Berbincang dengan Advent Bangun tentu kurang afdol tanpa menyinggung soal film laga. Kebetulan, fenomena film 'The Raid' baru saja mengguncang jagad perfilman Tanah Air. Ketika disinggung soal itu, Advent ternyata punya cerita yang mengejutkan.
Advent ternyata sempat dibujuk sutradara Gareth Evans untuk bermain dalam film yang kemudian dibintangi Iko Uwais itu. Namun, ia menolak. Padahal, tawaran honornya menggiurkan. Tak hanya menelepon, sutradara asal Wales itu bahkan sampai bolak-balik menyambangi rumahnya untuk bernegosiasi.
"Dia terus membujuk. Tawaran uangnya cukup besar lho. Tapi saya tolak," ungkapnya. Berapa? "Ah, itu rahasia dialah, nggak enak," hindarnya. Namun, ketika didesak, apakah sampai angka ratusan juta, Advent pun mengiyakan.
Kini, setelah tahu filmnya meledak luar biasa, bahkan mendapat sambutan hangat di berbagai negara, menyesalkah Advent? Ia menggeleng mantap. "Dari tahun 1976 saya sudah main lebih dari 60 judul film. Sinetron sudah nggak terhitung. Jadi tahun 2000 sudah stop semua," tandasnya seraya tersenyum.
Bungsu dari delapan bersaudara itu lebih jauh mengungkapkan, dirinya tak ingin kembali berakting laga lantaran dirasanya bertentangan dengan nuraninya sebagai pendeta. "Kotbah saya kan tentang kasih. Bukan dendam, kebencian, amarah. Sementara kalau film seperti itu buntut-buntutnya kan disakiti, balas dendam," paparnya.
Advent ternyata sempat dibujuk sutradara Gareth Evans untuk bermain dalam film yang kemudian dibintangi Iko Uwais itu. Namun, ia menolak. Padahal, tawaran honornya menggiurkan. Tak hanya menelepon, sutradara asal Wales itu bahkan sampai bolak-balik menyambangi rumahnya untuk bernegosiasi.
"Dia terus membujuk. Tawaran uangnya cukup besar lho. Tapi saya tolak," ungkapnya. Berapa? "Ah, itu rahasia dialah, nggak enak," hindarnya. Namun, ketika didesak, apakah sampai angka ratusan juta, Advent pun mengiyakan.
Kini, setelah tahu filmnya meledak luar biasa, bahkan mendapat sambutan hangat di berbagai negara, menyesalkah Advent? Ia menggeleng mantap. "Dari tahun 1976 saya sudah main lebih dari 60 judul film. Sinetron sudah nggak terhitung. Jadi tahun 2000 sudah stop semua," tandasnya seraya tersenyum.
Bungsu dari delapan bersaudara itu lebih jauh mengungkapkan, dirinya tak ingin kembali berakting laga lantaran dirasanya bertentangan dengan nuraninya sebagai pendeta. "Kotbah saya kan tentang kasih. Bukan dendam, kebencian, amarah. Sementara kalau film seperti itu buntut-buntutnya kan disakiti, balas dendam," paparnya.
Lantas, bagaimana jika tawarannya tidak beradegan laga? "Nah, kalau begitu saya masih maulah. Misalnya menasihati seseorang, seperti bidang saya sekarang. Kalau bertarung-tarung lagi nggaklah. Mungkin kalau sekadar flashback, ya bolehlah," ujarnya.
Advent mengawali kariernya sebagai pegawai negeri di Bea & Cukai Tanjung Balai, Karimun. Ia juga tercatat sebagai atlet karate nasional yang kerap meraih juara satu di berbagai kejuaraan nasional dan internasional selama 12 tahun sejak 1972 hingga 1984. Prestasi di dunia karate itu pula yang kemudian membukakan jalannya ke dunia seni peran.
Sejak 1976 hingga 2000, ia telah membintangi lebih dari 60 judul film, di antaranya 'Rajawali Sakti' (1976), 'Dua Pendekar Pembelah Langit' (1977), 'Golok Setan' (1983), 'Carok' (1985), 'Dendam Dua Jagoan' (1986), dan 'Pendekar Bukit Tengkorak' (1987).
Dalam setiap film yang dibintanginya, Advent kebanyakan memainkan peran antagonis, dan bersanding dengan tokoh protagonis, Barry Prima yang kerap jadi lawan mainnya. Meski dirinya kini telah memutuskan untuk menjadi pendeta, namanya tetap dikenal sebagai legenda hidup film laga nasional.
Sumber : http://hot.detik.com/read/2012/05/04/091328/1908796/1303/advent-bangun-tolak-ratusan-juta-untuk-main-film-the-raid