Paulus memberikan peringatan tentang ketidaktaatan. Tetapi apa arti sebenarnya dari mentaati Tuhan? Mari kita melihat pada kabar baik tentang ketaatan.
Ketaatan pasti telah menjadi topik dari banyak khotbah selama bertahun-tahun. Para pengkhotbah telah menyatakan pandangan mereka mengenai ketaatan pada Firman Tuhan, mulai dari ancaman api dan belerang bagi ketidaktaatan sampai janji-janji ganjaran besar bagi mereka yang taat.
Apakah penting untuk mentaati Firman Tuhan? Tentu saja. Tetapi Firman Tuhan yang mana yang harus kita taati?
Ketidaktaatan Israel
Dalam Ibrani 3 kita dapat membaca sebuah refleksi dari bagian sejarah Israel yang dicatat dalam Bilangan 13 dan 14. Pada masa Musa, Tuhan mengatakan pada Israel bahwa Ia akan memampukan mereka untuk masuk ke dalam Tanah Perjanjian dengan memberikan kemenangan atas semua bangsa yang menentang mereka. Namun mereka, setelah mendengar apa yang mereka anggap sebagai laporan yang menakutkan tentang kekuatan bangsa-bangsa lain, menolak untuk memasuki tanah tersebut. Terlepas dari janji dan kemampuan Allah yang tak terbatas, Israel menolak untuk percaya pada Firman-Nya. Perhatikan hasil dari kurangnya kepercayaan bangsa Israel:“…siapakah yang telah Ia (Allah) sumpahi, bahwa mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Nya? Bukankah mereka yang tidak taat? Demikianlah kita lihat, bahwa mereka tidak dapat masuk oleh karena ketidakpercayaan mereka.” (Ibrani 3:18-19).
Allah menyamakan ketidakpercayaan dengan ketidaktaatan
Hal pertama yang perlu kita perhatikan adalah bahwa Allah menyamakan ketidakpercayaan dengan ketidaktaatan. Bagi bangsa Israel, tidak mempercayai janji dan kemampuan Allah adalah ketidaktaatan.
Sekarang, bagaimana dengan kita? Biasanya khotbah tentang ketaatan mencakup perintah-perintah yang menurut pemikiran sang pengkhotbah tidak kita taati. Tetapi di sudut pandang Allah, menyamakan kepercayaan dengan ketaatan, tindakan kita bukanlah tempat pertama dimana ketaatan itu harus terjadi. Lalu dimana ketaatan itu dimulai? Sebenarnya, hal itu berada di tempat yang sama dimana segala hal dalam hubungan kita dengan Allah dimulai –di INJIL!
Mempercayai adalah mentaati
Pesan paling awal yang tercatat dari pelayanan Yesus dapat kita temukan dalam Markus 1:15: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.” Sekarang kita kembali ke Ibrani. Sebelumnya telah kita perhatikan bahwa karena ketidakpercayaan/ketidaktaatan, bangsa Israel tidak dapat masuk ke Tanah Perjanjian dan mendapatkan perhentian dari musuh-musuh mereka seperti yang telah dijanjikan Allah. Dalam konteks yang sama, Allah melanjutkan dengan berkata bahwa perhentian-Nya masih berlaku bagi manusia, dan “kita yang telah percaya masuk dalam tempat perhentian itu” (Ibrani 4:3).Saat kita mempercayai Injil, kita sedang mentaati Allah.
Percaya apa? Injil dari Tuhan Yesus. Faktanya, kita dinasihati agar “berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorang pun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga” (Ibrani 4:11). Jika ketidakpercayaan Israel disebut sebagai ketidaktaatan, maka percaya dalam bagian mereka adalah merupakan ketaatan. Hal yang sama juga berlaku bagi Anda dan saya saat ini. Saat kita mempercayai Injil, kita sedang mentaati Allah. Tidak percaya pada Injil adalah ketidaktaatan, sama seperti yang diperlihatkan bangsa Israel.
Mentaati Kebenaran Injil
Ingatlah tentang jemaat Galatia saat Paulus menulis untuk menegur tentang sebuah permasalahan besar. Mereka telah menerima Injil; mereka telah menerima kemerdekaan dari Kristus dan nyatanya mereka pernah “berlomba dengan baik” (Galatia 5:7a). Tetapi sesuatu terjadi – mereka telah masuk kebawah pengaruh agama. Mereka telah “terpesona” dalam mencampurkan Yesus (kasih karunia) dengan perbuatan manusia (legalisme). Dan apa yang dikatakan Paulus tentang hal itu? “Siapakah yang menghalang-halangi kamu, sehingga kamu tidak menuruti kebenaran lagi?” (Galatia 5:7b). Jika jemaat Galatia tidak menuruti, mereka pastinya telah tidak taat. Lalu apa yang tidak mereka taati? Kebenaran Injil. Paulus tidak menulis pada mereka tentang perintah-perintah Allah yang mereka langgar, atau tradisi yang tidak mereka lakukan. Dia menulis kepada mereka tentang berdiri teguh “dalam kemerdekaan dimana Kristus telah memerdekakan kita” (Galatia 5:1). Bagi jemaat Galatia dan bagi kita saat ini, mentaati Allah adalah tentang mempercayai Injil. Kristus telah membuang dosa kita; Dia sendiri adalah kebenaran kita. Dia hidup di dalam kita dan kita bersatu dengan Dia. Mentaati Allah! Bagaimana? Dengan mentaati serangkaian daftar perintah-perintah Allah? Tidak. Dengan mempercayai Injil kasih karunia Allah.Percaya hanya pada Injil Tuhan Yesus dan menyadari kehadiran-Nya di dalam kita tidak akan pernah membuat kita untuk melakukan dosa
Sekarang, apa yang baru saja saya bagikan mungkin membuat beberapa orang menjadi cemas. Karena itu saya akan membagikan pemikiran ini: percaya hanya pada Injil Tuhan Yesus dan menyadari kehadiran-Nya di dalam kita tidak akan pernah membuat kita untuk melakukan dosa. Malahan, semakin kita menyadari akan Yesus dan bertumbuh di dalam pengertian kita tentang Dia, kita akan semakin mau mendengarkan Dia setiap saat, setiap hari. dan Yesus akan selalu memimpin kita di dalam jalan yang benar.
Sebagai contoh, perhatikan tentang pengampunan. Mayoritas umat Kristen dalam dunia saat ini akan setuju bahwa penting bagi kita untuk mengampuni orang lain saat kita merasa telah dirugikan. Saya sangat setuju dengan kepercayaan itu. Bahkan bagi diri saya, tidak mengampuni akan sama-sama merusak, malah bisa jadi lebih parah bagi saya dibanding dengan orang yang tidak saya ampuni. Mengampuni sesama tentu saja merupakan bagian yang penting dalam hidup kita. Dan Injil adalah sumber pertolongan kita saat kita perlu untuk mengampuni: “… sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian” (Kolose 3:12-13). Apa yang akan menolong kita untuk mengampuni orang lain? Mempercayai (dengan kata lain mentaati) kabar baik bahwa Allah, di dalam Kristus, telah mengampuni kita.
Kita dapat mengaplikasikan kebenaran yang sama pada setiap aspek kehidupan kita. Injil menyatakan bahwa Anda dibenarkan di dalam Kristus Yesus (2 Korintus 5:21, Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. Roma 5:17 Dosa manusia yang seorang, yaitu Adam, menyebabkan kematian menguasai semua orang. Sedangkan semua yang mau menerima karunia Allah, yakni pengampunan dan pembebasan, menguasai kehidupan karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.). Oleh karena itu, percayalah bahwa karena Yesus, hubungan Anda dengan Allah menjadi sempurna dan tidak terpatahkan. tidak ada yang dapat Anda lakukan untuk membuat Allah berhenti mengasihi Anda, dan tidak ada yang perlu Anda lakukan untuk meningkatkan hubungan Anda dengan-Nya. Dia selalu berada bersama Anda. Dia telah membenarkan segala sesuatu antara Anda dan diri-Nya. Santai dan nikmatilah persekutuan dengan Tuhan Yesus.
Injil menyatakan bahwa oleh bilur-bilur yang ditanggung Yesus pada tubuh-Nya, Anda telah sembuh (1 Petrus 2:24). Karena itu, hiduplah sebagai orang yang telah disembuhkan dan menjadi sembuh.
Injil menyatakan bahwa Allah, melalui Yesus, telah mendamaikan dunia dengan diri-Nya sendiri dan Dia tidak memperhitungkan dosa-dosa manusia (2 Korintus 5:19). Karena itu, kita tidak perlu mengkritik orang-orang yang belum percaya pada Yesus. Akan tetapi kita adalah para duta besar bagi Allah yang memiliki undangan kabar baik untuk dibagikan pada setiap orang.
Yesus akan selalu memimpin kita ke jalan yang benar dan memampukan kita untuk hidup dalam jalan tersebut.
Apakah penting untuk mentaati Allah? Tentu saja. Karena itu, percayalah pada Injil!