Perintah Yesus dalam hal menghakimi sangatlah
sederhana, Ia berkata, "Jangan menghakimi". Orang Kristen rata-rata merupakan
orang-orang yang paling kritis. Mengkritik merupakan kegiatan yang lazim
dilakukan oleh kebanyakan manusia namun di alam rohani, kritikan tidak akan
mencapai apa-apa. Efek dari kritikan adalah terbagikan kekuatan orang yang
dikritik itu. Roh Kudus merupakan satu-satunya pribadi yang berada di posisi
untuk mengkritik dan hanya Ia saja yang dapat menunjukkan apa yang salah tanpa
menyakiti dan melukai.
Akan sangat mustahil untuk bersekutu dengan
Allah di saat Anda berada di dalam suasana hati yang mengkritik. Kecaman akan
membuat Anda menjadi keras, dendam dan kejam; dan di saat yang bersamaan pula
Anda akan mendapatkan kesan bahwa diri Anda lebih baik dari orang lain. Yesus
berkata bahwa sebagai murid-Nya, Anda tidak boleh memupuk watak pengkritik dalam
diri Anda. Hal ini tidak akan langsung terjadi tetapi merupakan hal yang harus
terus-menerus dikerjakan. Anda harus sentiasa peka terhadap hal apa saja yang
membuat Anda berpikir bahwa Anda lebih baik dari orang lain.
Saya tidak dapat luput dari penyelidikan
Yesus yang menusuk. Jika saya melihat debu di mata orang lain, itu berarti
terdapat balok di mata saya sendiri. Setiap hal yang salah yang saya lihat di
diri orang lain, Tuhan menemukannya di dalam diri saya. Setiap kali saya
menghakimi, saya sedang mengutuk diri saya sendiri (lihat Roma 2:17-24).
Berhentilah memakai kayu pengukur ke atas orang
lain. Selalu akan ada satu lagi fakta yang tidak kita ketahui di dalam
situasi orang itu. Hal pertama yang Tuhan lakukan adalah membersihkan kita
sepenuhnya secara rohani. Setelah itu barulah tidak mungkin lagi ada kesombongan
yang tersisa di dalam kita. Saya masih belum bertemu dengan seorang yang
tidak berpengharapan, setelah saya melihat diri saya sendiri di luar anugerah
Allah.
(Renungan singkat di atas diterjemahkan dari My
Highest for His Utmost, oleh Oswald Chambers)