Senin, 04 Juli 2011

MENGAPA ABRAHAM KAYA, RASUL PAULUS TIDAK?

 

Banyak orang Kristen membaca Alkitab mendapatkan Abraham kaya raya, Yakub kaya raya, lalu berpikir bahwa orang-orang yang percaya Yesus juga akan kaya raya seperti mereka. Bahkan ada kelompok yang menyuruh pengikutnya menirukan doa Yabes dalam I Tawarikh 4:10.
Pemimpin rohani yang tidak rohani serta tidak mengerti kebenaran biasanya akan menyesatkan dan mengecewakan pengikutnya. Padahal jika seseorang cerdas, ia akan sadar bahwa pemimpin yang menghimbau pengikutnya mengejar kekayaan materi, pasti hatinya sendiri sangat terarah kepada harta materi. Ia tidak akan segan-segan memanipulasi pengikutnya untuk perkara materi.
Penulis pernah mendengar ada seorang pengkhotbah wanita yang diundang ke Makasar, dan dijemput dengan mobil kijang. Ia akan terbang kembali ke Jakarta jika mereka tidak datang kembali dengan mobil Mercy. Alasannya adalah ia anak Raja dan Hamba Allah. Seandainya yang menjemputnya cerdas dan tahu kebenaran rohani, mestinya segera suruh dia balik ke Jakarta. Bukankah Tuhan Yesus berkata barangsiapa yang ingin menjadi lebih besar ia harus menjadi pelayan atas yang lain?
Lalu mengapa ada pemimpin rohani yang tidak rohani yang sangat menekankan perkara materi? Jawabannya adalah karena semua pengikutnya juga orang-orang yang datang untuk mencari perkara materi. Mereka memenuhi nubuatan Alkitab yang berkata mereka saling menyesatkan.
Abraham hidup di zaman ibadah simbolik. Berkat dan penyertaan Tuhan disimbolkan dengan materi dan keamanan jasmani. Rasul Paulus hidup di zaman ibadah hakekat, rohani dan kebenaran.
Penyertaan Tuhan dan berkatnya bersifat hekekat dan rohani. Rasul Paulus berkata, “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga” (Ef.1:3). Rasul Paulus sangat mengerti bahwa Ia telah memiliki segala berkat dan kemuliaan yang diberikan sehubungan dengan statusnya yang di dalam Kristus.
Bahkan semua penderitaan yang dialaminya di dalam Kristus di dunia ini akan ditukarkan dengan harta dan kemuliaan sorgawi. Tentu bukan untuk Rasul Paulus saja melainkan juga kepada setiap orang yang di dalam Kristus. Kita tidak di zaman Abraham, melainkan di Zaman Rasul Paulus.***