Kamis, 15 Desember 2011

Sebuah Hadiah Untuk Kristus

Dr. W. A. Criswell
Matius 2:11
Anda sedang mendengarkan siaran ibadah dari Gereja First Baptist Dallas, Texas. Dan ini adalah Pendeta yang sedang menyampaikan khotbah pagi, sebuah khotbah Natal dari Injil Pertama pasal kedua.
Matius pasal dua: 
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem
Dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."
Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem.
Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan.
Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi:
Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."
Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak.
Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia."
Seorang munafik yang curang! Tujuan sebenarnya adalah ingin membunuh anak itu
Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada.
Keluar dari kediaman Herodes untuk mencari Anak itu.
Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka.
Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.
Dan teks saya serta khotbah kita berada di bagian yang paling akhir:
Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.
Ini merupakan sebuah hal yang mendasar yang terdapat di dalam hati manusia Allah, yaitu memberikan sebuah hadiah kepada Allah. Ini adalah sebuah reaksi yang alami.
Yang pertama, yang paling kuno dalam terjemahan bahasa Ibrani kata “persembahan” yang di terjemahkan dari kata minchah.  Dan arti dari kata minchah, dalam bahasa Ibrani memiliki arti “sebuah persembahan, sebuah hadiah.”
Anda akan menemukannya di dalam Kitab Kejadian pasal empat:
Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung dari kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka Tuhan mengidahkan Habel dan minchah-nya—kepada korbannya, kepada persembahannya, kepada hadiahnya.
Tetapi Kain dan  minchah-nya tidak diidahkanNya
Siapa yang mengajarkan anak-anak itu untuk memberikan sebuah minchah, sebuah hadiah kepada Allah? Hal itu secara alami datang dari dalam jiwa mereka.
Anda juga melakukan hal yang sama. Jika ada seseorang yang anda kasihi, tidak ada sukacita yang lebih tinggi di dalam hidup anda selain memberikan kepada seseorang itu sebuah minchah, sebuah hadiah, sebuah korban, sebuah persembahan.
Jadi hal itu merupakan sebuah reaksi yang natural dari hati seseorang yang mengasihi Kristus untuk memberikan kepadaNya sebuah korban dan sebuah hadiah: “Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur”
Yudas Iskariot adalah satu-satunya orang yang tidak memahami Maria, ketika perempuan itu mengambil botol pualam dari tasnya dan memecahkannya sehingga aroma Parfum memenuhi seisi rumah itu. Harum semerbak memenuhi rumah itu dan berasal dari tubuh dan kaki Tuhan Yesus.
Dia tidak mengerti akan hal itu. Dia hanya mencintai hatinya dan dia hanya mementingkan dirinya sendiri. Dia tidak mengerti akan hal ini.
Tetapi orang lain memahaminya. Hal itu dapat dilihat dalam reaksi yang diberikan Maria kepada Tuhan Yesus. Dia memberikan kepada Tuhan yang terbaik, hadiah yang paling berharga yang dia miliki.
Ketika Tuhan kita meninggal. Yusuf dari Arimatea berkata, “Dia boleh mendapatkan makamku. Aku memberikannya kepadaNya.”
Nikodemus berkata, “Aku akan membeli rempah-rempah dan membalsem tubuh Nya.”
Dan tahukah anda seberapa banyak yang dia bawa? Alkitab berkata dia membawa seratus pon. Pikirkan seberapa rempah-remapah yang dibawanya itu! Semuanya itu untuk Tuhan. Dan jika dibutuhkan sebanyak lima ratus pon, Nikodemus tetap akan membawanya untuk Tuhan—minchah-nya,  sebuah hadiah, sebuah persembahan.
Dan demikian juga dengan orang-orang bijaksana ini, orang-orang majus ini, imam-imam Zoroaster ini yang menemukan Allah di langit di dalam bintang-bintang—ketika mereka menemukan ank itu, mereka membuka harta mereka. Mereka telah mempersiapkannya sebelumnya. “Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.”
Dan mereka memberikan kepadaNya Emas. Dia adalah orang miskin. Tuhan Yesus lahir dalam sebuah kandang, dibaringkan dalam sebuah palungan, dibungkus dengan kain lampin, tidak seperti kain yang indah yang dipakai oleh anak kecil yang lahir di rumah anda, dia memiliki ibu yang miskin, tanpa pakian, tanpa kain, Dia hanya dibungkus dengan kain lampin.
Orang miskin yang sedang menuju Mesir. Dan saat mereka tinggal di Mesir, orang miskin itu telah mendapatkan pertolongan. Allah telah menyediakannya bagi mereka. Di dalam hati para imam Majus itu, Allah mengatur agar mereka memberikan emas sebagai hadiah bagi Anak itu.
Kita juga harus melakukan hal yang sama pada hari ini, tetapi dimanakah anda akan menemukanNya? Dimanakah anda akan menemukan Kristus pada hari ini? Saya ingin memberikan hadiah uang. Saya ingin memberikannya untuk Tuhan. Apa yang harus saya lakukan? Dimanakah anda akan menemukannya?
Salah satu hal yang paling indah dari semua bagian yang ditenun dalam pesan injil Kristus adalah hal ini: Bahwa Dia mengidentifikasikan diriNya dengan umatNya.
Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.
Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;
Ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?
Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?
Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?
Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
Ketika Tuhan menampakkan diri kepada Paulus—Saulus dari Tarsus—di jalan menuju Damsyik, Dia berkata, ‘Saulus, Saulus mengapa engkau menganiaya Aku?”—mengidentifikasikan diriNya dengan umatNya.
Ketika Tuhan berpaling ke Simon Petrus dan berkata, “Simon, apakah engkau mengasihi Aku?” Simon berkata, “Ya Tuhan, Engkau tahu bahwa akun mengasihi Engkau.”
Kemudian Yesus berkata, “Beri makan domba-dombaKu—Peliharalah domba-dombaKu.”
Dimanakah saya akan menemukan Tuhan, dan kemanakah saya akan membawa hadiah saya? Tuhan mengidentifikasikan diriNya dengan umatNya: Orang-orang yang lapar, orang-orang miskin, orang asing, yang telanjang, yang sakit, yang dipenjara dan yang membutuhkan. Di sanalah Tuhan berada.
Jadi, saya akan datang ke gereja malam ini, saya akan membawa sebuah hadiah bagi Kristus. Beberapa diantara adalah bahan makanan yang dibungkus dalam kertas putih. Beberapa di antaranya adalah pakaian yang akan dibungkus putih. Dan di dalam tangan saya, saya akan membawa uang. Dan semua itu akan diberikan bagi orang-orang miskin di negeri ini dan bagi orang-orang miskin di Negara-negara lain, serta suka-suku dan keluarga-keluarga yang lain. Di dalam cara inilah saya akan memberikan hadiah saya kepada Tuhan.
Ada tiga orang bijaksana yang telah memberi bagi orang lain pada saat Natal, dan saya berharap saya dapat melakukan kebaikan yang sama. Oh, tetapi kami tidak memiliki kisah dan pesan serta maksud yang sama
Bagi anda dan saya, untuk memberikan hadiah kepada orang lain pada saat Natal adalah sesuatu yang baik. Tuhan tidak akan menemukan kesalahan di dalam hal yang telah anda lakukan. Tetapi, oh jiwaku. Untuk memberikan hadiah bagi orang lain pada saat ulang tahunnya, bagi kami dan melupakan Dia, adalah sesuatu yang tidak termaafkan dan sukar untuk dilukiskan. Saya seharusnya memberikan sebuah hadiah bagi Tuhan.
Dan bagaimanakah saya dapat menemukan Dia diantara orang yang membutuhkan dari duniaNya? Satu orang Kongo Afrika datang kepada saya pada suatu waktu. Saya tidak tahu apakah dia telah menjadi orang Kristen dan apakah dia secara kebetulan saja berada di Sekolah Kristen. Tetapi di dalam kartu yang telah dia berikan—di bagian yang paling atas ada sebuah foto dan di bawahnya ada sebuah sajak yang dia tulis. 
Itu bukan sebuah syair. Tetapi dia memiliki sebuah kait yang tetap tinggal di dalam hati saya. Dan inilah pusi yang ditulis oleh orang Kristen hitam itu, dari Kongo Afrika, yang dia tulis di bawah fotonya.
Dia menyebutnya dengan “Sebuah Tangisan Dari Kongo”:

Kami berseru kepadamu, wahai orang Kristen
Mengapa engkau tidak memberitahu kami lebih cepat
Bahwa Kristus telah mati bagi engkau dan aku?
Seribu sembilan ratus tahun telah berlalu
Sejak murid-murid disuruh pergi
Kebagian bumi yang paling ujung dan memberitakan
Mengapa engkau tidak memberitahukan kami?
Dengarkanlah tangisan kami yang menyedihkan ini
Wahai orang-orang yang berdiam di negri Kristen,
Sebab Afrika berdiri di hadapanmu
Dengan permohonan dan tangan yang terbentang
Engkau mungkin tidak dapat datang dengan dirimu sendiri
Tetapi beberapa orang diantaramu mungkin dapat pergi
Mengapa engkau tidak mengirim kami para guru?
Mengapa engkau tidak membiarkan kami untuk tahu?

Ya, kita akan. Dan cara kita melakukannya adalah dengan hadiah yang kita bawa ini kepada Tuhan Yesus Kristus.
Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan.
Kemenyan: dari sejak dahulu, saat dia ditemukan, kemenyan yang dibakar telah menjadi simbol dalam menaikkan doa dari umat Allah kepada Bapa di sorga.
Ketika Zakharia dari rombongan Abia, masuk ke ruang maha kudus, dan  di sana, di depan altar emas, dan membakar ukupan ke hadapan Allah di sorga, pada saat doa malam, sementara orang-orang berkumpul di luar saat asap kemenyan naik ke hadapan Allah yang di sorga. Dan pada saat itu seorang malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan dan mengumumkan kelahiran sang pembuka jalan bagi Kristus dan kelahiran Kristus.
Itu adalah sebuah simbol dari doa yang dinaikkan oleh orang-orang. Dan pada tahun ini, permononan doa kita dinaikkan, dipersembahkan kepada Allah bagi perdamaian dunia.
Ketika saya berpikir tentang Natal, saya berpikir tentang kedamaian. Saya berpikir tentang bintang-bintang yang bersinar terang. Saya berpikir tentang pengharapan dunia. Natal: masa yang damai; saat Natal, merupakan lawan dari peperangan dan kebencian. 
Dan naynyian para malaikat, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan  kepadaNya,” damai dan kedamaian. Dan di dalam masa yang menakutkan, dan ancaman atom yang mengerikan, membuat setiap orang yang percaya kepada Allah dan yang memiliki keyakinan kepada Yesus Kristus,dimanapun mereka berada, betapa mereka harus bersungguh-sunggu dalam menaikkan permohonan doa mereka terhadap keadamaian dunia.
Saya tidak menyangkal atau merasa ragu, bahwa Amerika dapat menang dengan jaya dalam setiap pertempuran. Saya berpikir bahwa Amerika merupakan sebuah Negara yang memiliki kekuatan perang yang sangat besar di dunia. Akan tetapi, saya juga berpikir bahwa ketika kita menghancurkan mereka, itu berarti kita juga menghancurkan diri kita sendiri. 
Saya berpikir bahwa hal itu sama seperti dua orang  yang bergulat dan berkelahi di puncak gedung bertingkat 40 dan kedua jatuh di dalam perkelahian. Itulah yang akan terjadi kepada Amerika di dalam peperangan yang akan kita hadapi.
Kita akan memenangkannya, dan saya berharap demikian. Tetapi setelah memenangkannya, jenis Marshall Plan apa yang akan anda hasilkan untuk mengatasi kelaparan dari orang-orang yang bertahan hidup dan bangsa-bangsa yang telah mengalami keghancuran itu—jalur kereta api mereka, komunikasi mereka, kota-kota mereka yang telah menjadi timbunan debu dan puing-puing?
Apa yang akan anda lakukan dan kemana anda akan berpaling? Itu akan menyebabkan penderitaan, kemalangan, kemiskinaan dan keputusasaan. Perang, telah menjadi sebuah hantu pada hari ini yang menjadi sebuah ketakutan yang dapat melumpuhkan dirinya sendiri. 
Mereka mempersembahkan kepadaNya kemenyan: sebuah simbol doa—doa kita untuk perdamaian dunia, doa kita bagi kebebasan orang-orang yang berada dibawah penjajahan. Dan saya menggunakan frasa yang kita gunakan pada saat Natal—“damai sejahtera di bumi, “berdoa bagi mereka yang masih berada di dalam perbudakan.”
Beberapa waktu yang lalu saya sudah menyebutkan tentang berapa banyak orang pada hari ini yang masih berada di dalam penindasan? Tidak seorang pun yang tahu. Hanya Allah yang secara tepat mengetahui jumlahnya. Akan tetapi ada jutaan dan jutaan orang, bahkan setengah dari populasi dunia ini berada di bawah tirani besi. Mereka tidak tahu hari-hari yang akan terjadi atas mereka, ditangkap pada saat tengah malam, mengoyakkan ikatan keluarga, dan dikirim ke kamp. konsentrasi, kehancuran dari segala hal yang anda cintai dan yang anda kasihi. Mereka berada dibawah penindasan.
Siapakah yang dapat menghancurkan genggaman yang memegang dengan erat bangsa-bangsa dan masyarakat yang berada di bawah perbudakan pada hari ini? Siapa yang dapat melakukannnya?
Saya akan kembali kepada premis saya yang pertama. Jika kita berusaha dengan kekuatan, kita tidak hanya menghancurkan mereka, tetapi kita juga menghancurkan diri kita sendiri. Harus ada sumber dan permohonan yang lebih tinggi dan jalan yang lebih mulia dari pada harus menggunakan hydrogen dan bom atom.
Kekuatan itu harus terletak di dalam kuasa doa. Alfred Lord Tennyson berkata, “Semakin banyak doa yang harus ditempa dengan doa dari pada apa yang dicita-citakan oleh dunia ini.”
Hal itu akan lebih mudah seandainya ada sebuah revolusi yang terjadi di dalam Negara Soviet itu sendiri, bangsa merah yang besar itu. Mereka dapat bertengkar sendiri, di dalam perang saudara yang terjadi antara mereka—para pemimpin yang ada di Kremlin ataupun yang ada di Beijing, akan lebih mudah dengan cara itu, dari perpecahan yang terjadi diantara mereka mungkin akan ditemukan sebuah cara untuk membawa kebebasan bagi jutaan orang yang berada di dalam perbudakaan di dalam dunia ini.
Mengapa tidak meminta hal itu kepada Allah? Tuhan dari pada mengorbankan darah dari orang-orang kami dan bangsa-bangsa dunia di atas altar Mars dan perang, ya Allah, lebih baik Engkau campur tangan untuk melepaskan tawanan-tawanan dunia.
Dan mereka mempersembahkan sebuah kemenyan yang baru: Doa untuk kelepasan orang-orang yang berada di dalam perbudakan.
Dan mereka mempersembahkan kemenyan kepadaNya: Doa bagi pengampunan orang-orang yang berdosa, untuk keselamatan dunia yang telah terhilang.
“Dan dengan pengenalan akan Dia”—kata Zakharia di dalam nyanyian pujian dan penghormatannya—“Dan dengan pengenalan akan Dia, akan ada pengampuan bagi dosa-dosa.” Manusia terhilang tanpa Kristus. Dengan cara apapun anda mengatakannya—secara teologi, metafisik, astronomi, wilayah dan secara—dalam setiap cara yang ada di dunia ini, manusia terhilang tanpa Kristus.
Seluruh alam semesta telah kacau balau. Sejarah tidak memiliki takdir, dan tidak ada sebuah tujuan bagi setiap kehidupan, ataupun tidak memiliki makna jika berada di luar Kristus. Seluruh akhlak kita memiliki kunci kekuatan hanya di dalam Kristus.
Manusia terhilang tanpa Kristus. Mereka mati dalam keputusasaan dan tidak berpengharapan tanpa Tuhan Yesus. Kita berdoa untuk pertobatan mereka, sehingga mereka dapat datang dan mengenal Dia di dalam Kristus Yesus. Itu adalah sebuah pemberitaan yang agung dari seorang misionari yang terletak di belakang semua hal yang yang kita lakukan di dalam gereja-gereja Tuhan Yesus, mempersembahkan kepada Dia—kemenyan, yaitu doa bagi pertobatan dunia, untuk keselamatan orang-orang yang terhilang.
Saya tidak memiliki suatu kenangan di dalam pikiran saya yang lebih indah dari pada ketika saya menjadi seorang mahasiswa di seminari. Dan seorang pendeta dari Libanon, Kentucky, berkata tentang seorang pengacara yang berada di kotanya dan di dalam gerejanya, menemui dia dan berkata, “Pendeta, saya telah memiliki hari-hari yang bahagia. Saya telah cukup makmur dan memiliki kekayaan dan saya ingin melakukan sesuatu untuk Allah. Apa yang harus saya lakukan?”
Dia adalah seorang pengkhotbah dan pendeta yang luar biasa. Dan dia berkata kepada pengacara itu, “Mengapa anda tidak mendukung seorang misionari?”
Pengacara itu berpikir sejenak dan berkata, “Saya akan melakukannya.”
Jadi dia kemudian mendukung seorang misionari. Dia sendiri yang memilih misionari itu dan mengirimnya ke Korea. Dan pendeta itu berkata agar dia mengambil sebuah foto misionari itu dan meletakkannya di bagian atas tempat tidurnya. Dan dia menyuruh pengacara itu agar berdoa dua kali sehari. Dia berlutut pada saat malam dan dia melihat ke atas misionarinya dan dia berdoa, “Tuhan, berkatilah misionari itu ketika dia bekerja dan ketika saya tidur.”  
Kemudian pagi berikutnya, saat matahari terbit di Amerika, dia bangun daari tempat tidurnya dan berlutut serta melihat foto misionarinya itu dan berdoa, “Dan sekarang Tuhan, berkatilah mmisionari saya saat dia tidur dan saat saya bekerja”—kemenyan, yaitu doa bagi keselamatan dunia.
Saya tidak berada dalam sebuah keyakinan, saya tidak memiliki posisi doktrinal bahwa dengan pengajaran kita dan dengan pesan injil kita selamanya akan mengambil keluar dari nature manusia, cakar dan gigi serta kebencian yang kelihatannya melekat, dan menjadi latar belakang sifat manusia. Saya tidak memiliki keyakinan teologi yang seperti itu. Tetapi saya sunguh-sungguh percaya bahwa maksud Allah, di dalam pertemuan yang akan terjadi di dalam kemuliaan, bahwa dari setiap bangsa, suku, bahasa dan keluarga, akan ada orang-orang yang akan memuji Allah atas putranya yang telah diberikan, yang disucikan, dan diselamatkan oleh darah Anak Domba. Dan itulah sebabnya mengapa kita melakukan hal itu, itulah sebabnya mengapa kita memberitakan injil. Itulah sebabnya mengapa kita berdoa.
“Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.”
Sebuah kata yang ringkas—Mur. Apakah Mur? Mur adalah rempah-rempah itu sendiri, bagian dari itu. Dan secara khusus difgunakan untuk membalsem orang yang meninggal.
Saya telah menyebutkan bahwa Nikodemus membeli seratus pon rempah-rempah. Mereka digunakan untuk dibubuhkan di atas kain kafan Tuhan kita, saat kain itu dililitkan, rempah-rempah itu dibubuhkan ke atasnya dan dibutuhkan sekitar seratus pon, sebagai balsam atas tubuh Tuhan Yesus. 
Syukur kepada Allah atas hal itu! Syukur kepada Tuhan karena Dia telah bangkit dari kematian. Tetapi dia berniat melakukan hal itu. Itulah sebabnya dia membawanya, untuk membalsem jenazah Tuhan Yesus Kristus.
Mur adalah sebuah istilah yang sering digunakan dalam Alkitab. Di dalam kitab Salomo, di dalam Kidung Agung, Mur merupakan gambaran hidup di dalam kepenuhannya dan di dalam kemuliaan dan kemegahannya. Mur di gambarkan di dalam Nyanyian Salomo itu.
Dan seperti yang saya sampaikan, Mur digunakan untuk pembalseman orang yang telah meninggal. Jika saya dapat menempatkan kedua hal itu bersama-sama, mereka mempersembahkan kepadaNya hadiah: emas dan kemenyan serta mur. Mur adalah gambaran dari persembahan hidup, pengorbanan hidup, menghadiahkan hidup sampai mati. “Dan mereka mempersembahkan kepadaNya mur; tepat seperti itu, mereka memberikan hidup mereka hidup mereka hingga mati. Hadiah dari hidup. 
Ketika saya berada di Hongkong, salah satu tempat yang ingin sekali saya kunjungi adalah Happy Valley.  Tidak ada seorang wanita di dalam Badan Misi atau seseorang yang tertarik akan misi yang tidak pernah mendengar tentang lembah yang kecil itu. Tempat itu hanya merupkan sebuah lembah yang kecil, karena Hongkong itu sendiri merupakan sebuah pulau yang kecil. Tempat itu merupakan sebuah lembah kecil yang terbentang dari gunung dan laut dan disebut sebagai 
Happy Valley.
Alasan saya menyatakan bahwa seorang misionari pasti akan mengenal tentang Happy Valley, karena begitu banyak misionaris kita yang pertama ke Cina dikuburkan di lembah itu, hanya sebuah lembah yang kecil. Dan ketika saya berjalan di pekuburan Happy Valley itu, saya mendatangi makam seorang misionaris wanita Amerika yang pertama kali ke Cina.
Namanya adalah Henrietta Hall Shuck. Dan di atas makam kuno itu, di atas kuburannya, saya menyalin tulisan yang ada di atasnya: “Henrietta, misionari wanita Amerika yang pertama ke Cina, Putri dari  Reverend Addison Hall, Virginia, USA.  Istri dari Reverend Jay Lewis Shuck.  Misionaris ke Cina dari American Baptist Board for Missions.”  Kemudian data-data hidupnya.
Yang selanjutnya adalah tulisan ini: “Di awal kehidupannya, di tengah-tengah pekerjaannya, dan kegunaannya, tiba-tiba, tetapi dengan damai, dia meninggal di Hongkong pada tanggal 27 November 1844, dalam usia 27 tahun. Kesucian dan berkat adalah kenangan yang baik.”
Berikut ini merupakan sebuah potongan kecil dari hidupnya: Lahir dalam sebuah keluarga pengkhotbah, membaca kisah tentang Ann Haseltine Judson, yang telah memberikan hidupnya sebagai seorang misionari luar negeri. Ketika dia bertobat, dia memberikan hidupnya untuk menjadi seorang misionaris luar negeri. Dia menyelesaikan pendidikannya pada usia 18 tahun. Menikahi seorang pria bernama Lew Shuck, yang juga telah memberikan hidupnya sebagai seorang misionaris ke Cina.
Dua hari setelah mereka menikah, mereka berdiri di atas dermaga Boston dan semua keluarga mengucapkan salam perpisahan kepada mereka ketika mereka berlayar meninggalkan pantai Amerika. Mereka merencanakan untuk tidak akan pernah kembali, dan mereka pergi selamanya, untuk memberikan hidup mereka bagi Kristus di Cina.
Dibutuhkan waktu setahun bagi mereka untuk sampai ke tujuan mereka, dan mereka tiba pada tahun 1836. Mereka memulai pekerjaan mereka di Macao yang berada di bawah Kanton, sebuah distrik dari koloni Portugal. Suatru ketika mereka menghadiri sebuah upacara penguburan. Seorang ayah telah meninggal. Dan bocah laki-laki yang merupakan anak dari ayah yang meninggal itu, setelah setelah selesai pemakaman duduk diatas kuburan itu dan menangis dengan sendu. Dan Henrietta meminta apakah dia boleh memiliki anak laki-laki itu, karena keluarganya sangat miskin. Mereka membuatnya sangat terkejut karena mereka memberikan persetujuan dengan segera. Jadi dia kemudian mengambil bocah laki-laki itu.
Tidak lama sesudah itu, dia menemukan seorang gadis kecil, dimana ibunya telah dijual. Dan dalam suatu perlakuan yang kejam, gadis kecil itu hampir meninggal di tangan yang kejam dari orang yang membawanya. Henrietta membayar sepuluh dolar untuk anak gadis itu dan dia membawa anak itu bersamanya. Kemudian dia memulai pekerjaan misionarinya, mengajar kedua anak itu, yaitu anak laki-laki dan anak perempuan itu. 
Selanjutnya mereka kemudian pindah ke Hongkong. Dan dua tahun setelah pelayanan mereka di Hongkong, dia meninggal karena melahirkan pada usia 27 tahun.
Ketika anda menyusuri tempat itu dan melihat ke arah makam itu, dan anda akan mengingat pengorbanan yang luar biasa pada zaman itu, perempuan muda itu, seandainya dia berada di Amerika ini, dibawah perawatan seorang dokter, maka dia akan memiliki usia sama seperti yang dimiliki oleh ibu-ibu kita. Kita tidak akan kehilangan satu dari 10. 000. Tetapi di bagian dunia sana, yaitu di Hongkong, dia melahirkan seorang anak pada usia 27 tahun dan seakan-akan mati dalam kesia-siaan.
“Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur”—mempersembahkan sebuah hidup yang didedikasikan kepada Tuhan Yesus. Dan hal itu tidak pernah sia-sia. Tidak akan pernah jatuh ke tanah dengan sia-sia. Tidak akan pernah kembali dengan kosong ke dalam tangan Allah. 
Melalui mereka dan pengorbanan hidup mereka, seluruh misi Kristen di dunia ini mengikuti jejak mereka sesudahnya. Dan hal itu tidak berakhir. Seseorang berdiri dan berkata, “Akhirnya, pada akhirnya, Mao Tse-Tung telah mengalahkan Kristus; pada akhirnya Iman Kristen ditemukan dalam jurang kegelapan dari kejayaan Komunisme,” saya pikir malaikat sendiri pun akan tertawa terhadap perkataan itu.

 Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.