telah menyebabkan ia ditangkap (Mrk. 15:7).

Pilatus digantikan sebagai pemimpin pada tahun 36., dan gubernur Syria, Vitelius, berusaha melunakkan orang-orang Yahudi dengan serangkaian tindakan rujuk yang mencakup pengembalian pakaian-pakaian keagamaan untuk dijaga oleh imam agung.

Pemerintah Kaisar Gaius (37-41.), yang digelari Caligula, ditandai oleh usahanya untuk menghapus ibadah Yahudi di Yerusalem dan menggantikannya dengan penempatan sebuah patung bagi dirinya untuk disembah di Bukit Bait Suci. Ini dilakukan sebagai pembalasan atas sebuah peristiwa di Yamnia; di sana orang-orang Yahudi menyerang dan mencemari sebuah mezbah baru yang telah dibangun oleh orang-orang Yunani di kota tersebut untuk menghormati ibadah kekaisaran. Gaius di bunuh sebelum ia memaksakan penyelesaian proyek tersebut. Salah seorang yang argumen dan permohonannya menyebabkan rencana itu tertunda adalah Agripa I, cucu Herodes Agung. Ia dibesarkan di Roma dan menjadi sahabat baik Gaius dan juga Claudius, yang menggantikan Gaius sebagai kaisar dan memerintah dari tahun 41-54 M.

Untuk menenangkan ketegangan-ketegangan yang muncul di Yudea, Cludius mengangkat Agripa menjadi raja; dari tahun 41 M sampai kematiannya di di tahun 44 ia memerintah Galilea, Perea dan Yudea. Sekali lagi berdiri sebuah kerajaan yang merdeka dibawah wangsa kerajaan Herodes yang dapat mengklaim paling tidak sejumlah keabsahan dimata orang-orang Yahudi. Di kerajaannya sendiri Agripa, yang neneknya adalah anggota wangsa Hasmoni, menampilkan dirinya sebagai orang Yahudi yang berbakti dan saleh. Ia melaksanakan perayaan-perayaan, memberikan persembahan harian dan menegaskan dominasi Yudaisme Farisi atas sekte-sekte pembangkang, dengan menghukum mati dan memenjarakan para pemimpin komunitas Kristen di Yerusalem (Kis. 12:1-9). Di pihak lain, pendidikannya di Roma telah memberikannya simpati-simpati pro-Romawi dan selera Helenisme yang jelas. Ia lebih suka tinggal di kota Yunani, Kaisarea, daripada di Yerusalem, mata uangnya di cap dengan gambarnya, dan ia merayakan sebuah perayaan ibadah kekaisaran, ketika ia diserang usus buntu dan meninggal dalam rasa sakit yang hebat menurut orang-orang saleh, ia menjadi korban pembalasan ilahi karena mengijinkan masyarakat menyambutnya dengan cara-cara yang dengan ibadah penguasa, ibadah raja-raja Helenis.

Ketika Agripa I meninggal, kaisar sekali lagi menjadikan Yudea sebuah provinsi Romawi, dan dengan demikian menjadikan kontrol Romawi lebih kuat, tetapi juga mengecewakan harapan-harapan kaum nasionalis Yahudi. Ini adalah kali ketiga dalam ingatan mutakhir bahwa sebuah kerajaan Yahudi digantikan oleh kekuasaan Romawi di tahun 63 sM., tahun 6 M. dan kini di tahun 44. Insiden-insiden ketidakpekaan Romawi meningkatkan rasa kecewa ini; gubernur Romawi pertama, yang kini disebut prokurator, berusaha untuk kembali menguasai pakaian kebesaran imam agung; dibawah Cumanus, prokurator dari tahun 48-52, seorang prajurit yang sedang bertugas jaga secara tidak sopan menelanjangi dirinya kepada kerumunan pada hari raya paskah; dan dan ketika sekelompok peziarah Yahudi dari Galilea diserang oleh bandit-bandit Samaria, pemerintah tidak menangapinya. Gerakan Zelot meningkatkan jumlah dan efektifitas serangan-serangan teror mereka, mengancam dengan hukuman mati setiap orang Yahudi yang bekerja sama dengan penguasa Romawi. Sebuah serangan dilancarkan dari padang gurun dan dan hampir merebut Yerusalem; serangan ini dipimpin seorang Zelot yang di gelari "orang Mesir" , yang mesih menjadi keprihatinan pemerintah pada saat Paulus ditangkap (Kis. 21:38). Para pemimpin agama dan politik, Sanhedrin, memanfaatkan gejolak ini untuk tujuan-tujuan mereka sendiri, menjegal lawan-lawannya pada setiap kesempatan dan menghukum para pembangkang seperti orang-orang Kristen. Pemimpin-pemimpin kharismatik muncul diberbagai bagian provinsi dan harapan-harapan akan pembebasan segera dari dominasi Romawi dibakar oleh khotbah-khotbah kenabian dan sastra apokaliptik, yang meramalkan bahwa orang-orang Yahudi akan menang dibawah seorang Mesias yang akan segera datang. Orang-orang Romawi beraksi dengan langkah-langkah tandingan dengan menghukum mati para teroris dan menangkap orang banyak yang berkumpul mendengarkan khotbah-khotbah para "nabi" dan "Mesias". Dua orang prokurator dari masa ini muncul dalam kisah Perjanjian Baru: Feliks (52-60 M). Yang menikah dengan Drusila, putri Agripa I (Kis. 24:24); dibawah dia pengadilan atas Paulus berlangsung berkepanjangan sampai dua tahun (Kis. 24:27); dan Porsius Festus (60-62M.), yang mendengar kasus Paulus dengan tergesa-gesa dan, setelah berkonsultasi dengan Agripa II, saudara laki-laki Drusila dan penguasa sebuah kerajaan bawahan kecil yang berpusat di tetrarkhi Filipus, memenuhi permintaan Paulus agar dikirim ke Roma untuk diadili (Kis.24:27 sampai 26:32).


Perang Yahudi dan Sesudahnya


Kehancuran Hukum dan ketertiban yang terus berkembang di provinsi Yudea membawa Pada revolusi besar-besaran malawan kekuasan Romawi di tahun 66 M. Sebuah pertikaian antara orang-orang Yunani dan Yahudi di Kaisarea menyebabkan pemeran kekuasaan yang tidak simpatik yang di pimpin oleh Gesius Florus sang prokurator. Orang-orang Zelot menjawab dengan merebut benteng yang dibangun oleh Herodes di Masada dan membunuh banyak perwira Romawi di sana. Lembaga imamat di Yerusalem bergabung dengan pemberontakan dengan menghentikan kurban-kurban atas nama kaisar, yang menyebabkan pernyataan perang terhadap kekaisaran Romawi. Kekaisaran Romawi menjawab dengan mengirim Vespasianus dan putranya, Titus, melawan provinsi yang mamberontak. Pada pertengahan tahun 68 M., pasukan-pasukan mereka telah memperoleh kembali kekuasaan atas seluruh wilayah kecuali Yudea Timur. Kematian Kaisar Nero menyelingi peperangan Romawi, dan sebuah peperangan saudara Romawi berkepanjangan sampai satu tahun pemenangnya adalah Vespasianus sendiri, yang kini menjadi Kaisar yang baru.

Titus melanjutkan peperangan tersebut. Ia mengepung Yerusalem selama setahun penuh dan akhirnya menyerbu Bukit Bait Suci pada pertengahan tahun 70. Ia memasuki ruang mahasuci, merebut peralatan suci untuk menghiasi kemenangannya di Roma dan kemudian membakar Bait Suci itu sendiri. Ia masih membutuhkan satu bulan lagi untuk menghabisi perlawanan terakhir di dalam kota, dan kemudian Titus memerintahkan penghancuran tembok-tembok hingga rata dengan tanah dan penutupan Bait Allah. Operasi-operasi pembersihan terus dilakukan terhadap benteng-benteng yang diduduki orang-orang Zelot. Yang terakhir jatuh, pada tahun 73 M ., adalah Masada.

Orang-orang Romawi mengambil langkah-langkah yang berat untuk menjamin ketenangan Yudea pada tahun-tahun sesudah 70 M. Kedudukan gubernur ditingkatkan pangkatnya setara dengan utusan kaisar dan diberikan kepada orang-orang yang berkualitas tinggi dengan pengalaman dalam administrasi provinsi. Pasukan militer juga diperkuat, dan sebuah legiun lengkap dengan tentara profesional ditempatkan di Yerusalem, lokasi yang paling besar memiliki kemungkinan meletus di kemudian hari. Penjagaan ketat dilakukan untuk manghalangi setiap kemungkinan munculnya para Mesias sebelum mereka memperoleh pengikut, dan keturunan Daud dikenai pemerikasaan khusus dan penganiayaan.

Pengahancuran Bait Suci dan penghapusan jabatan imam dan Sanhedrin merupakan tiitik balik yang penuh bencana dalam sejarah Yahudi. Kurban-kurban yang diperintahkan dalam kitab-kitab Tora tidak dapat lagi dilaksanakan melainkan hanya diingat dalam kenangan bangsa Yahudi. Kebiasaan lama, yang ditorerir oleh orang-orang Romawi, mambayar pajak setengan syikal per orang per tahun untuk mempertahankan ibadah Bait Suci di Yerusalem sementara dibuat tidak berguna, tetapi orang-orang Romawi menuntut orang-orang Yahudi diseluruh kekaisaraan untuk membayar jumlah yang sama, dua dirham, kepada kekaisaran, tampaknya untuk mempertahankan ibadah Yupiter, yang telah mengalahkan Yahweh dan umat-Nya. Untuk menghadapi apa yang telah terjadi, sebagian orang Yahudi. Seperti orang-orang Farisi berusaha mempertahankan tentang tradisi-tradisi lama dan menyesuaikan dengan lingkungan-lingkungan yang baru. Yang lain, seperti golongan Zelot mencari penghiburan dalam pengharapan akan seorang Mesias yang akan memulihkan kekuasaan bangsa Yahudi. Ke duanya menantikan dan mengharapkan pemulihan ibadah imamat yang sempurna di Yerusalem.
Antara tahun 115 dan 117 M., sumber-sumber Romawi maupun Yahudi berkisah tentang pemberontakan Yahudi yang meletus di Kirene, Mesir, dan Siprus. Dalam menjawab janji-janji dari orang-orang yang mengangkat diri sebagai Mesias, orang-orang Yahudi ini bangkit dengan kekerasan melawan tetangga-tetangga mereka yang bukan Yahudi dan melawan pemerintahan. Di Palestina pada saat yang sama mungkin pula terjadi pemberontakan serupa, tetapi kita tidak mempunyai bukti langsung mangenai hal ini. Sebaliknya kita mendengar tentang revolusi yang meletus pada tahun 123 M., yang di pimpin oleh Shimon bar-Kosiba, seorang tokoh mesianis yang disebut Bar Kokhba ("Putra Bintang") oleh para pengikutnya dan belakangan oleh rabi-rabi yang kecewa, disebut Bar-Kozeba ("Putra Dusta"). Pemberontakan ini mungkin didorong oleh larangan Kaisar Hadrianus untuk mempratikkan sunat yang kemudian berkembang menjadi larangan mempraktikan agama Yahudi meskipun hal itu mungkin bukanlah maksud Hadrianus. Orang-orang Kristen Palestina tentu akan menolak klaim Bar-Kokhba sebagai Mesias dan barangkali tidak bergabung dalam revolusinya. Namun demikian, dokumen-dokumen baru yang di temukan baru-baru ini di gua-gua yang dipergunakan sebagai tempat persembunyian para pemberontak tampaknya memperlihatkan bahkan sejumlah orang bukan Yahudi bergabung dengan orang-orang Yahudi dalam perlawanan ini dan Bar Kokhba diangkat sebagai "nasi ('pangeran') Israel". Orang-orang Romawi mengirimkan sejumlah perwira terbaik mereka dengan delapan legiun, dan pada tahun 135 M . Revolusi tersebut dihancurkan, para pemberontak bertahan kelaparan ketimbang menyerah di gua-gua di perbukitan Yudea, dan mereka yang masih hidup di salibkan sampai ratusan jumlahnya. Hancurlah pengharapan bahwa sang Mesias akan segera datang. Kota Yerusalem dibangun kembali sebagai sebuah kota Helenis dengan nama Aelia Capitolina untuk menghormati keluarga kaisar. Sebuah kuil Zeus menghiasi puncak Gunung Bukit Suci, dan orang-orang Yahudi bahkan dilarang untuk memasuki kota.



Sumber :
John Stambaugh - David Balch, Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1997