Selasa, 04 Oktober 2011

Nilai Keprihatinan "Makin banyak Jemaat yang bermain Handphone saat ibadah di Gereja."


Perkembangan teknologi handphone kini kian canggih. Kehadiran smart handphone mampu menyediakan berbagai fasilitas yang begitu modern. Dengan ‘kotak ajaib’ tersebut kita tidak hanya bisa menelepon dan SMS, tetapi juga bisa BBM (BlackBerry Messenger), chatting, browsing, bermain games, facebook-an, twitteran, 3G, dan mengirim foto.

Handphone dinilai sebagai sebuah teknologi komunikasi yang efektif. Karena itulah hampir semua orang menjadi pengguna teknologi tersebut. Bahkan tidak hanya orang dewasa yang menjadi konsumennya, anak-anak pun juga turut menjadi pengguna. Saking dinilai efektif, tidak sedikit dari kita yang bergantung pada handphone. Kini handphone menjadi barang yang wajib dibawa ke mana pun kita bepergian. Memang tidak salah bila kita menjadi konsumen pengguna handphone, sejauh kita mengerti etika penggunaannya. Sayangnya, beberapa dari kita kerap mengindahkan etika tersebut. Ironisnya, pengindahan etika tersebut terjadi di dalam gereja, yakni ber-SMS, chatting, BBM, dan browsing saat ibadah. Padahal beberapa gereja sudah memberikan imbauan kepada para jemaatnya untuk menonaktifkan handphone selama ibadah.


Tindakan beberapa jemaat yang tidak mengindahkan anjuran gereja tersebut tentu bisa mengganggu kekhusyukan ibadah. Kendati handphone dalam kondisi silent, namun perilaku jemaat yang sibuk SMS, chatting, BBM, dan sebagainya tetap menyita perhatian jemaat lain. Selain mengganggu kekhusyukan, kita bisa lihat di sini telah terjadi pergeseran nilai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibadah merupakan perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintahnya dan menjauhi larangannya.

Mengacu pada makna tersebut, bisa dikatakan bahwa ibadah memiliki nilai sakral. Namun sayang, beberapa orang tidak lagi menilai bahwa ibadah tidaklah memiliki muatan yang sakral. Sungguh miris melihat fenomena tersebut. Tentu bila fenomena tersebut dibiarkan akan menjadi sebuah kebiasaan, bahkan budaya. Buruknya, kebiasaan tersebut bisa menjangkiti generasi selanjutnya. Untuk itu, melalui bahasan Fenomena kali ini, BAHANA ingin mengingatkan kepada para pembaca pentingnya nilai sakral ibadah dan etika menggunakan handphone saat beribadah.
Sumber: Majalah Bahana, September 2011