Dr. W. A. Criswell
Lukas 2:1-7
Judul khotbah kita hari ini adalah Kelahiran Kristus: Merupakan sebuah sukacita dan keistimewaan bagi kami untuk menjadi suatu bagian di dalam Perayaan Kelahiran Kristus ini, yang diadakan setiap malam yaitu: pada malam ini, kemudian Selasa, Rabu, Kamis hingga Jumat. Dan mereka memberitahukan saya bahwa pertunjukan boneka merupakan hal yang paling mengesankan dari semua bagian yang kita lakukan. Mereka memulai dari pukul 6.30—Saya akan berada di sini untuk pertama kalinya; dan saya akan berusaha untuk tetap hadir—kemudian pada pukul tujuh paduan suara ini mengagungkan Tuhan di dalam nyanyian Pohon natal kita.
Ada sebuah teks yang terdapat di dalam Injil Lukas pasal yang kedua: sebuah kalimat yang sederhana di ayat tujuh: “Dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin’—tidak memiliki kekayaan yang cukup, tanpa memiliki uangan yang cukup untuk membeli sebuah pakai yang kecil; hanya kain lampin yang digunakan untuk membungkus Bayi itu—membukusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan. Saya tidak dapat membayangkan gambaran yang paling menyedihkan tentang kemiskinan dari pada hal yang seperti itu: lahir dalam sebuah kandang, dibaringkan dalam sebuah palungan dan dibungkus dengan kain lampin; Anak Allah; Juruselamat dunia.
Di dalam musik, di dalam khotbah, di dalam pertunjukan, Natal berseru kepada seluruh dunia. Di dalam seluruh lirteratur, dan di dalam semua sejarah, tidak ada hal yang dapat menandingi keabadian dan kepentingan yang luas, dan motivasi serta perayaan yang kita lakukan setiap tahun dalam musim seperti ini.
Terlihat bahwa roh Natal menciptakan kembali dunia dan orang-orang yang berdiam di atasnya. Itu adalah sebuah pengalaman yang menghangatkan, datang seperti itu, dalam setiap akhir tahun; dan di dalamnya dia membawa simbol dari pengharapan umat manusia; bintang abadi yang bersinar di atas langit. Di atas setiap pertempuran dan konflik, dia selalu berada di atas sana dan selalu bersinar.
Paduan suara malaikat, menyampaikan berita kepada kita bahwa manusia yang berkenan kepadaNya akan mendiami bumi: dan perjalanan orang-orang majus, dan kunjungan para gembala, bersujud di hadapan Anak yang terbaring di palungan, sebuah undangan bagi orang-orang miskin, orang-orang yang terlupakan dan yang diabaikan dan yang terhilang; demikian juga halnya dengan orang-orang kaya dan orang-orang yang bijaksana serta yang berpengaruh di dunia untuk datang dan bersujud di hadapan Raja Kemuliaan.
Dan pemberian hadiah-hadiah: Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur. Dan itu adalah sebuah waktu ketika kita mengenang Tuhan kita dan sebab-sebab kerajaanNya di atas bumi. Dan kita ingat di dalam kebaikan dan kemurahan antara satu dengan yang lain, dalam pemberian hadiah-hadiah. Dan di dalam lukisan, di dalam literatur, di dalam musik: keluarga kudus; sang ibu, sang Anak, dan Yusuf yang menjaga mereka. Tidak ada sebuah waktu dari setiap waktu, yang di dalamnya ada keindahan, pesan dan kebesaran selain pada saat Natal.
Dan saya akan berbicara tentang kedatangan Anak itu dalam tiga cara:
Yang pertama—Di dalam janji, di dalam nubuatan.
Yang kedua—Sebagai Inkarnasi Allah.
Dan yang ketiga—Pengharapan dunia.
Yang pertama, yaitu di dalam nubuatan: ada sebuah aliran yang besar yang mengalir dalam setiap lembaran dari Perjanjian Lama. Itu adalah sebuah pukulan yang tidak keras; penuh dengan cahaya dan kemuliaan; itu adalah sebuah janji yang luar biasa; dan hal itu dimasukkan kedalam setiap lembaran Kitab Suci Perjanjian Lama.
Sama seperti arus teluk yang anda miliki, yang lebarnya sekitar lima puluh mil dan memiliki kedalaman satu mil, dan berkelok-kelok serta berliku-liku sampai ke permukaan yang luas dari Samudera Atlantik dan membawa kehidupan serta kehangatan ke pantai Dunia Lama; demikian juga dengan aliran dari nubuatan yang terdapat dalam Perjanjian Lama—dipenuhi dengan cahaya dan kehidupan serta kemuliaan—“kedatangan seseorang”—seseorang yang telah dijanjikan oleh Allah; seseorang yang akan membawa kebenaran dan kesembuhan dan pengharapan dan pengampunan dan keselamatan serta sorga kepada dunia.”
Hal itu dimulai sejak dari permulaan, yaitu di Taman Eden, ketika Allah berkata kepada perempuan itu, “Keturunanmu…” Para Rabi tua membaca hal itu dan tidak memahaminya: seorang wanita tidak memiliki keturunan; seorang laki-lakilah yang memiliki keturunan. Tetapi Allah berkata, “Keturunan dari perempuan ini akan meremukkan kepala Setan.”
Dan pada akhirnya kita sampai kepada makna dari nubuatan itu, “Dia dilahirkan dari seorang anak dara.” “Keturunan perempuan itu akan meremukkan kepala Setan.”
Dan nubuatan itu tetap berlanjut: Tuhan berkata kepada Abraham, “Keturunanmu.” Dan Rasul Paulus menunjukan hal itu kepada sebuah bentuk tunggal atau satu pribadi. “Dan oleh keturunanmu maka semua kaum dan umat manusia di dunia ini akan mendapat berkat.”
Dan Allah mengulangi janji itu kepada Ishak dan Yakub. Dan ketika Israel hampir meninggal, dia mengumpulkan anak-anaknya di sekelilingnya dan dia berkata kepada Yehuda:
Yehuda, engkau akan dipuji oleh saudara-saudaramu… Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia yang datang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa.
Dan Musa berkata kepada umatnya di dalam pidato perpisahannya di dalam Kitab Ulangan:
Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku: Dengarkanlah Dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakanNya kepadamu.
Dan Nabi Natan berkata kepada Daud:
Engkau akan memiliki seorang Anak dan Dia akan berkuasa atas takhtamu sampai selama-lamanya.
Dan Yesaya berkata:
Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Roh Tuhan akan ada padanya…
Sebab seorang anak telah lahir bagi kita, seorang putra telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya akan disebut Penasehat yang ajaib, Allah yang Mahakuasa, Bapa yang kekal, dan raja Damai….
Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan anak laki-laki, dan ia akan menamakan dia Emmanuel, Allah berserta kita.
Dan Mikha dalam nubuatannya berkata:
Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil diantara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seseorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.
Jauh ke dalam eksistensi dunia yang tidak terbatas, Allah sendiri telah menetapkan bahwa Di akan datang, “Allah beserta dengan kita.” Dan, “Tetapi setelah genap waktunya,” seperti yang disampaikan Paulus di dalam Galatia, “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah telah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan.”
Ketika anda membaca sejarah masa lalu dari periode Greco-Romawi, mereka berbicara tentang pengharapan dari seluruh dunia bahwa pada saat itu, seharusnya datang seorang pembebas yang agung dari timur. Suetonius dan Tacitus yang hidup sekontemporer dengan Rasul Yohanes adalah sejarahwan Latin yang berbakat, dan mereka berbicara tentang pengharapan dari seluruh dunia itu, bahwa dari Timur akan datang seorang Juruselamat dunia yang agung.
Atau anda dapat menemukan sesuatu yang brilian dan nubuatan yang sangat mengesankan tentang kedatangan anak itu di dalam epilog yang ditulis oleh Virgil. Virgil adalah salah satu penyair Roma yang tidak ada bandingnya, dia adalah seorang pria yang yang terkemuka dan luar biasa. Dia meninggal beberapa waktu sebelum kelahiran dari Tuhan kita. Dan anda bisa melihat karya Virgil, penyair Latin itu, saat dia menulis hal yang berhubungan dengan anak ini yang akan menyelamatkan dunia.
Lihat, abad terakhir dari para pelihat telah datang
Lagi, millennium besar
Masa yang berabad-abad lamanya telah menyingsing
Dan dari langit yang tinggi turunlah anak yang sulung
Anak perjanjian tersenyum lembut dalam rupa bayi
Zaman besi waktunya akan berakhir,
Dan zaman emas di dalam generasi-generasi
Memenuhi dunia
Sebab Engkau, Anak terang curahan dunia
Akan menyebarkan
Alat permainan lebih awal
Tempat buaian
Akan berbunga bagi sukacita
Penuh dengan kuncup-kuncup lembut
Mengusap wajah sang bayi
Ular yang curang dan herbal yang mematikan
Akan mati, dan
Duri-duri Siria akan tertiup di atas setiap onggokan
Datanglah, anak yang terkasih
Tuntutlah kehormatanmu
Atas waktu yang menarik dengan dekat
Bayi dari ras yang kekal
Benih yang ajaib dari Allah
Lihat, atas kedatanganmu
Betapa bintang-bintang berkelap kelip
Bergerak dengan gemetar
Dan bumi berteriak
Oh, seandainya hidup
Akan membawaku
Hari-hari yang cukup dan nafas
Yang tidak terlalu pendek
Untuk menyanyikan perbuatan-perbuatanmu
Aku berharap aku ada di sini ketika dia datang
Datanglah sang anak
Dan beri salam pada ibumu dengan sebuah senyuman
Sepuluh bulan yang penuh kekhawatiran kasihnya telah diketahui
Datanglah, anak yang kecil.
Virgil, seorang penyair dari dunia pemberhalan, yang meninggal beberapa waktu sebelum kelahiran Tuhan—suaranya sama seperti Yesaya! Sebuah gambaran dari pengharapan dunia pada saat itu, yaitu bahwa seorang Juruselamat dan seorang pembebas akan lahir.
Saya telah berbicara tentang Tuhan kita sebagai Anak yang dijanjikan. Yang kedua, sekarang saya akan berbicara tentang Dia sebagai Allah yang berinkarnasi. Dan tentu saja orang-orang liberal dan orang-orang modernis serta orang-orang kafir menolak gambaran tentang tentang Tuhan kita di dalam Alkitab. Sebab di dalam Kitab_kitab suci, dengan penekanan yang dalam, Yesus selalu dijelaskan sebagai Tuhan Allah yang menjadi manusia (di dalam daging manusia).
Pada mulanya adalah Logos; Logos itu bersama-sama dengan Allah, dan Logos itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah…. Dan
logos itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
Firman itu telah menjadi manusia dan Firman itu adalah Allah, tinggal diantara manusia. ini adalah penjelasan dari Kitab suci yang tidak dapat dibantahkan.
Kemudian, ketika kita berpikir tentang Allah, apa yang anda pikirkan? Seperti apakah Allah? Dia tentu saja bukanlah inti dari kekosongan. Di dalam bagian Kristologi yang luar biasa, yang terdapat dalam Filipi pasal dua, Paulus menulis, “Yesus Kristus yang dalam morphe Allah, (rupa Allah), Dia merupakan morphe Allah.”
Sekarang, apakah morphe, itu “rupa Allah?” Seperti apakah rupa Allah?
“Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan morphe
manusia.”
Dia membandingkan keadaan itu, penampilan dari Tuhan kita. Dia berada di dalam rupa Allah, morphe Allah. Dan Dia mengsongkan diriNya kedalam morphe dari seorang manusia.
Apakah morphe Allah itu? Bahasa tidak dapat menjelaskan secara mendalam tentang hal itu, dan saya akan menunjukkannya kepada anda. Beberapa kali di dalam Perjanjian Lama para nabi berusaha untuk menjelaskan esensi kemuliaan Allah. Dan ini adalah cara bagaimana mereka berusaha menjelaskannya. Yehezkiel menulis:
Di atas cakrawala yang ada di atas kepala mereka (dia berbicara tentang empat kerubim, di atas empat kerubim, ada yang kelihatan seperti rupa manusia) ada menyerupai takhta yang kelihatannya seperti permata lazurit; dan di atas yang menyerupai takhta itu ada yang kelihatan seperti rupa manusia. Dari yang menyerupai pinggangnya sampai ke atas aku lihat seperti suasa mengkilat (dan kita sukar untuk menterjemahkan kata yang digunakan oleh Yehezkiel) dan seperti api yang ditudungi sekelilingnya; dan dari yang menyerupai pinggangnya sampai ke bawah aku lihat seperti api yang dikelilingi sinar. Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud….
Dan kemudian dia mendengar Allah berbicara kepadanya—seperti apakah Allah? Bahasa tidak dapat menjelaskan kedalaman makna yang dibawa esensi dari Allah.
Bolehkah saya menunjukkan contoh yang lainnya? Di dalam Keluaran pasal tiga puluh tiga, Musa berkata kepada Tuhan:
Perlihatkanlah kiranya kemuliaanMu kepadaku. Dan Tuhan Allah berkata kepada dia, “Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup." Berfirmanlah TUHAN: "Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat. Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan."
Seperti apakah Allah? Hal itu melampaui imajinasi kita. Dan tidak seorang pun yang pernah melihat wajah Allah—tidak seorang pun yang dapat melihat wajah Allah dan tetap hidup. Keberadaan dari esensi Allah melampaui dari apa yang dapat dijangkau oleh pikiran kita. Dan itulah sebabnya mengapa Allah datang kedunia ini dengan berinkarnasi dan mengambil rupa manusia, sehingga kita dapat melihat Allah dan tetap hidup. Dia adalah inkarnasi Allah—inilah Allah!
Seperti yang disampaikan oleh Tuhan kita, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa (ia telah melihat Allah).” Dan ketika Tuhan kita berbicara, itu berarti Allah yang sedang berbicara:
Ketika Tuhan sedang berjalan di antara kita, itu berarti Allah yang sedang berjalan bersama dengan kita;
Ketika Tuhan menyentuh kita, itu berarti Allah yang sedang menyentuh kita
Ketika Dia menderita bersama kita, itu berarti Allah yang sedang menderita bersama dengan kita;
Ketika Dia menangis, itu berarti Allah yang sedang menangis
Ketika Dia terluka, itu berarti Allah yang terluka,
Ketika Dia meninggal, itu berarti Allah yang meninggal
Ketika Dia bangkit, itu berarti Allah yang bangkit dari kematian:
Dan ketika Dia masuk ke dalam sorga, itu berarti Allah yang sedang membuka pintu anugerah dan kemuliaan bagi kita.
Allah menjadi manusia yang berinkarnasi, di dalam daging sehingga kita dapat mengetahui seperti apakah Allah—inilah Allah: Tuhan kita Yesus.
Kebalikan dari hal itu juga benar: Dia tidak hanya datang untuk bersama-sama dengan kita, tetapi Dia juga datang sehingga kita dapat dipersembahkan kepada Allah. Dia adalah mediator kita dan wakil kita serta pengantara yang agung---Dia merepresentasikan kita kepada Allah.
Tidak ada sebuah keindahan lain yang dapat anda temukan di dalam seluruh literatur dari pada dengan apa yang anda baca di dalam Kitab Ibrani, dan pasal kedua dari Kitab Ibrani ditutup dengan perkataan ini:
Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka…Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.
Dan pasal yang indah dari Kitab Ibrani, yaitu pasal empat ditutup dengan cara yang sama:
Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapatkan pertolongan kita pada waktunya.
“Datanglah!” Dia mengetahui semuanya tentang kita. Tidak ada dukacita yang membuat hatinya juga hancur. Tidak ada air mata yang tidak Dia tangisi. Tidak ada penderitaan yang tidak Dia alami.
Tidak ada penderitaan, tidak ada frustrasi, tidak ada kekecewaan, tidak ada rasa lapar, tidak ada keputusaasan yang tidak Dia alami. Dan itu berarti, ketika kita berdoa, kita tidak mengangkat lengan kita dan tangan kita kepada suatu keberadaan yang besar yang tidak berpribadi—esensi dari keberadaan yang mahatahu. Kita tidak berdoa seperti itu.
Kita menekuk lutut kita dan itu adalah cara kita berdoa:
Yesus yang penuh berkat, Engkau mengetahui segala sesuatu tentang aku. Tidak ada pencobaan, tidak ada dukacita, tidak ada penderitaan, tidak ada kekecewaan, dan tidak ada air mata yang tidak Engkau alami. Tuhan, berdirilah disampingku, di dalam kekuatan dan pertolongan, di dalam kemurahan pada saat aku membutuhkan rahmat dan kasih karunia pada waktunya. Dan Tuhan, pada suatu hari, ketika akhir dari hidup ini datang, semoga tanganMu yang telah terpaku itu membukakan anugerah bagiku, gerbang anugerah dan juga gerbang kemuliaan. Dan memeliharaku sama seperti Allah yang memelihara.
Itu adalah dunia yang lain, hari yang lain, iman yang lain, pengharapaan yang lain, kelegaan yang lain, serta keselamatan yang lain. Kita tidak berdoa kepada sesuatu yang tidak dapat dilukiskan, yang tidak dapat terkatakan, keberadaan dan kemahadiran yang tidak dapat disentuh, tetapi kita berdoa kepada Tuhan Yesus!
Dia mengetahui segala sesuatu tentang kita. Dia telah dicobai dalam segala hal sama seperti kita; Dan Dia adalah setia dan Pengantara serta Imam Besar yang murah hati. Karena itu mari datanglah, tidak peduli bagaimanapun keadaan anda; datanglah sehingga anda dapat menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapatkan pertolongan pada waktunya. Itulah arti dari Natal, dan inkarnasi serta kedatangan Tuhan kita ke dalam dunia.
Yang pertama, saya telah berbicara tentang anak yang telah dijanjikan. Yang kedua saya telah berbicara tentang Allah yang berinkarnasi, Allah yang telah menyatakan diri dalam rupa manusia. Dan yang ketiga, saya akan berbicara tentang Dia sebagai pengharapan dunia. Sekalipun dengan semua kegelapan yang meliputi sejarah modern kita, tetapi tetap sulit bagi kita untuk menempatkan diri kita sendiri kedalam jenis sebuah dunia di mana Yesus dilahirkan. UmatNya dan bangsaNya merupakan sebuah bagian dari sebuah kepahitan dan umat manusia yang bergejolak.
Hanya beberapa tahun sesudah Dia kembali ke sorga, wilayah Palestina yang kecil itu, wilayah Israel yang kecil itu memberontak dan melawan kekuasaan Imperium Roma. Jadi dengan penuh keputusasaan dan tanpa pertolongan, orang-orang itu melemparkan dan memberikan diri mereka melawan pedang dan perisai serta tombak legion Roma. Roma membutuhkan waktu sekitar lima tahun untuk meredakan pemberontakan dan kepahitan dari negara Israel yang kecil itu. Dari pertempuran itu muncullah dua Kaisar Roma yang hebat: Vespasianus dan Titus. Dan jika anda pernah berada di Roma, anda akan melihat di dalam sebuah relif yang besar, sebuah relif kemenangan, yang menampilkan kemenangan Titus dalam mengatasi pemberontakan itu.
Itu adalah sebuah wilayah kecil, dan di tempat itulah Yesus lahir. Dan tidak hanya itu, akan tetapi perbudakan merupakan sebuah karakter yang universal dari seluruh peradaban Graeco-Romawi kuno. Dari sebuah populasi yang berjumlah seratus juta orang, enam puluh juta orang diantara merupakan budak, sebuah harta yang bergerak. Seandainya anda berjalan menelusuri jalanan Efesus atau Antiokhia, atau Aleksandria, atu Roma semasa Tuhan kita hidup, tiga orang dari lima orang yang anda temui merupakan budak. Dan tidak hanya itu, tetapi seluruh wilayah dan bangsa-bangsa serta suku kaum dan masyarakat dunia berada di bawah rantai besi dari Kaisar Roma.
Saya berharap bahwa saya memiliki waktu untuk melanjutkan jenis dunia yang di dalamnya Yesus lahir. Ketika saya mempelajari Bahasa Yunani, kami mempelajari papirus Yunani—yaitu bahasa koine’ bahasa yang digunakan dalam menulis Perjanjian Baru; dan bahasa itu merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari pada jaman itu. Dan salah satu papirus yang telah saya baca adalah tulisan seorang pria kepada istrinya, dan sang suami itu sedang berada di dalam perjalanan yang panjang, dan saat dia pergi seorang bayi lahir di dalam rumahnya. Dan dia menulis kepada istrinya, dia berkata: “Jika yang lahir itu adalah anak laki-laki maka rawatlah dan perliharalah dia. Tetapi jika anak yang lahir itu adalah perempuan, tempatkanlah anak itu dalam tempat yang terbuka.”
Apa maksud anda dengan membiarkannya di tempat terbuka, itu artinya mengambil bayi kecil itu dan menempatkannya di luar di mana anjing dapat memakannya; atau srigala dapat mencabiknya atau lebih buruk lagi, seseorang dapat mematahkan tulang-tulangnya dan mengambil isi perutnya serta menunjukkannya sebagai kebanggaan dan menempatkannya di atas jalanan untuk memperoleh amal.
Apakah jawaban Allah terhadap kekerasan dan kegelapan dan keputusasaan dan keburukan serta kematian dunia? Apakah jawaban Allah? Bukankah anda berpikir bahwa Dia akan mengirim sebuah Kaisar Roma yang memiliki kejayaan dengan sebuah pedang dan pasukan tentaranya? Bukankahkah anda akan memikirkan hal itu? Bukankah begitu?
Di dalam membaca sejarah dunia kuno, seringkali dan secara berulang-ulang, saya membaca nama seorang pria yang mereka sebutkan yang memimpin pasukan yang besar ini: namanya pastilah Seleukus soter; atau Antiokhus soter; atau Ptolemi soter; atu Demetrius soter. S-o-t-e-r: “Soter”—jadi, saya berpikir bahwa itu adalah sebuah title yang menggelikan, yaitu “soter.” Casander soter, Lysificus soter. Kemudian saya membacanya di dalam Bahasa Yunani; dan hal itu terlihat sangat berbeda di dalam bahasa Yunani. Kata “o’ adalah omega dan kata “e” adalah sebuah alpha. Itu adalah kata yang luar biasa bagi juruselamat! Orang-orang ini seperti Seleukus, Antiokhus, Ptolemi, Demetrius, Cassander dan Lysificus, serta orang-orang lainnya—mereka datang dengan pasukan mereka yang besar untuk menjadi juruselamat bagi orang-orangnya.
Anda tahu, itu adalah sebuah hal yang aneh, bagaimana sejarah berlangsung dan sifat dari umat manusia: perang membiakkan perang; revolusi membiakkan revolusi; kebencian membiakkan kebencian. Dia yang mengangkat pedang akan binasa oleh pedang. Saya membaca tentang hal itu di dalam setiap surat kabar. Rusia menumpas revolusi di Hungaria; tetapi jauh di dalam bangsa Hungaria ada sebuah gejolak, yang sedang menunggu hari yang akan datang. Firman Allah berkata bahwa hari itu akan datang.
Hal yang sama akan anda temui di Polandia. Jauh di dalam Polandia ada sebuah kebencian yang membara, menunggu sebuah kesempatan dimana mereka dapat melawan kekuatan dari tank dan pasukan Rusia.
Hal yang sama terjadi di Afganistan. Jutaan orang pada saat ini dalam penderitaan yang dalam sedang menanti sebuah hari di mana mereka dapat melawan kekuatan pasukan Rusia.
Cara Allah sangat berbeda: Ketika Dia berusaha untuk memulihkan dan memberkati hati yang hancur, keputusasaan, kegelapan, dukacita dunia, Dia telah mengirim Seorang bayi yang kecil; Bayi kecil yang manis dan tenang.
Dan ketika orang-orang majus datang dari jauh, mereka datang dengan pertanyaan yang membara: “Dimanakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu?” Mereka berpikir bahwa setiap orang tahu. Tetapi tidak ada seorangpun di sini yang tahu—tidak ada satu orang pun. Dan mereka menuju istana raja. “Jika Dia seorang raja, Dia pasti lahir di istana raja. Dimanakah Dia, raja yang baru lahir itu?” Mereka telah dituntun oleh sebuah bintang dari langit, yang berhenti di atas sebuah kandang dan Allah menunjuk ke bawah dengan sinar bintang bahwa inilah Raja Dunia; ini adalah Juruselamat umat manusia; inilah berkat bagi umat manusia—Anak kecil ini.
Saya harus mengakhiri khotbah ini. Adalah iman yang berdiam di dalam diri orang-orang majus itu, orang-orang bijaksana itu: untuk percaya bahwa di dalam kehidupan yang kecil, dan tenang serta sederhana ini akan ada pengampunan atas dosa-dosa kita; yang membuka gerbang sorga dan membawa kerajaan Allah ke dalam hati kita dan ke dalam dunia.
Dan itu adalah iman yang sama yang kita tunjukkan dan perlihatkan pada hari ini, ketika kita datang dan brerlutut di hadapan Dia yang lahir dalam sebuah palungan. Yang menemani Dia adalah keledai, sapi, dan domba-domba, dan orang-orang miskin dunia sama seperti orang-orang yang berpengaruh, orang-orang kaya, orang-orang bijaksana dan orang-orang majus. Ada sebuah persamaan umum di dalam kelahiran Anak itu yang membuat kita semua satu di dalam Dia, di dalam jemaatNya, di dalam persekutuan umat Allah. Dan itu adalah undangan yang kami buat ke dalam hati anda.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.