Senin, 25 Juli 2011

Apakah orang Kristen harus terus menerus meminta pengampunan untuk dosa-dosa mereka?


Pertanyaan: Apakah orang Kristen harus terus menerus meminta pengampunan untuk dosa-dosa mereka?

Jawaban:
Pertanyaan yang kerap kali ditanyakan adalah, “Bagaimana kalau saya berdosa dan meninggal sebelum saya sempat untuk mengakui dosa tsb. kepada Allah?" Pertanyaan lain yang kerap ditanyakan adalah, "Apa yang terjadi kalau saya berdosa, namun lupa, tidak pernah mengakuinya kepada Allah?” Kedua pertanyaan ini berlandaskan asumsi yang keliru. Keselamatan bukan persoalan orang-orang percaya berusaha mengakui dan bertobat dari setiap dosa yang mereka perbuat sebelum mereka meninggal dunia. Keselamatan bukanlah berdasarkan apa seorang Kristen sudah mengakui dan bertobat dari setiap dosa atau tidak. Ya, kita mesti mengakui dosa kita kepada Allah begitu kita menyadari bahwa kita telah berdosa. Namun kita tidak harus selalu meminta Allah untuk mengampuni kita. Ketika kita percaya pada Yesus
Kristus untuk keselamatan kita, SEMUA dosa kita diampuni. Itu meliputi masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, besar atau kecil. Orang-orang percaya tidak harus terus menerus mohon ampun atau bertobat demi mendapatkan pengampunan dosa. Yesus sudah mati untuk membayar hukuman dari semua dosa-dosa kita, dan ketika dosa-dosa itu diampuni, semuanya diampuni (Kolose 1:14, Kisah 10:43).

Apa yang kita perlu lakukan adalah mengakui dosa kita: “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9). Harap perhatikan bahwa ayat ini tidak mengatakan minta pengampunan dari Allah. Kitab Suci tidak pernah menginstruksikan orang-orang yang percaya dalam Kristus untuk minta pengampunan Allah. Apa yang 1 Yohanes 1:9 katakan kepada kita adalah "mengakui" dosa kita kepada Allah. Kata "mengakui" berarti "sepakat." Ketika kita mengakui dosa kita kepada Allah, kita sepakat dengan Allah bahwa kita salah, bahwa kita sudah berdosa. Melalui pengakuan dosa Allah terus menerus mengampuni kita berdasarkan fakta bahwa Dia "setia dan adil." Bagaimana Allah “setia dan adil?" Dia setia melalui pengampunan dosa, Dia sudah berjanji untuk melakukan hal itu bagi semua yang menerima Kristus sebagai Juruselamat. Dia adil melalui menerapkan pembayaran Kristus pada dosa-dosa kita, mengenali bahwa dosa-dosa kita telah ditebus.

Namun 1 Yohanes 1:9 mengindikasikan bahwa pengampunan adalah bergantung pada kita mengakui dosa kita kepada Allah. Bagaimana hal ini terjadi kalau semua dosa kiita sudah diampuni pada saat kita menerima Kristus sebagai Juruselamat? Nampaknya yang digambarkan oleh Rasul Yohanes di sini adalah pengampunan “relasional." Secara “posisi” semua dosa kita telah diampuni pada saat kita menerima Kristus sebagai Juruselamat. Pengampunan secara "posisi" ini menjamin keselamatan kita dan menjanjikan rumah kekal di surga. Ketika kita berdiri di hadapan Allah setelah meninggal dunia, Allah tidak akan menolak kita masuk surga karena dosa-dosa kita. Ini adalah pengampunan secara “posisi.” Konsep pengampunan secara “relasi” adalah berdasarkan fakta bahwa ketika kita berdosa, kita menyinggung hati Allah dan mendukakan RohNya (Efesus 4:30). Walaupun Allah telah mengampuni semua dosa yang kita lakukan, dosa-dosa itu masih menghalangi hubungan kita dengan Allah. Seorang anak yang bersalah kepada ayahnya tidak lalu dibuang dari keluarga. Ayah yang rohani akan mengampuni anaknya secara tanpa syarat. Pada saat yang sama, hubungan baik antara ayah dan anak tidak akan bisa tercapai sampai hubungan itu dipulihkan. Ini hanya dapat terjadi pada saat anak mengakui kesalahan-kesalahannya kepada ayahnya dan minta maaf. Itu sebabnya kita perlu mengakui dosa kita kepada Allah … bukan untuk mempertahankan keselamatan kita, namun untuk membawa kita kembali dalam persekutuan yang dekat dengan Allah yang mengasihi kita, dan yang telah mengampuni kita.