Menjelang subuh, David Livingstone merasakan
tubuhnya sudah tidak berdaya lagi. Dengan bersusah payah ia bangkit dari tempat
tidur dan berlutut di samping ranjangnya untuk berdoa kepada Tuhan yang telah
dengan setia menemaninya selama 33 tahun di Afrika. Ketika pembantunya Susi dan
Chumah masuk ke gubuknya di pagi hari, mereka menemukan Livingstone dalam posisi
berdoa dan sudah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Dunia telah kehilangan
seorang misionaris, penjelajah dan pria yang mulia.
Walaupun Livingstone lebih senang menyebut
dirinya seorang misionaris tetapi banyak yang menilai bahwa sumbangannya yang
terbesar adalah usahanya untuk menghapus perbudakan dari benua Afrika. Salah
satu ucapannya yang terakhir adalah, "Saya akan melupakan semua kelaparan,
penderitaan dan pencobaan yang telah saya alami, jika saya berhasil menghentikan
perdagangan budak di benua ini."
Kedatangan Livingstone ke benua Afrika pada
tahun 1841 adalah untuk mengabarkan Injil, tetapi kekejaman sadis yang dilakukan
oleh kaum Boer dalam menjalankan perdagangan budak membuat Livingstone berikrar,
"Setelah melihat kesengsaraan yang diakibatkan oleh perbudakan, saya harus
melakukan segalanya yang mungkin untuk menumpas dan mengurangi tingkat kejahatan
ini!"
Penentangan para misionaris terhadap perdagangan
budak menjadikan mereka musuh utama para pedagang budak. Seringkali para
misionaris bukan saja diancam oleh kaum Boer tetapi juga oleh suku-suku Afrika
yang menganggap mereka konco-konco para pedagang budak. Tetapi pertemuan dengan
Livingstone seringkali mengubah pandangan suku pribumi terhadap para misionaris.
Livingstone yang juga adalah seorang dokter
medis seringkali menempuh perjalanan yang berbahaya untuk merawat orang yang
membutuhkan. Pernah sekali, di tengah malam seorang utusan datang membawa kabar
bahwa seseorang telah diserang badak di tengah hutan dan dalam keadaan kritis.
Teman-teman Livingstone menasehatinya untuk tidak berangkat ke hutan di tengah
malam karena kondisi medan yang berbahaya dan ancaman serangan hewan-hewan liar.
Tetapi bagi Livingstone hal ini memang telah menjadi tugasnya untuk sedapat
mungkin menolong orang yang membutuhkan bantuannya. Ia berangkat dengan berjalan
kaki melintasi hutan sejauh 10 km. Setibanya di tempat ternyata korban serangan
badak itu sudah meninggal dunia. Apakah usahanya sia-sia? Sama sekali tidak
karena melalui tindakannya, orang-orang pribumi itu bisa melihat kasih dan
pengorbanannya untuk menolong mereka dan ini membedakan dia dari para pedagang
budak.
Penemuan Livingstone dan keberhasilannya sebagai
seorang penjelajah dan ilmiawan dapat dibaca di banyak buku sejarah tentang
benua Afrika. Tetapi warisan peninggalan Livingstone yang terbesar adalah
teladan hidupnya. Berkali-kali Livingstone ditipu, dikhianati dan difitnah oleh
orang lain demi kepentingan mereka sendiri. Tetapi hal-hal ini tidak membuat
Livingstone patah semangat dan meninggalkan pekerjaan yang sudah dimulainya.
Kesetiaan dan fokusnya kepada Tuhan dalam melaksanakan tugas yang sudah
dipercayakan kepadanya menjadi ciri dari karakternya.
Setelah menemukan tuannya dalam keadaan tidak
bernyawa, Susi dan Chumah memulai persiapan untuk membawa jenazahnya kembali ke
Inggris. Hal ini bukanlah suatu hal yang sederhana karena mereka harus melintasi
hutan ribuan kilometer jauhnya dengan berjalan kaki dan naik perahu.
Jantung dan organ-organ tubuh lainnya
dikeluarkan dan dimakamkan di bawah sebuah pohon yang besar. Jenazahnya kemudian
dibalsem dan dikeringkan di bawah matahari. Selama 14 hari dalam proses
pengeringan, mereka bergilir menjaga jenazah itu 24 jam sehari untuk memastikan
tidak ada hewan yang mendekat. Perjalanan memulangkan jenazah Livingstone dari
hutan di Afrika ke Inggris memakan waktu 9 bulan lamanya. Hal ini sendiri
merupakan suatu mukjizat, suatu keajaiban yang terjadi hanya karena kasih. Ini
membuat kita bertanya-tanya, kira-kira seperti apakah kesaksian hidup
Livingstone itu sehingga membuat pembantu-pembantu tersebut begitu mengabdi
kepadanya dan mengasihi dia? Lewat tindakan mereka, Chumah dan Susi
memperlihatkan kasih dan hormat mereka kepada Livingstone.
Setelah kematian Livingstone, Susi akhirnya
memberi diri untuk dibaptis dan mengambil nama baru, David, untuk memperingati
orang yang pertama kali mengajarkan makna menjadi seorang Kristen kepadanya.
Bertahun-tahun setelah kematiannya, upaya
Livingstone mulai membuahkan hasil. Afrika tidak lagi menjadi benua yang
tertutup, perdagangan budak dikutuk dan lebih dari 500 misionaris mulai bekerja
di Afrika. Banyak yang mengaku tertarik dan memberi diri untuk melayani di
Afrika karena terinspirasi oleh tulisan dan teladan hidup Livingstone.