Dr. W. A. Criswell
Matius 2:1-7
Kami mengucapkan selamat datang bagi ribuan orang dari anda semua yang sedang bergabung dengan kami pada jam ibadah ini, yang sedang mendengarkannya melalui siaran radio maupun yang sedang menyaksikannya melalui siaran televisi. Ini adalah Gereja First Baptist Dallas. Dan ini adalah Pendeta yang sedang menyampaikan khotbah yang berjudul: Seandainya Saya Telah Berada Di Betlehem.
Kita akan membuka Alkitab kita dari Injil yang Pertama yaitu, Injil Matius pasal dua—Matius pasal 2:
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."
Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem.
Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan.
Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi:
Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."
Seandainya saya berada di Betlehem pada masa itu, maka saya akan sangat takjub, dipenuhi oleh rasa kagum dan rasa heran terhadap hal-hal yang saya lihat dan yang saya dengar. Salah satu hal yang akan membuat saya heran adalah tentang ahli Taurat ini, para pemimpin ini serta para pengajar dari kehidupan rohani di dalam komunitas Israel. Seluruh dunia telah mengharapkan: Seorang anak yang akan lahir, menjadi raja dunia, untuk membawa damai dan pengharapan terhadap bencana perang yang dikhawatirkan oleh umat manusia.
Virgil, yang meninggal sekitar 22 atau 23 tahun sebelum Kristus lahir, di dalam “Fourth Eclogue” yang dia tulis—sebuah eclogue adalah puisi pengembalaan—di dalam “Fourth Eclogue,” Virgil menulis tentang harapan yang universal itu. Inilah “Fourth Eclogue” yang dia tulis itu:
Lihat, abad terakhir
Dari para pelihat telah datang
Lagi, millennium besar
Masa yang berabad-abad lamanya telah menyingsing
Dan dari langit yang tinggi
Turunlah anak yang sulung
Anak perjanjian
Tersenyum lembut dalam rupa bayi
Zaman besi
Waktunya
Akan berakhir,
Dan zaman keemasan di dalam generasi-generasi berikutnya
Akan memenuhi dunia
Sebab Engkau, Anak terang
Curahan dunia
Akan menyebarkan
Alat permainan lebih awal
Tempat buaian
Akan berbunga bagi sukacita
Penuh dengan kuncup-kuncup lembut
Mengusap wajah sang bayi
Ular yang curang
Dan herbal yang mematikan
Akan mati, dan
Duri-duri Siria akan tertiup
Di atas setiap onggokan
Datanglah, anak yang terkasih
Tuntutlah kehormatanmu
Atas waktu yang menariknya dengan dekat
Bayi dari ras yang kekal
Benih yang ajaib dari Allah
Lihat, atas kedatanganmu
Bintang-bintang berkelap kelip
Bergerak dengan gemetar
Dan bumi berteriak
Oh, seandainya hidup
Akan membawaku
Hari-hari yang cukup dan nafas
Yang tidak terlalu pendek
Untuk menyanyikan perbuatan-perbuatanmu
Aku berharap aku ada di sini
Ketika dia datang
Datanglah sang anak
Dan beri salam pada ibumu
Dengan sebuah senyuman
Sepuluh bulan yang penuh kekhawatiran
Kasihnya telah diketahui
Datanglah, anak yang kecil.
“Fourth Eclogue” dari penyair Roma yang terkemuka, yaitu Virgil, mengekspresikan harapan dari seluruh peradaban dunia, bahwa pada saat itu, seorang anak akan lahir dan akan menjadi raja damai dan kebenaran dan hakim yang adil.
Ahli-ahli tulis sangat familiar dengan hal itu. Mereka adalah ahli-ahli kitab. Mereka adalah orang-orang yang berpendidikan. Mereka adalah doktor dari kanon hukum Musa, dan janji yang luar biasa dari Kitab suci Perjanjian Lama merupakan bacaan mereka sehari-hari.
Yakub—Israel—telah menubuatkannya dalam Kejadian 49:
Yehuda adalah seperti anak singa…
Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia yang datang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa.
Dan mereka telah membaca di dalam Bilangan 24:
Aku melihat dia, tetapi bukan sekarang, aku memandang dia tapi bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel….
Dan mereka telah membacanya di dalam Ulangan 18:
“Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku: Dengarkanlah Dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakanNya kepadamu.”
Dan mereka telah membaca di dalam Mazmur 89:
… telah Kutinggikan seorang pilihan dari antara bangsa itu.
… dan oleh karena nama-Ku tanduknya akan meninggi.
Akupun juga akan mengangkat dia menjadi anak sulung, menjadi yang mahatinggi di antara raja-raja bumi.
Aku menjamin akan adanya anak cucunya sampai selama-lamanya, dan takhtanya seumur langit.
Dan mereka telah membaca bagian yang luar biasa ini di dalam Kitab Yesaya, yang isinya terlalu banyak bagi saya, bahkan hanya untuk sekedar membacanya dan salah satu bagian dari apa yang disampaikan dalam Yesaya adalah: Sebab seorang anak telah lahir bagi kita, seorang putra telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya akan disebut Penasehat yang ajaib, Allah yang Mahakuasa, Bapa yang kekal, dan raja Damai.
Mereka telah membacanya dalam Yeremia 23:
Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman Tuhan, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi keluarga Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan kebenaran dan keadilan di negeri.
Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN KEADILAN KITA.
Dan mereka telah membaca dalam Kitab Maleakhi—pasal terakhir di dalam Kovenan Lama: “Tetapi kamu yang takut akan namaKu, bagimu akan terbit surya kebenaran telah bersinar dengan kesembuhan pada sayap-sayapNya”
Kemudian saya berpaling ke dalam Matius pasal yang kedua, Ahli-ahli Taurat ini dan doktor hukum serta pengajar-pengajar ini menyampaikan sebuah jawaban kepada Herodes, “Kami tahu jawabannya. Kami membaca Kitab-Kitab Suci. Kami diajarkan dan mengetahuinya di dalam hikmat dan pengetahuan Allah. Di Betlehemlah Kristus itu akan lahir, berdasarkan Mikha pasal 5 ayat 2.”
Seberapa jauhkah tempat itu? Jaraknya sama seperti dari tempat saya berdiri hingga ke Danau White Rock—yang hanya sekitar lima mil. Tetapi tidak seorang pun dari mereka yang merasa penasaran untuk membuat sebuah perjalanan. Tidak seorang pun dari antara mereka yang terbeban untuk menyaksikan peristiwa terbesar di dalam sejarah manusia, baik di surga maupun di bumi. Tidak ada seorang pun dari mereka yang memiliki keinginan untuk berlutut dan memuji Allah atas hadiah yang menakjubkan yang berasal dari sorga.
Bagi saya, itu adalah salah satu hal yang mengherankan di dunia ini. Dan ini adalah sebuah contoh dari seluruh generasi manusia, baik dari abad yang lampau hinggga abad sekarang; yaitu manusia yang merebut hal-hal yang berhubungan dengan hikmat dan pengetahuan Allah bagi dirinya sendiri dan justru akhirnya menjadi orang yang paling jauh dari curahan kasih dan pengakuan iman Kristen. Saya tidak dapat memahami hal itu.
Di Southern Baptist Theological Seminary yang saya kunjungi selama enam tahun, ada seorang mahasiswa, yang datang ke tempat itu sebelum saya berada di sana, seorang mahasiswa yang sangat brilian yang pernah diajar di seminari itu. Namanya dalah Crawford H. Toy. Dia memiliki kemampuan dan kepintaran yang hebat sehingga dia diundang untuk menjadi Profesor Bahasa Ibrani di seminari itu.
Pada masa-masa itu, dia membuka hatinya terhadap kritik rasionalisme Jerman, akhirnya dia mulai menyangkal ketiadasalahan dan inspirasi Firman Allah, mulai melihat Kitab Suci ini hanya sebagai salah satu catatan sejarah suci yang ditulis oleh manusia.
Dia telah jatuh cinta dengan salah seorang misionari yang bernama Lottie Moon, seorang wanita muda yang berasal dari Virginia, yang telah ditetapkan oleh Badan Misi Luar Negeri sebagai seorang misionaris ke Cina. Dan ikatan cinta antara keduanya begitu dalam—Lottie Moon, sang misionaris di Cina dan Dr. Crawford H. Toy, seorang sarjana yang brilian dan akademisi di Seminari Lousville. Akhirnya wanita itu datang dari Cina dan pulang ke Amerika untuk menikah dengan Dr. Toy.
Saat mereka berbincang-bincang, atas kedatangannya dan selama dia tinggal dan mengunjungi Amerika Serikat, hal yang menakutkan dan yang membuat wanita itu berduka adalah ketika dia mendapati pria muda yang brilian itu telah meninggalkankan imannya. Dan dalam kedukaan yang tidak dapat diungkapkan, perempuan itu memutuskan hubungan mereka.
Dia kembali ke Cina dan tidak pernah lagi pulang ke Amerika. Dia meninggal di sana, di Asia Timur—Lottie Moon.
Dan sebagaimana hari-hari yang terus berlalu, James Petigru Boyce, Presiden Seminari, dan John A. Broadus, Sarjana Perjanjian Baru yang terkemuka yang pernah kita hasilkan, berpergian bersama dengan Crawford H. Toy ke stasiun kereta api Union di Lousville.
Dan Dr. Boyce meletakkan lengannya ke atas anak muda yang brilian itu dan mengangkat tangannya ke atas langit dan berkata, “Saya berhasrat untuk memberikan tangan ini seandainya engkau sama seperti saat pertama kali engkau datang ke seminari kami.”
Dia meninggalkan seminari dan terhilang. Dia pergi dan menjadi seorang Profesor di Bahasa Ibrani di Harvard Divinity School. Dia pergi ke Gereja Unitarian, dan akhirnya dia tidak pergi ke gereja sama sekali.
Dapatkah anda menjelaskan hal itu kepada saya? Dan, itu adalah itu adalah sebuah pola yang saya lihat di dalam dunia teologi yang luas: Seseorang yang tahu banyak dan yang berkata bahwa mereka memiliki jawaban adalah orang-orang yang tidak mau menyusahkan diri mereka untuk mengadakan perjalanan, untuk bersujud di hadapan keajaiban dari kasih Allah yang berinkarnasi. Saya tidak dapat memahami hal itu.
Salah satu seminari teologi yang terbesar di dunia, yang paling termasyur berlokasi di New York. Di dalam sebuah kota metropoleks yang luas, akan tetapi mereka tidak pernah meluluskan seorang pengkhotbah dari seminari itu selama 50 tahun. Mereka hanya meluluskan para filsafat dan spekulator serta para metafisika.
Saya berdiri dalam rasa takjub dan terkejut terhadap para ahli Taurat ini. “Kitab Suci menyebutkan,” kata mereka, “Dia akan lahir di Betlehem, tepat di kota itu.” Dan mereka tidak pernah penasaran untuk melihat keajaiban dari penyingkapan Allah itu atau untuk bersujud di hadapan karunia Allah yang luar biasa itu.
Seandainya saya di Betlehem, saya akan merasa takjub dan heran kepada para orang asing yang berasal dari timur ini. Mereka adalah orang-orang majus. Siapakah mereka? Mereka adalah Imam orang Persia, iman Zoroaster? Apakah mereka berasal dari Persia kuno, dari Iran?
Orang-orang asing dan mereka datang dengan berita yang luar biasa: “Ada seorang yang lahir, Raja dunia, Raja dari umat pilihan Allah, Raja dan Tuhan dari semua ciptaan, sebab kami telah melihat bintangNya di timur, dan kami datang untuk bersujud dan menyembah Dia.”
Betapa aneh dan betapa ajaib serta betapa luar biasanya, suara yang berasal dari Allah! Mereka telah melihat Dia di atas bintang-bintang di langit, orang-orang asing ini. Mungkin Allah berbicara kedalam hati manusia di dalam cara yang tidak dapat saya ungkapkan, sebab kasih Allah lebih besar dari pikiran manusia, dan hati dari Yang kekal memiliki kebaikan yang lebih besar. Orang asing ini, para Majus ini berasal dari tempat yang sangat jauh: “Kami juga sudah mendengar suara Allah dan kami telah melihat bintangNya di langit dan kami datang untuk menyembah Dia.”
Dan betapa indahnya orang-orang ini, mereka membuka tempaat harta bendanya dan memberikan Dia hadiah: emas, kemenyan dan mur. Sebuah keluarga yang miskin, dan betapa bergunanya hal itu bagi mereka.
Saya telah melihat sebuah kartun dalam minggu ini. Ada seorang pria, sangat sibuk, dan dia memiliki sebuah daftar yang sangat panjang—daftar dari orang-orang yang harus diingat pada saat Natal. Dan dia duduk disana di depan sebuah meja kecil, dan di sekitarnya terdapat bungkusan hadiah Natal hingga memenuhi langit-langit—semua hadiah itu dibungkus dengan kertas berwarna perak, berwarna emas, hijau dan merah. Dia bahkan hampir terkubur di dalam semua bungkusan hadiah itu. Dan di bagian bawahnya , sang kartunis menulis sebuah kalimat yang merupakan perkataan dari pria itu. Dan pria yang berada di sana itu, dengan sebuah daftar yang panjang serta semua bungkusan hadiah yang penuh dengan warna-warna menarik yang membuat dia hampir terkubur ada sebuah tulisan yang merupakan perkataan pria itu yang berbunyi, “Sekarang, saya berharap bahwa saya tidak melupakan siapa pun.” Dan latar belakang kartun itu, kartunis menggambarkan sebuah figur dari wajah Tuhan kita.
Saya berpikir berapa banyak orang dari ribuan orang Kristen yang pada saat Natal membuat sebuah daftar hadiah yang panjang, yang akan mereka berikan kepada setiap orang, sahabat-sahabat, dan keluarga, tetapi tidak pernah mengingat Dia. Tidak seperti orang Majus itu: “Mereka membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepadaNya, yaitu emas, kemenyan dan mur.”
Seandainya saya ada di Betlehem, saya akan takjub dan heran terhadap penyembahan dan pemujaan dari ciptaan Allah yang sederhana, orang-orang, seluruh spektrum kehidupan di sekitar bayi Kristus. Saya akan takjub. Saya akan terkesima terhadap itu semua.
Ada sebuah pasangan yang datang ke kota Betlehem. Usianya sudah cukup tua. Dia berkata bahwa namanya adalah Yusuf dan dia menikahi seorang gadis yang jauh lebih muda darinya.
Dan dia kelihatan cukup berat dengan anak yang dikandungnya. Di atas sebuah keledai yang ditunggangi oleh perempuan itu, dan pria itu berjalan disamping perempuan itu masuk ke dalam penginapan. Dan pemilik penginapan mendengar permintaan mereka untuk dapat menginap pada malam itu. Dan pemilik penginapan berkata, “Semua kamar dan ruangan sudah penuh. Orang Roma telah menyebabkan semua keluarga dari garis keturunan Daud memenuhi kota ini. Dan jauh sebelumnya, aku telah menyewakan setiap tempat ini. Dan aku tidak dapat mengecewakan seorang tamu agar memberikan sebuah kamar bagi anda. Aku berharap seandanya aku dapat membantu.”
Dan Nyonya Pemiliki Penginapan, istrinya adalah seorang wanita yang sensitif, terutama saat dia melihat wanita yang mengandung itu, maka dia berkata kepada suaminya, “Tetapi suamiku, kita tidak dapat menolak sebuah pasangan dengan kondisi yang seperti itu.”
Dan dia menjawab, “Tetapi, Istriku, tidak ada kamar yang dapat kita sediakan. Setiap kamar telah disewakan dan saya tidak dapat mengecewakan seseorang.”
Dan dia berpikir kemudian berkata kepada suaminya, “Suamiku, di sebuah kandang yang kecil, kita dapat membuat sebuah tempat sehingga mereka dapat terlindung dari dinginnya malam. Mari kita membuat sebuah tempat di kandang domba untuk mereka.”
Dan di dalam kesempatan mereka, pasangan itu ditempatkan dalam sebuah kandang, dan pada tengah malam, Yusuf membangunkan pemiliki penginapan itu dan berkata, “Istriku sedang mengalami kontraksi. Dia akan melahirkan. Biasakah nyonya pemilik
penginapan membantu?” Dan Nyonya Pemilik penginapan itu bangkit dan dia sedang melihat perempuan muda itu sedang berjuang dan dia bergegas ke dalam rumah dan memanaskan air. Dan kembali ke kandang itu serta memotong tali ari-ari serta memandikan bayi itu.
Pikirkanlah tentang keistimewaan yang dia peroleh dari karunia yang kudus yang berasal dari sorga. Dia menyambut bayi itu ke dalam dunia, dan dia memandikan Anak Allah yang kudus. Pikirkanlah tentang hal itu: Kemuliaan Tuhan, bukan dalam istana raja, tetapi di dalam kandang dan palungan serta orang-orang kecil yang sederhana di dunia. Hal itu merupakan sebuah teguran terhadap keegoisan kita yang besar.
Pada abad ke dua belas, skitar tahun 1100-an, ada seorang Kristus yang menggambarkan para hewan yang berada di kandang sedang membawa hadiah mereka kepada bayi Kristus:
Aku, kata keledai berbulu kasar dan coklat,
Aku telah membawa ibunya melalui bukit dan lembah
Aku telah membawa ibunya ke kota Betlehem
Aku, kata keledai, yang berbulu kasar dan coklat.
Aku, kata sapi, berwarna merah dan putih
Aku telah memberikan palunganku kepadaNya untuk tempat tidurNya
Aku telah memberikan kepadaNya, jeramiku sebagai bantal bagi kepalaNya
Aku, kata sapi yang berwarna merah dan putih.
Aku, kata domba dengan tanduk kecil
Aku telah memberikanNya buluku sebagai sebuah selimut yang menghangatkan
Dia mengenakan mantelku pada pagi yang subuh
Aku, kata domba dengan tanduk yang kecil.
Kemudian setiap binatang dengan ungkapan yang baik
Di dalam kandang yang riuh dengan gembira mereka memberitahukan
Tentang hadiah yang dia berikan kepada Imanuel
Tentang hadiah yang dia berikan kepada Imanuel
Seandainya saya di Betlehem, saya akan merasa heran. Saya akan takjub terhadap kesehajaan, kerendahan hati dan kesederhanaan yang saya saksikan. Dan dengan pikiran bahwa mereka bukanlah orang-orang yang berkecukupan, seandainya saya berdiri di sana, saya akan melihat kedatangan para gembala yang kasar, dan sederhana serta tidak terpelajar dari padang pengembalaan.
Mereka adalah golongan yang paling rendah dalam strata masyarakat Roma. Mereka dihitungkan sebagai orang-orang kasar dan tidak berpendidikan yang kesaksiannya tidak akan diterima di setiap pengadilan Roma.
Tetapi mereka telah datang, para gembala itu, dan mereka telah mendapat sebuah cerita yang luar biasa dari seorang malaikat dan kumpulan balatentara sorgawi. Dan mereka telah datang untuk bersujud dan menyembah anak yang baru lahir itu.
Betapa merupakan sebuah hal yang menakjubkan dari apa yang telah dilakukan oleh Allah! Dan betapa berbedanya dengan apa yang kita lakukan. Kita akan berharap bahwa dia lahir di sebuah istana, dan memahkotainya sebagai seorang Pangeran Wales. Kita akan mengharapkan Dia menjadi besar, sebagaimana Dia berjalan diantara orang-orang besar dan para jendral serta perdana menteri dan presiden-presiden dunia, semua hidupNya akan berjalan seperti itu.
Yesus, yang rendah hati dan lembut lembut, memberitakan Injil kepada orang-orang yang lemah dan miskin, mengumumkan yang baik berita bahwa Tuhan telah mempersiapkan sesuatu yang lebih baik bagi kita dan setelah hari pentahiran berdasarkan hukum, bahwa anak sulung merupakan kepunyaan Tuhan dan harus ditebus, yang pada umumnya dengan seekor anak biri-biri. Tetapi, ketika Yusuf dan Maria pergi ke Bait Allah, untuk mempersembahkan anak sulung mereka yaitu Tuhan Yesus kepada Allah dan mendedikasikanNya kepada Allah, hanya membawa sepasang perkutut dan merpati muda, dan hukum telah membuat ketetapan bahwa orang miskin yang tidak mampu mempersembahkan anak domba dapat menggantinyan dengan sepasang perkutut dan merpati muda. Dan mereka mempersembahkan itu di untuk menebus Anak Allah.
Dapatkah anda membayangkan hal itu: untuk membeli kembali, untuk menebus Anak Kemuliaan, mereka membayar, dan mempersembahkan burung merpati. Itulah Allah. Itulah Tuhan.
Dan pada kesempatan itu datanglah Simeon yang tua, yang kepadanya Roh Kudus berkata bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Raja Kemuliaan. Dan dia mempersembahkan kepada Allah syair pujian. Dan di situ juga ada Hana yang telah berumur 106 tahun, yang berasal dari suku Asyer, dan mengucap syukur kepada Allah. Dia telah melihat kemurahan Tuhan.
Betapa sebuah hal yang indah, yang telah dilakukan Allah di Betlehem. Tetapi selalu ada bayangan. Ada suatu tetesan hitam, yaitu Raja Herodes, yang menjadi sebuah ancaman. Dia adalah seorang Idumea. Dengan sebuah pemaksaan, ayahnya telah menjadikan orang-orang Edom menjadi orang Yahudi.
Dia adalah seorang penguasa yang haus darah. Dia telah membunuh istrinya, dan ketiga orang putranya. Dia telah membunuh hampir seluruh anggota keluarganya. Dia berkata kepada orang-orang majus ini, “Pergilah dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya aku pun datang menyembahNya.”
Tetapi di dalam hatinya, dia merencanakan pembunuhan.
Akan tetapi ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.
Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia:
"Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi."
Bukankah hal itu sangat tragis, bukankah hal itu sangat menyedihkan, dan bukankah itu tipikal yang menjadi karakteristik dari dunia kita dan generasi-generasi kita? Dengan kemuliaan dan keajaiban pada musim ini, ada sebuah tetesan hitam. Ada sebuah bayangan hitam.
Kitab Wahyu pasal dua belas berbunyi:
Maka tampaklah suatu tanda di langit; Seorang perempaun berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya, dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan. Maka tampaklah suatu tanda lain di langit; dan lihatlah seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di kepalanta ada tujuh mahkota. Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya di atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirakan itu untuk menelan anaknya. Dan perempuan itu lari ke padang gurun dimana sudah disediakan sebuah tempat baginya oleh Allah.
Saya berpikir, “Betapa benarnya hal itu dalam setiap generasi-generasi dunia ini.” Di sini, di dalam musim yang indah di tahun ini, di tempat-tempat seperti yang di Polandia, naga merah, dengan mulutnya yang terbuka lebar berusaha untuk menelan umat Allah. Dan hal itu terjadi di setiap tempat, dan selalu seperti itu. Tetapi, di luar dari penderitaan dan tragedi kehidupan, Allah memiliki sebuah kemenangan di dalam Raja itu, di dalam Anak itu.
Allah tidak menggunakan sebuah kotak perak
Dari kertas yang berwarna hijau dan merah
Allah telah meletakkan hadiah natalNya kepada manusia
Di dalam sebuah tempat tidur palungan
Yang tidak menggunakan tali sutra untuk mengikatnya
Hadiah ini yang telah Dia kirim dari atas
Yang dibungkus dalam kain yang kumal dan lapuk
Dan diikat oleh tali kasih
Tidak ada pohon hijau yang menjadi milikNya
Hadiah berharga itu telah diikat
Atas sebuah pohon tua di atas sebuah bukit
Hadiahnya telah disalibkan dan mati
Dan telah diturunkan dari atas kayu itu
Dan dibaringkan didalam kubur
Tetapi kematianNya itu sendiri tidak menghancurkan
Hadiah yang berharga dari Allah
Dengan tangan yang kuat Dia telah mengangkatNya
Dari kubur batu
Selamanya-lamanya bagi setiap orang
Sebuah hadiah kehidupan yang telah Dia berikan
Seseorang di bumi akan mendengar sebuah teriakan
Hadiah yang agung akan muncul
Dan seluruh bumi dari ujung ke ujung
Akan mengetahui kebenaran dari sorakan natal.
Itu adalah sebuah pertanda dan sebuah janji; bunga merah yang mekar, hiasan-hiasan yang indah yang berada di rumah kita dan ruangan gereja ini, dan lagu-lagu gembira yang kita nyanyikan dan kata-kata sambutan yang kita tawarkan kepada setiap orang. Itu adalah sebuah tanda, sebuah janji dari kemuliaan, hari akhir ketika Anak itu akan menyatakan diriNya.
Setiap kesalahan yang ada di bumi ini, akan Dia buat menjadi benar. Kebenaran akan menutupi dunia, dan tidak akan ada lagi penderitaan ataupun kematian. Tidak akan ada lagi ratapan ataupun tangisan. Tidak akan ada lagi kesakitan, usia tua, kematian, sebab semua hal itu akan lenyap.
Dan setiap hiasan pohon dan setiap bungkusan hadiah yang penuh warna dan setiap ucapan yang berasal dari dalam hati kita, dan setiap bunga yang mekar dan semuanya itu menjadi milik Natal tetapi kenangan yang paling pokok dan janji yang akhir adalah kemenangan di dalam Dia.
Allah memberkati anda dan kita semua!
Bolehkah kita berdiri bersama-sama?
Tuhan kami, seandainya kami telah berada di Betlehem, kami akan bersujud di depan palungan itu dan menyembah Anak Kemuliaan. Betapa hal itu merupakan sebuah keistimewaan yang kudus seandainya kami bisa terhitung diantara umat ciptaan Allah yang rendah hati, yang memberikan penghormatan kepada Raja Kemuliaan.
Tuhan kami, kami belum lahir pada saat itu, dan kami tidak dapat kembali ke masa itu, tetapi kami dapat mengasihi Engkau dan memuja Engkau pada hari ini, di dalam generasi kami, dimana kami hidup dan banyak yang terhilang. Dan Tuhan kami, di dalam menyebutkan namaMu dan untuk mengasihi Engkau, untuk menghormati Engkau dengan hadiah dari harta yang kami miliki dan kasih dan kepercayaan dan pujian yang berasal dari dalam hati kami, adalah keistimewaan tertinggi yang dapat kami kenal di dalam hidup kami.
Dan sementara jemaat kami menunggu di dalam doa di hadapan Allah, maka biarlah sebuah keluarga dari anda, seorang pasangan atau seseorang dari anda, katakanlah, “Pendeta, hari ini kami membuat keputusan untuk Tuhan, dan di sini kami berdiri.”
Buatlah keputusan itu pada hari ini. Dan di dalam kesempatan ini saat kita menyanyikan himne permohonan kita, seandainya anda berada di atas balkon, turunlah melalui salah satu tangga ini, jika anda berada di kumpulan orang banyak yang berada di lantai bawah, telusurilah salah satu lorong ini, dan katakan, “Pendeta, ini adalah hari Allah bagi kami, dan kami menjawabnya dengan seluruh hidup kami.”
Lakukanlah sekarang. Buatlah keputusan itu saat ini. Dan di dalam sebuah kesempatan, ketika kita menyanyikan nyanyian permohonan kita, buatlah langkah pertama itu. Datanglah. Itu akan menjadi keputusan yang termanis dan yang paling bermakna yang akan pernah anda buat di dalam hidup anda. Lakukanlah sekarang.
Dan jangan seorang pun yang pergi. Jika anda bergerak, bergeraklah maju ke depan. Dan hanya dalam sebuah kesempatan, saya akan memberi kesempatan bagi anda untuk pergi, tetapi saat ini, mari kita berdoa. Mari kita tetap tinggal. Mari kita mempercayai Allah untuk sebuah tuaian yang akan diberikan kepada kita.
Dan Juruselamat kami, kami bersyukur kami, untuk orang-orang telah datang pada Hari Tuhan ini sebelum Hari Natal. Di dalam namaMu yang menyelamatkan, kami berdoa, Amin.
Saat kita bernyanyi, saat kita menunggu, kami menyambut anda ketika anda datang untuk maju ke depan. Mari datanglah, saat kita membuat seruan dan menyanyikan lagu permohonan kita, Allah memberkati anda.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.