Pertama-tama, persepuluhan dimulai di zaman Abraham sebagai tindakan iman (Kejadian 14) sebagai respons terhadap kunjungan dan berkat Ilahi yang diberikan kepadanya. 430 tahun kemudian baru muncul Hukum Taurat (Galatia 3:17) yang tidak dapat membatalkan perjanjian Allah kepada Abraham. Artinya, persepuluhan berdasarkan iman tetap berlaku selama masa Hukum Taurat. Namun, di samping iman, Hukum Taurat menambahkan ‘kewajiban’ dalam mempersembahkan persepuluhan. Pada waktu zaman Hukum Taurat ternyata ada TIGA PERSEPULUHAN bukan hanya satu:
Persepuluhan pertama, yaitu 10% yang harus disetor di Rumah Tuhan, tempat umat Tuhan dilayani dan di tempat mereka diberi makanan rohani. Perpuluhan itu adalah untuk kehidupan para pelayan, suku Lewi. Itulah kewajiban bagi Umat Tuhan – Bilangan 18:21-24; Maleakhi 3:8-10. Dalam persepuluhan pertama, 10% dari 10% atau persepuluhan dari persepuluhan adalah untuk kehidupan para Imam (keturunan Harun dan ke-empat anaknya) yang memimpin para pelayan suku Lewi – Nehemia 10:37-38.
Persepuluhan kedua, yaitu 10% kedua. Persepuluhan yang kedua tidak disetor di dalam Rumah Tuhan, tetapi disimpan di rumah sendiri sebagai tabungan wajib untuk mempersiapkan dana untuk menutupi biaya dalam melakukan ibadah. Pada khususnya, persepuluhan ini dipakai untuk menutupi biaya perjalanan ke Yerusalem tiga kali setahun pada waktu Masa Raya Paskah, Masa Raya Pentakosta dan Masa Raya Pondok Daun. Biaya perjalanan, makanan dan akomodasi harus ditanggung dari persepuluhan kedua itu dan masing-masing diperintah untuk menggunakannya dengan bersukacita dalam merayakan Masaraya Tuhan itu – Ulangan 12:4-18; 14:2-27; 16:16. Masa kini, mungkin dapat diaplikasi pada biaya menghadiri ibadah dan biaya retreat, seminar dsb.
Persepuluhan ketiga, yaitu 10% yang disetor setiap tahun ketiga. Seperti yang kedua, persepuluhan ini tidak disetor di Rumah Tuhan tetapi dalam masing-masing rumah. Persepuluhan ketiga adalah untuk bantuan sosial, untuk memberi makan yang miskin, janda-janda, para pelayan yang susah dan pengembara asing yang melewati negeri kita – Ulangan 14:28-29.
Tiga jenis perpuluhan itu terikat pada Hukum Taurat dan kita tidak lagi hidup dibawa Hukum Taurat, namun ada beberapa prinsip yang diajarkan yang penting:
Persepuluhan pertama, seperti persepuluhan Abraham, adalah milik Tuhan dan diberikan kepada Tuhan untuk kehidupan para pelayan. Yesus telah menganjurkan bahwa persepuluhan perlu terus dilakukan – Matthew 23:23; Lukas 11:42. Rasul Paulus telah mengajarkan persepuluhan dan persepuluhan dari persepuluhan sebagai pola menghidupkan para pelayan dan dia mengutip dari sistem Taurat sebagai peneguhannya – 1Korintus 9:6-14. Kesimpulan dari ayat-ayat ini adalah persepuluhan pertama itu masuk di tempat kita dilayani agar mendukung pelayanan disitu dan jangan memberangus mulut lembu yang sedang mengirik! Lihat juga Ibrani 7:1-10.
Persepuluhan kedua masa kini dapat diaplikasikan sebagai dana simpanan kita untuk membiaya diri pergi ke ibadah, seminar, retreat, Sekolah Alkitab, yaitu pesta-pesta rohani yang kita mau ikut dan supaya kita bersukacita. Walaupun persepuluhan kedua ini adalah dari Taurat yang tidak lagi berlaku, namun ada prinsip kehidupan yang baik yang dapat kita tarik daripadanya.
Persepuluhan ketiga adala tanggung-jawab sosial kita terhadap kaum miskin, anak-anak piatu dan para pelayan yang kesulitan dana. Walaupun persepuluhan ketiga tidak lagi berlaku namun prinsip kasih terhadap orang lain tetap berlaku bahkan adalah lebih kuat – 1Yohanes 3:16-18.
Jadi, dalam mempelajari persepuluhan, yang penting bukan menghitung daun selasih seperti kaum Farisi tetapi apa yang ada dalam hati kita. Apa kita memberi karena terpaksa? Itu sama sekali tidak menguntungkan Anda atau siapapun. Tuhan mencari hati iman yang memberi dengan kasih dan sukarela karena yang demikian akan diberkati.
Secara praktis, kalau menjual rumah untuk membeli rumah lain, kalau itu rumah tinggal, saya merasa tidak ada persepuluhan. Itu hanya ganti rumah, dan kalau kita harus menghitung semua inflasi, kenaikan gaji, perubahan kurs, berapa biaya yang dipakai dalam rumah dsb jangan-jangan kita jadi seperti kaum Farisi itu yang menghitung daun selasih.
Kalau itu adalah rumah kedua sebagai properti investasi, yaitu untuk untung, barulah dihitung laba rugi dalam menghitung keuntungan. Jadi, bukan harga jual tetapi keuntungan yang diperoleh yang merupakan untung untuk menghitung persepuluhan. Prinsip yang sama berlaku untuk semua pedagang. Persepuluhan dihitung dari untung setelah semua biaya dibayar. Sisanya adalah untung.
Dalam persepuluhan Anda, berilah di tempat Anda dilayani dan diberi makanan rohani dan pelayanan penggembalaan supaya ‘lembu’ sanggup melakukan tugasnya. Kalau Anda mau juga membantu pelayan-pelayan yang lain, puji Tuhan! Lakukanlah dengan dana yang lain seperti kita diajarkan dengan prinsip persepuluhan ketiga.
Akhirnya, ingatlah bahwa kita tidak di bawah Hukum Taurat dan sistem 3 persepuluhan tidak lagi diwajibkan kepada kita, namun prinsip-prinsip yang diajarkannya kita ambil dan aplikasikan dalam 3 jenis tanggung-jawab:
1. Tanggung-jawab mendukung pelayanan setempat
2. Tanggung-jawab mempersiapkan dana untuk ibadah dan pesta-pesta rohani kita.
3. Tanggung-jawab untuk membantu kaum miskin, janda, piatu dan pelayan yang susah.
Dan tentu di luar persepuluhan, jangan lupa ada persembahan sukarela. Tuhan tidak menghitung daun selasihmu, Dia melihat hatimu, kasihmu dan imanmu!
Tuhan memberkati,
Pastor Jeff Hammond ( Penatua Abbalove )