Ada sesuatu yang aneh saat makan siang bersama Dr. Jeffrey MacDonald. Dia duduk sambil mengunyah roti berisi ikan tuna dan keripik kentang dengan santai dalam sebuah ruangan pertemuan di pengadilan Carolina Utara. Dia membuat komentar-komentar riang dan tampaknya dia menikmati dirinya sendiri. Dalam ruangan lain di dekat ruangan ini, 12 juri sedang beristirahat setelah mendengarkan bukti menakutkan bahwa MacDonald telah membunuh istri dan kedua anak perempuannya secara brutal.
Setelah makan siang, saya tidak dapat menahan diri untuk bertanya persoalan-persoalan yang sudah cukup jelas, "Bagaimana bisa Anda bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi?" ujarku, dengan nada keheranan dan geram. "Apakah Anda tidak khawatir sedikitpun juri-juri itu akan menyatakan bahwa Anda bersalah?"
MacDonald dengan santai mengayunkan roti yang baru dimakan separuhnya ke arah ruangan juri. "Mereka?" Dia tergelak, "Mereka tidak bisa menyalahkanku!"
Sesaat setelah menyadari betapa sinisnya kata-kata tersebut, dia dengan cepat menambahkan, "Saya tidak bersalah."
Saat itu adalah terakhir kalinya saya mendengarnya tertawa. Dalam hitungan hari, mantan anggota Komando Pasukan Khusus AS dan fisikawan ruang gawat darurat itu, dinyatakan bersalah atas pembunuhan istrinya, Colette, dandua putrinya, Kimberly, 5 tahun, dan Kristin, 2 tahun.
Dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan diseret dengan borgol.
MacDonald terlalu angkuh menganggap alibinya dapat menolongnya lolos dari tuduhan pembunuhan itu. Dia mengatakan kepada para penyelidik bahwa saat itu dia sedang tertidur di sofa, kemudian orang-orang jalanan yang terpengaruh obat terlarang membangunkannya tengah malam. Menurut pengakuannya, dia melawan mereka, ditusuk, dan dipukul sampai tak sadarkan diri dalam proses tersebut. Ketika dia terbangun, dia melihat keluarganya telah terbunuh.
Sejak awal para detektif sudah meragukan pernyataannya. Kondisi ruang tamu hanya menunjukkan sedikit tanda-tanda perkelahian sengit, dan luka-luka MacDonald hanyalah luka yang dibuat-buat. Akan tetapi, sikap skeptis saja tidak bisa menyatakan bahwa dia bersalah; hal tersebut membutuhkan bukti-bukti kuat. Dalam kasus MacDonald, Para detektif bergantung pada bukti ilmiah untuk membuka jaringan kebohongannya dan menghukumnya atas pembunuhan tersebut.
Ada berbagai macam bukti ilmiah yang sering digunakan dalam pengadilan, mulai dari menggolongkan tipe DNA sampai antropologi forensik hingga toksikologi. Dalam kasus MacDonald buktinya adalah serologi (bukti darah) dan bukti jejak yang mengirimnya langsung ke penjara.
Menurut para jaksa penuntut dan berdasarkan dugaan kuat atas keabsahan kejadian luar biasa yang mengejutkan itu, setiap anggota dalam keluarga MacDonald memiliki tipe darah yang berbeda-beda. Dengan menyelidiki bercak-bercak darah yang ditemukan, para penyelidik berhasil merekonstruksi rangkaian peristiwa yang terjadi pada malam yang mengerikan itu -- dan penemuan mereka langsung bertolak belakang dari gambaran versi MacDonald.
Penelitian ilmiah tentang benang yang sangat kecil pada baju tidur birunya, yang ditemukan di berbagai tempat, juga menentang alibinya. Kemudian, analisis mikroskop menunjukkan bahwa lubang-lubang di baju tidurnya tidak mungkin disebabkan oleh penghancur es yang dihancurkan oleh orang-orang yang menyerang rumahnya, seperti yang dikatakan MacDonald. Singkat kata, para staf forensik FBI yang mengenakan jas laboratorium berwarna putih benar-benar berada di balik pengakuan MacDonald.
Bukti ilmiah juga dapat memberikan kontribusi yang penting untuk pertanyaan mengenai ketepatan Perjanjian Baru tentang Yesus. Walaupun ilmu yang berhubungan dengan serum darah (serologi) dan ilmu yang bersangkut paut dengan efek-efek dan mekanisme kerja yang merugikan dari agen-agen kimia terhadap binatang dan manusia (toksikologi) tidak dapat membantu penelitian ini, kategori bukti ilmiah lain -- disiplin ilmu arkeologi -- memunyai hubungan yang kuat dengan konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur Injil.
Ratusan temuan arkeologi dari abad pertama telah diselidiki, dan saya penasaran: apakah mereka mempertentangkan atau sebaliknya menguatkan cerita-cerita para saksi mata tentang Yesus? Oleh karena itu, saya berkelana untuk bertemu dengan orang terkemuka yang telah menggali sendiri reruntuhan Timur Tengah, yang memunyai wawasan luas tentang penemuan-penemuan kuno, dan yang memiliki batasan-batasan ilmiah yang memadai yang diakui -- batasan-batasan arkeologi -- seraya menjelaskan bagaimana penemuan tersebut mengungkapkan kehidupan dalam abad pertama.
Wawancara: John McRay, Ph.D
Ketika para pelajar dan siswa mempelajari arkeologi, banyak yang kembali mengacu pada buku panduan John McRay yang akurat dan terpercaya pada halaman 432 tentang Arkeologi dan Perjanjian Baru.
McRay menuntut ilmu di Hebrew University, Ecole Biblique et Archeologique Francaise di Yerusalem, Vanderbilt University Divinity School, dan The University of Chicago, universitas yang memberinya gelar doktor pada tahun 1967. McRay adalah seorang Guru Besar Perjanjian Baru dan Arkeologi di Wheaton College selama lebih dari 15 tahun.
Untuk menguji apakah dia berlebihan tentang pengaruh arkeologi, saya memutuskan untuk membuka wawancara saya dengan menanyakannya apa yang dapat dia jelaskan tentang konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur Perjanjian Baru.
"Arkeologi telah memberikan beberapa kontribusi penting," ujarnya mengawali dengan kecepatan dialek yang pernah dipakainya sebagai anak dari Oklahoma bagian tenggara, "Namun arkeologi tidak bisa membuktikan apakah Perjanjian Baru merupakan Firman Allah. Jika kita menggali tentang Israel dan menemukan letak-letak kuno yang konsisten dengan petunjuk Alkitab, maka hal ini menunjukkan bahwa sejarah dan geografi dalam Alkitab tepat. Namun demikian, hal ini tidak menyatakan bahwa apa yang dikatakan Yesus Kristus benar. Kebenaran rohani tidak dapat dibuktikan atau dilemahkan dengan penemuan-penemuan arkeologis."
Sebagai suatu analogi, dia menceritakan kisah tentang Heinrich Schliemann, yang berusaha meneliti Troy untuk membuktikan ketepatan historis Illiad karya Homer. "Dia menemukan Troy," ujar McRay dengan senyuman lembut, "tetapi itu tidak membuktikan bahwa Iliad benar. Cerita tersebut hanya akurat pada referensi-referensi geografis tertentu."
Saat kita menentukan batasan-batasan apa yang tidak dapat diungkapkan oleh arkeologi, saya penasaran untuk meneliti apa yang dikatakan arkeologi tentang Perjanjian Baru. Saya memutuskan untuk terjun ke topik ini dengan membuat pengamatan yang memperbanyak pengalaman saya sebagai jurnalis investigasi resmi.
Menggali Kebenaran
Saat mencoba memutuskan apakah seorang saksi berkata yang sesungguhnya, para jurnalis dan pengacara akan menguji seluruh elemen kesaksiannya yang dapat diuji. Jika investigasi ini mengungkapkan bahwa orang itu salah menyebutkan detail-detailnya, maka kebenaran kisahnya akan sangat diragukan. Akan tetapi, jika detail-detailnya cocok, ini merupakan indikasi -- bukan sebagai bukti kesimpulan, tetapi sebagai bukti bahwa mungkin saksi ini dapat dipercaya atas pernyataan keseluruhannya.
Contohnya, jika seseorang bercerita tentang perjalanannya dari St. Louis ke Chicago, dan menyebutkan bahwa dia berhenti di Springfield, Illinois, untuk menonton film "The Passion of the Christ" di Odeon Theater. Kemudian dia melahap cokelat Clark besar yang dia beli di kedai, para penyelidik dapat menyelidiki apakah bioskop tersebut berada di Springfield serta apakah bioskop memutar film itu dan menjual merek permen cokelat dengan ukuran tertentu saat itu seperti yang dikatakannya. Jika penemuan mereka bertentangan dengan pernyataan orang tersebut, hal ini menodai keabsahannya. Jika detail-detail tersebut cocok, hal ini tidak semata-mata membuktikan bahwa seluruh ceritanya benar, namun hal ini memperkuat reputasinya karena mengatakan hal-hal yang tepat.
Seperti inilah pencapaian arkeologi. Premis atau dasar pemikirannya adalah jika detail-detailnya tepat masa demi masa, hal ini menambah kepercayaan kita pada bahan-bahan lain yang ditulis sejarawan tetapi belum sempat untuk diperbandingkan (kros-cek).
Jadi saya menanyakan pendapat profesional McRay. "Apakah arkeologi mengukuhkan atau mempertentangkan Perjanjian Baru ketika arkeologi membenarkan detail-detail kisah-kisahnya?"
McRay menjawab dengan cepat. "Oh, tidak dapat diragukan bahwa kredibilitas Perjanjian Baru diperkuat," ujarnya, "sama seperti ketika kredibilitas dokumen kuno manapun diperkuat jika Anda menggali dan melihat bahwa penulisnya akurat berbicara tentang tempat atau peristiwa tertentu."
Sebagai contoh, dia memaparkan pencarian-pencariannya di Caesarea di pesisir Israel, tempat dia dan yang lainnya menggali teluk Herodes Agung.
"Untuk waktu yang lama orang-orang menanyakan validitas pernyataan Josefus, sejarawan abad pertama, bahwa teluk ini sebesar teluk di Piraeus, yang merupakan pelabuhan utama di Atena. Orang-orang mengira Josefus salah, karena ketika Anda melihat bebatuan di atas permukaan air laut di teluk yang sekarang, teluk tersebut tidak terlalu besar.
"Tetapi ketika kami memulai penyelidikan bawah laut, kami melihat bahwa teluk tersebut memanjang di bawah laut, bahwa teluk tersebut telah tertindih, dan dimensi-dimensinya secara keseluruhannya ternyata dapat dibandingkan dengan teluk di Piraeus. Jadi, Josefus ternyata benar. Ini adalah satu lagi bukti bahwa Josefus tahu apa yang dia bicarakan."
Jadi, bagaimana dengan penulis-penulis Perjanjian Baru? Apakah mereka benar-benar tahu apa yang mereka tuliskan? Saya ingin menguji isu ini dalam pertanyaan saya selanjutnya.
Ketepatan Lukas sebagai Sejarawan
Lukas, seorang fisikawan dan sejarawan, menuliskan Injil yang memakai namanya sendiri dan kitab Kisah Para Rasul, yang mana kedua kitab itu merupakan seperempat dari seluruh isi Perjanjian Baru. Injil-injil seperti Lukas dan Matius adalah kitab-kitab yang memberikan detail-detail tentang kisah Yesus.
Lukas dipercaya telah mewawancarai para saksi mata yang mengetahui segala sesuatu tentang kelahiran sampai kematian dan bahkan sampai kebangkitan Yesus. Kenyataannya, mitra sepelayanan Rasul Paulus ini mengatakan dia "menyelidiki segala sesuatu dengan teliti" agar dia dapat "menuliskan kisah-kisah yang berurutan" tentang "kepastian" yang terjadi. Tidak diragukan bahwa dia telah mencatat peristiwa-peristiwa historis yang aktual.
Apakah Kekristenan Menyalin Mitos-Mitos Zaman Dulu?
Para skeptis menyatakan bahwa kekristenan, termasuk kelahiran perawan (Kelahiran Yesus melalui sang perawan Maria, Red), hanyalah sebuah bungkusan ulang dari agama-agama misterius penyembah para dewa. "Tidak benar," ujar ahli apologi, Alex McFarland. Berbeda dengan mitos, "Perjanjian Baru berhubungan dengan orang-orang dan kejadian-kejadian nyata yang terbuka untuk diselidiki," tambahnya.
Peneliti Gretchen Passantino setuju bahwa kelahiran Kristus sangat berbeda dengan kisah-kisah mitos ini. "Contohnya, alih-alih seorang perawan bersedia mengandung dari kekuatan ajaib Allah, mitos-mitos memberikan kita kisah-kisah dari illah-illah yang kuat memaksa bersetubuh dengan wanita," ujarnya. "Alih-alih Inkarnasi, mitos-mitos menceritakan setengah manusia, pahlawan-pahlawan super setengah dewa yang memunyai kelemahan, dosa, dan frustrasi-frustrasi seperti kita."
Albert Schweitzer mengatakan, mereka yang menyatakan kekristenan berasal dari mitos-mitos ini "membuat berbagai macam penggalan atau potongan informasi sejenis agama misterius yang universal yang tidak pernah ada. C. S. Lewis menegaskan bahwa kekristenan berasal dari lingkaran tanpa jejak agama pada umumnya yang pernah ada."
Tetapi saya ingin tahu apakah Lukas mendapatkan hal-hal yang benar. "Ketika para arkeolog memeriksa detail-detail yang dituliskannya," saya lalu berkata, "Apakah kata mereka tentang Lukas. Apakah dia teliti atau ceroboh?" Baik para pelajar liberal maupun konservatif sepakat bahwa sebagai sejarawan, Lukas sangat tepat," Ujar McRay. "Dia terpelajar, dia pandai berbicara dan bahasa Ibraninya mendekati kualitas klasik, dia menulis sebagai seorang yang berpendidikan, dan penemuan-penemuan arkeologis menunjukkan lagi dan lagi bahwa Lukas tepat dalam apa yang patut dia sampaikan."
Nyatanya, dia menambahkan ada beberapa contoh, mirip dengan cerita tentang teluk di atas. Dalam beberapa kisah itu, para pelajar awalnya mengira Lukas salah dalam beberapa acuan, tetapi beberapa penemuan-penemuan lainnya menyatakan bahwa apa yang dituliskannya benar.
Contohnya, dalam Lukas 3:1 dia mengacu pada Lysania yang menjadi Gurbenur Romawi di Abilene sekitar tahun 27 Sesudah Masehi. Selama beberapa tahun, para pelajar menjadikan kisah ini bukti bahwa Lukas tidak tahu apa yang ia bicarakan, karena semua orang tahu bahwa Lysanias bukanlah gurbenur, tetapi dia adalah pemerintah Khalkis setengah abad sebelumnya. Jika Lukas tidak benar dalam fakta dasar, maka apa yang dia tuliskan tidak dapat dipercaya.
Di sinilah arkeologi ikut berperan. "Sebuah tulisan kemudian ditemukan pada zaman Tiberius, dari 14 sampai 37 SM, yang menyebutkan Lysanias sebagai Gurbenur di Ablila dekat Damascus sama seperti yang dituliskan oleh lukas," jelas McRay. "Ternyata ada dua pegawai pemerintah yang bernama Lysanias! Sekali lagi, Lukas dinyatakan tepat sekali."
Contoh lainnya adalah tulisan Lukas di Kisah Para Rasul 17:6 yang menyebutkan "Politarchs," yang diterjemahkan sebagai "pembesar-pembesar kota" oleh Alkitab Terjemahan Baru, di kota Tesalonika. "Untuk waktu yang lama orang-orang mengira Lukas salah, karena tidak ada bukti bahwa istilah "Politarchs" ditemukan di dalam dokumen Roma manapun," ujar McRay.
"Tetapi, sebuah tulisan di bangunan melengkung abad pertama menuliskan frasa, "Pada waktu Politarchs..." Anda dapat pergi ke Museum Inggris dan melihat sendiri. Kemudian, lihatlah dan perhatikanlah, para arkeolog telah menemukan lebih dari 35 tulisan yang menyebutkan Politarchs, beberapa tulisan tersebut ditemukan di Tesalonika dengan periode yang sama seperti yang dituliskan Lukas. Sekali lagi, para kritikus salah dan Lukas terbukti benar."
Seorang ahli arkeologi terkemuka meneliti dengan seksama acuan-acuan Lukas pada tiga puluh dua negara, lima puluh empat kota, dan sembilan pulau, ternyata tidak menemukan kesalahan.
Intinya adalah: "Jika Lukas sangat amat akurat dalam laporan historisnya," ujar salah satu buku yang membahas topik ini, "dengan dasar logika manakah kita berasumsi bahwa dia mudah percaya atau tidak tepat dalam laporannya tentang hal-hal yang jauh lebih penting, bukan hanya untuknya tetapi bagi yang lain juga?"
Hal-hal, seperti kebangkitan Yesus, bukti yang sangat kuat tentang ketuhanan-Nya, seperti yang ditulis Lukas, dicatat dengan "banyak bukti-bukti yang meyakinkan."
Konsistensi dari serangkaian alat ukur untuk Yohanes
Arkeologi mendukung kredibilitas Lukas, tetapi Lukas bukanlah satu-satunya penulis Perjanjian Baru. Saya heran tentang apa yang dikatakan para ilmuwan mengenai Yohanes, yang memulai injilnya dengan fasih menegaskan inkarnasi -- bahwa, "Firman," atau Yesus, telah menjadi Manusia dan tinggal di antara kita dalam Natal pertama.
Injil Yohanes terkadang dicurigai karena dia berbicara tentang tempat-tempat yang tidak dapat dibuktikan. Beberapa pelajar menyalahkannya karena dia tidak bisa meluruskan dan menjelaskan secara detail, Yohanes dapat dipastikan tidak akrab dengan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus.
Akan tetapi, kesimpulannya telah diputar-balikkan akhir-akhir ini. "Ada beberapa penemuan yang menyatakan bahwa Yohanes sangat akurat," McRay menunjukkan, "Contohnya, Yohanes 5:1-15 menuliskan bagaimana Yesus menyembuhkan orang sakit di serambi Kolam Bethesda. Yohanes menyatakan secara detail bahwa kolam tersebut memunyai lima serambi. Untuk waktu yang lama, orang-orang mengutip hal ini sebagai contoh ketidaktepatan Yohanes, karena tidak ada tempat yang ditemukan.
"Akhir-akhir ini Kolam Bethesda telah digali -- kolam itu mungkin terkubur di bawah tanah -- dan tentunya, ada lima beranda, yang berarti bilik atau lorong, persis seperti yang digambarkan Yohanes. Anda juga mengetahui penemuan-penemuan lainnya -- Kolam Siloam dalam Yohanes 9:7, Sumur Yakub dalam Yohanes 4:12, lokasi yang mungkin merupakan tempat yang bernama Litostrotos di dekat gerbang Jafa dalam Yohanes 19:13, bahkah identitas Pilatus sendiri, semuanya memberikan kredibilitas historis dalam injil Yohanes."
"Jadi hal ini menantang pernyataan tanpa bukti bahwa injil Yohanes telah ditulis jauh setelah Yesus sehingga injil ini tidak mungkin tepat," ujarku.
"Tepat sekali," balasnya.
Saya memutuskan untuk menanyakan McRay pertanyaan yang lebih luas: apakah dia pernah mendapatkan penemuan arkeologis yang nyata-nyata bertentangan dengan acuan Perjanjian Baru?
Dia menggelengkan kepalanya. "Arkeologi tidak menemukan apa pun, yang secara tegas menentang Alkitab," jawabnya dengan meyakinkan. "Sebaliknya, seperti yang telah kita bahas, banyak sekali pendapat ilmuwan yang telah disusun sebagai suatu fakta selama bertahun-tahun, tetapi arkeologi tersebut dinyatakan salah."
Walaupun demikian, ada beberapa hal yang saya ingin ketahui, terutama tentang permasalahan seputar kelahiran Yesus. Saya melihat catatan saya dan siap menantang McRay dengan tiga teka-teki panjang -- persoalan yang masih ada kaitannya, yang saya kira masih sulit dijelaskan oleh arkeologi.
Teka-teki ke-1: Sensus
Pernyataan naratif yang ditulis Lukas menyatakan bahwa Maria dan Yusuf diharuskan pulang ke kota asal Yusuf, Bethlehem, berdasarkan sensus. "Saya akan menyatakannya secara blak-blakan: ini tampak konyol," ujarku. "Bagaimana mungkin pemerintah menyuruh seluruh warganya untuk kembali ke kota kelahiran mereka? Apakah ada bukti arkeologis apa pun bahwa sensus seperti ini pernah terjadi?"
McRay dengan perlahan mengambil salinan bukunya. "Sebenarnya, penemuan bentuk sensus kuno telah menerangkan sedikit tentang praktik ini," ujarnya seraya membuka lembaran buku. Ketika menemukan referensi yang dia cari, dia mengutip peraturan pemerintahan resmi pada tahun 104 SM.
Gaius Vibius Maximus, Perfect of Egypt [mengatakan]: Karena waktu untuk sensus rumah ke rumah telah tiba, maka mereka semua, yang atas alasan apa pun tinggal di luar provinsi mereka diwajibkan pulang ke rumah mereka masing-masing, agar mereka dapat melaksanakan peraturan rutin sensus serta mereka dapat berpartisipasi dengan rajin untuk menggarap tanah mereka.
"Seperti yang dapat Anda lihat," ujarnya sambil menutup buku, "bahwa praktik tersebut dikuatkan oleh dokumen ini, walaupun cara menghitung warga ini tampak aneh bagi Anda. Dan naskah lain menjelaskan bahwa tulisan dibuat pada tahun 48 SM, menunjukkan bahwa semua anggota keluarga terlibat dalam sensus."
Akan tetapi, naskah ini tidak menghapus seluruh permasalahan. Lukas mengatakan bahwa sensus yang menyebabkan Yusuf dan Maria kembali ke Betlehem dilaksanakan ketika Kirenius memimpin Siria dan selama kekuasaan Herodes Agung.
"Hal ini memicu permasalahan mendasar," ujarku, "karena Herodes meninggal pada tahun 4 SM, dan Kirenius tidak memerintah sampai 6 SM, ketika sensus dilakukan setelah itu. Ada jarak yang jauh di sana; bagaimana Anda menanggapi ketidakcocokan yang besar dalam penanggalan ini?"
McRay mengetahui bahwa saya mengangkat permasalahan yang telah digeluti para arkeolog selama bertahun-tahun. Dia menanggapinya dengan mengatakan, "Seorang arkeolog yang terkenal bernama Jerry Vardaman telah melakukan kerja yang bagus berkaitan dengan hal ini. Dia menemukan koin dengan nama Kirenius. Di koin itu terdapat tulisan yang sangat kecil, atau yang kita kenal dengan huruf-huruf "mikrografik". Hal ini menempatkannya sebagai prokonsul dari Siria dan Kilikia dari tahun 11 Sebelum Masehi sampai kematian Herodes."
Saya bingung. "Apa maksudnya?" tanyaku.
"Yang jelas, ada dua orang yang bernama Kirenius," ujarnya. "Banyak orang yang memunyai nama Roma yang sama adalah hal yang lumrah, jadi tidak ada alasan untuk meragukan bahwa ada dua orang dengan nama Kirenius. Sensus dapat terjadi di bawah kekuasaan Kirenius yang pertama. Karena sensus diadakan selama empat belas tahun sekali, sensus akan berjalan dengan cukup lancar."
Teka-teki ke-2: Kehadiran Nazaret
Banyak orang Kristen tidak sadar bahwa skeptis telah menegaskan untuk waktu yang cukup lama bahwa orang Nazaret tidak pernah ada selama waktu Perjanjian Baru menyebutkan bahwa Yesus menghabiskan masa kecilnya di sana setelah kelahirannya di Bethlehem.
Atheis Frank Zindler menunjukkan bahwa Nazaret tidak disebutkan dalam Perjanjian Lama, oleh rasul Paulus, oleh Talmud, atau oleh sejarawan abad pertama, Yosefus. Kenyataannya, tidak ada sejarawan-sejarawan atau ahli geografi yang menyebutkan Nazaret sebelum awal mula abad ke-4."
Hilangnya bukti ini memberikan gambaran yang mencurigakan. Jadi aku menanyakan hal ini langsung ke McRay: "Apakah ada konfirmasi arkeologis bahwa Nazaret ada selama abad pertama?"
Permasalahan ini bukanlah permasalahan yang baru buat McRay. "Dr. James Strage dari University of South Florida adalah seorang ahli dalam bidang ini. Dia menggambarkan Nazaret adalah kota yang sangat kecil, sekitar enam hektar, dengan populasi maksimum sekitar 480 pada awal abad pertama," ujar McRay.
"Bagaimana dia bisa mengetahuinya?" tanyaku.
"Strange mencatat bahwa Yerusalem runtuh pada tahun 70 SM. Para imam tidak lagi diperlukan di tempat ibadah karena tempat ibadah tersebut telah dirusak. Jadi, mereka dikirim ke berbagai tempat lain, bahkan sampai ke Galilea. Para arkeolog menemukan daftar dalam bahasa Aram yang menggambarkan dua puluh empat 'bagian', atau keluarga, dari para imam yang dipindahkan, dan salah satu dari mereka di dalam "daftar' telah pindah ke Nazaret. Hal ini menunjukkan bahwa perkampungan kecil ini pasti terletak di sana pada waktu itu."
Sebagai tambahan, dia mengatakan bahwa ada penggalian arkeologis yang telah menemukan kuburan abad pertama di daerah sekitar Nazaret, yang menandakan batas-batas desa, karena menurut peraturan Yahudi, penguburan hanya boleh dilakukan di kota itu.
McRay mengambil salinan buku arkeolog terkemuka, Jack Finegan, yang dipublikasikan oleh Princeton University Press. Dia membukanya, kemudian membaca analisis Finegan: "Dari kuburan...dapat disimpulkan bahwa Nazaret adalah kota Yahudi dalam masa Romawi."
McRay melihatku. "Ada diskusi tentang beberapa wilayah dari abad pertama, seperti di mana letak kubur Yesus, tetapi di antara para arkeolog ada keraguan besar tentang lokasi Nazaret. Mereka yang menyangsikan lokasi Nazaretlah yang harus membuktikannya."
Nah, itu terdengar masuk akal. Bahkan ilmuwan Wilson yang biasanya skeptikal, mengutip sisa-sisa kekristenan yang ditemukan pada tahun 1955 di bawah gereja di bawah Church of the Annunciation pada masa Nazaret telah diakui, "Penemuan seperti itu menunjukkan bahwa Nazaret mungkin ada pada masa Yesus, walaupun tidak diragukan lagi tempat tersebut sangat kecil dan tidak berpengaruh.
Karena sangat tidak berpengaruh perenungan Natanael dalam injil Yohanes saat ini masuk akal: "Nazaret!" ujarnya. "Adakah sesuatu yang baik muncul dari sana?"
Bintang ...
Apakah bintang itu sebuah komet? Asteroid? Kumpulan planet-planet? Semua menunjukkan bintang Natal yang memimpin orang-orang majus dari timur untuk mengunjungi bayi Kristus. Bagi astronom Hugh Ross, salah satu kemungkinan, itu adalah "kembali munculnya bintang baru".
"Sebuah nova yang kasat mata (bintang yang langsung bertambah sinarnya, dan dalam beberapa bulan atau tahun baru meredup) terjadi sekitar sekali setiap dekade," ujarnya. "Nova yang unik menarik perhatian pengamat-pengamat yang jeli dan terlatih seperti orang majus. Akan tetapi, banyak nova yang juga biasa saja, dan lepas dari perhatian peneliti lainnya."
Sebagian besar nova meledak satu kali, namun beberapa meledak berkali-kali dalam hitungan bulan maupun tahun. Hal ini, ujarnya, dapat menjelaskan perkataan Matius bahwa bintang muncul, hilang, dan kemudian muncul lagi dan kemudian menghilang lagi.
Teka-teki 3: Pembunuhan Massal di Betlehem
Injil Matius menggambarkan kejadian mengerikan: Herodes Agung, raja Yudea, terancam oleh lahirnya seorang bayi yang dia takuti akan mengambil alih takhtanya, mengutus pasukannya membunuh semua anak di bawah umur dua tahun di Betlehem. Akan tetapi, diperingatkan oleh malaikat, Yusuf melarikan diri ke Mesir bersama Maria dan Yesus. Beberapa saat sesudah Herodes mati, maka kembalilah mereka ke Nazaret Hanya setelah Herodes meninggal mereka kembali menetap di Nazaret, demikianlah keseluruhan episode menggenapi ketiga nubuatan kuno tentang Mesias.
Masalah: tidak ada penegasan langsung bahwa pembunuhan masal ini terjadi. Tidak ada yang menulis mengenai hal ini dalam tulisan-tulisan Yosefus dan sejarawan lain. Tidak ada bukti-bukti arkeologis. Tidak ada catatan sejarah atau dokumen tentang itu.
"Tentu saja kejadian sebesar ini kemudian disaksikan orang lain pada waktu itu selain Matius," tegasku. "Dengan kehampaan dokumentasi historis atau arkeologis, bukankah masuk akal kejadian ini tidak pernah terjadi?"
"Saya tahu mengapa Anda mengatakan hal itu," ujar McRay, "Jika peristiwa tersebut mungkin terjadi masa kini, maka hal itu akan disiarkan di seluruh CNN dan seluruh stasiun di dunia. Akan tetapi, Anda harus menempatkan diri anda pada abad pertama dan mengingat sedikit hal. Pertama, Betlehem mungkin tidak lebih besar daripada Nazaret, jadi berapa banyak bayi berumur kurang dari dua tahun di desa yang terdiri dari lima atau enam ratus orang? Bukan ribuan, bukan ratusan, tetapi pastinya sedikit.
"Kedua, Herodes Agung adalah raja yang haus darah; dia membunuh anggota-anggota keluarganya sendiri; dia membunuh orang banyak yang dia kira dapat menentangnya. Jadi fakta bahwa dia membunuh beberapa bayi di Betlehem tidak akan menarik perhatian orang-orang di dunia Romawi.
"Dan ketiga, tidak ada televisi, tidak ada radio, tidak ada koran. Butuh waktu yang lama untuk berita ini menyebar, terutama dari desa kecil di balik perbukitan di suatu tempat yang tak dikenal, dan para sejarawan memiliki cerita-cerita yang lebih besar untuk dituliskan."
Sebagai seorang jurnalis, hal ini masih sedikit sulit dipahami. "Kejadian ini tidak cukup besar untuk dituliskan?" tanyaku, sedikit ragu.
"Saya kira tidak, paling tidak di hari-hari itu," ujarnya, "Orang gila yang membunuh setiap orang yang tampaknya dapat menjadi ancaman baginya adalah pekerjaan yang biasa bagi Herodes. Tentunya, kemudian, setelah kekristenan berkembang, peristiwa mengenaskan ini menjadi lebih penting, tetapi saya akan lebih terkejut jika peristiwa ini menjadi berita besar pada masa itu."
Saya perlu akui bahwa dari apa yang saya ketahui tentang peristiwa berdarah Palestina kuno, penjelasan McRays tampaknya masuk akal. Tentu saja, ketika wawancara saya dengan McRay telah usai, saya lebih yakin tentang ketepatan keseluruhan Perjanjian Baru.
Clifford Wilson, seorang arkeolog dari Australia, mengatakan, "Mereka yang mengetahui fakta-fakta saat ini menyadari bahwa Perjanjian Baru perlu diterima sebagai buku sumber yang sangat akurat."
Yang lebih penting adalah Perjanjian Baru kemudian didokumentasikan oleh sumber-sumber historis kuno dari luar Alkitab. "Kita memunyai dokumentasi historis yang lebih baik tentang Yesus daripada pendiri agama kuno lainnya," ujar Dr. Edwin Yamauchi saat kunjungan saya ke Miami University of Ohio.
Yamauchi, yang memunyai gelar doktor studi Mediterranean dari Brandeis University, adalah penulis 'The Scriptures and Archaeology and The World of the First Christian'. Ketika saya menanyakannya apa yang dapat disimpulkannya tentang Yesus yang bergantung sepenuhnya pada sumber-sumber kuno non-Christian, dia menjawab:
"Kita tahu, pertama, Yesus adalah guru Yahudi; kedua, banyak orang percaya bahwa Dia dapat menyembuhkan dan mengusir setan; ketiga, beberapa orang percaya bahwa Dia Seorang Mesias; keempat, Dia ditolak oleh pemimpin-pemimpin Yahudi; kelima, Dia disalibkan di bawah pemerintahan Pontius Pilatus pada zaman kekuasaan Tiberius; keenam, di balik kematiannya yang memalukan, pengikutnya, yang percaya kepada-Nya masih hidup, menyebar keluar palestina sehingga banyak sekali dari mereka yang berada di Roma pada tahun 64 Sesudah Masehi; dan ketujuh, semua orang dari kota dan desa -- pria dan wanita, budak dan orang merdeka, menyembahnya sebagai Allah."
Seorang ahli mendokumentasikan 39 sumber historis kuno yang mencatat ada lebih dari seratus fakta tentang kehidupan, pengajaran, penyaliban dan kebangkitan Yesus. Tujuh sumber sekuler dan beberapa kepercayaan mula-mula menekankan pada ketuhanan Yesus, sebuah doktrin "tentunya terdapat pada gereja mula-mula," menurut Dr. Gary Habermas, penulis The Historical Jesus.
Akhirnya, pertanyaan saya tentang apakah perjanjian baru telah diceritakan dan dipercaya selama berabad-abad sampai sekarang ini telah dijawab oleh Dr. Bruce Metzger, profesor emiritus dari Princeton Theology Seminary. Dia mengatakan kepada saya bahwa sejumlah tulisan-tulisan Perjanjian Baru yang belum pernah terjadi sebelumnya dan mereka ... dekat dengan tulisan-tulisan asli. Perjanjian Baru yang modern 99,55 bebas dari ketidaksesuaian teks, dan tanpa diragukan lagi, tidak terdapat doktrin-doktrin kristen besar. Selain itu, kriteria yang digunakan oleh gereja mula-mula menentukan buku-buku apa yang dianggap memiliki otoritas, telah memastikan bahwa kita memunyai tulisan-tulisan terbaik tentang Yesus.
Tulisan-tulisan itu tidak ambigu menyatakan bahwa bayi di kandang adalah Anak Allah. Akan tetapi, dapatkah dia mendukung pernyataannya? Saya tahu ada intelek Kristen bernama D.A. Carson yang dapat menolong saya menemukan apakah Yesus memenuhi atribut-atribut Allah.
Judul buku | : | The Case for Christmas |
Judul asli artikel | : | The Scientific Evidence: Does Archaeology Confirm or Contradict Jesus' Biographies? |
Penulis | : | Lee Strobel |
Penerbit | : | Zondervan, Grand Rapids, Michigan 2005 |